Terjebak bag 1

111 37 243
                                    

Aku meregangkan otot-otot leherku yang tegang, efek terlalu lama menatap laptop dengan posisi yang sama selama beberapa jam. Mataku juga sudah mulai perih jadi ku putuskan berhenti sebentar, mengistirahatkan netra.

Ku bangkit dan berjalan ke arah jendela kaca, menyibak gorden memperhatikan kucuran air hujan di luar sana. Hujan lebat disertai petir sesekali sudah berlangsung kira-kira dua jam.

"Lia!"

Aku menoleh ke arah suara,

"Aku pulang dulu ya, udah dijemput Ayang." pamit Loni membereskan mejanya.

"Oke." Ku acungkan jempolku

"Apa mau ikut pulang bareng?" tanya Loni saat aku melangkahkan kaki menuju mejaku kembali. Loni dijemput tunangannya dengan mobil tapi tujuan pulang kami tidak searah, aku tipe orang yang tidak suka merepotkan orang lain kecuali terpaksa jadi ku tolak ajakan Loni.

"Tanggung nih, dikit lagi selesai gambarku." sahutku beralasan lalu menghempaskan bokongku di kursi kerjaku.

"Ga papa nih? Sendirian loh."

Daguku menunjuk Leo, rekan kerja yang duduk di seberang ku, sedang mengetik di laptop.

"Masih ada Leo." kataku santai.

"Okey, gapapa nih, tah tinggal yah.. " Loni menegaskan kembali.

"Ya, eh desain mu udah kamu siapkan yah?" tanyaku cepat teringat sesuatu sebelum Loni keluar ruangan kerja ini.

"Udah ku kirim ke email mu." ucap Loni, "Lia, hati-hati yah banyak kejadian seram loh di kantor nih. " lanjutnya lalu terkekeh melihat wajahku yang seketika menegang.

"Yah termasuk kamu itu!" celetukku sebal.

"Ga percaya? Coba tanya Leo. " Loni masih menggodaku. Kayaknya senang sekali jika aku ketakutan. Heh! Biarpun ada rasa takutnya aku tak mau terlalu kentara di mata Loni.

'Udah pulang sana, entar ditinggal ayang-mu." Usirku mengibaskan tangan ke udara. Loni kembali terkekeh.

"Oke aku balik yah, Lia, Leo.. " Loni buru-buru pergi karena ponselnya sudah berdering, mungkin saja tunangannya yang nelpon. Leo hanya mengangkat tangannya.

Sekitar jam 17.50, Leo pun pamit pulang.

"Lia, ini perkiraan biaya pameran sama desain ruangannya." ucap Leo sambil menyerahkan proposalnya.

"Oke, makasih yah.. Besok kita tinjau tempatnya." usulku.

"Siap, aku mau pulang, kamu gimana? Dijemput Tio ga?" tanya Leo .

"Belum tahu nih, tadi ku chat masih centang satu."

"Apa mau ku antar?" Leo menawarkan diri.

"Ga usah deh, ku bisa pake jasa ojek. " senyumku.

Leo manggut-manggut, "Oke,hati-hati yah, Lia."

"Ya.. Bentar lagi ku pulang kok." Senyumku.

"Eh, Leo.. " panggilku. Leo yang hendak memutar handle pintu memutar balik tubuhnya menghadap ku.

"Ya....?" Dia mengernyit dahi karena aku masih diam ragu berucap.

"Ada apa, Lia? Kamu berubah pikiran? Mau kuantar?" tanyanya dengan wajah serius.

"Heem bukan itu, kata Loni.. " Aku menjeda, akh malu juga bertanya soal itu, ketahuan kan aku takut hantu.

"Oh itu? Udah ga usah dipikirin walau aku pernah alami itu." kata Leo, dia cepat tanggap juga.

"Hah? Serius?!" Mulutku langsung terbuka dengan mata yang membola saking kagetnya. Berarti Loni benar?

"Iya dulu sih, tapi yang kayak gitu jangan dipikiri lah, itu kan bisa terbentuk karena pikiran kita sendiri."

Layangan AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang