Farewell

217 29 8
                                    

Menunggu bukanlah hal yang mudah bagi Jendra. Biasanya ia akan ditunggu dan bukan malah menunggu, apalagi yang ditunggunya adalah Ara yang masih mandi didalam sana sejak hampir satu jam-an ini

Kalau diingat kembali, betapa bodohnya dia melakukan perbuatan mesumnya yang untung baru setengahnya, kalau tidak ada malaikat baik mungkin ia akan melakukannya sampai tuntas. Lucu sekali mengingat pada siapa ia akan melakukannya, wanita sinting yang ia kira lemah ternyata tangguh juga menolaknya

Pintu berdencit pelan dan menampilkan seorang wanita dengan rambut basah yang justru makin menggoda imannya. Seolah tahu yang difikirkannya, Ara menoleh menatapnya, matanya cukup merah dan bengkak, dan bibir bekas ciumannya itu tampak lebih merah sekarang, sepertinya ia memainkannya terlalu kasar tadi

"Pakai ini," lemparannya berhasil Ara tangkap. Tapi alih-alih ingin bicara, Jendra melototinya
"Pakai kalau kamu tidak mau saya memulainya lagi"

Dengan gerakan cepat Ara berlari kecil menuju kamar mandi, tapi segera dicekal tangannya

"Pakailah disini, saya akan keluar sebentar" tegasnya dan Ara hanya bisa mengangguk mengiyakan. Mau apa juga, perintah Jendra sulit dibantahkan, terkecuali yang tadi ya, yang itu.. Ara merinding mengingatnya

Dilihatnya dress selutut berwarna tosca yang membuatnya terkagum-kagum sekarang. Dari mana dia dapat gaun sebagus ini? Mungkin baju wanitanya yang tertinggal disini. Ara menaruh curiga lagi

Bagus. Sangat bagus.
Dressnya benar pas ditubuhnya yang tak ada apa-apanya itu, huh!

Ponselnya berbunyi, dan nomor tak diketahui lah yang tertera, tidak ada dalam kontaknya. Paling-paling ya... pak man

"Hallo, Ara?"
"Ya pak, gini.. aku lagi tersesat, bisa pak Man suruh Lala jemput kesini kan?"

"....."
"Aku share location deh ke line, pak"

Setengah mati dia memaksa pak Man, tapi yang didapatnya hanya jawaban kosong, alias nggak dijawab, dicuekin, dikacangin. Halah... emang sial hari ini

"Saya didepan pintu, kalau kamu udah selesai cepat keluar"
Jeng!!

Ara meneguk air liurnya kembali dengan susah payah. Cari mati kalau begini sih..
Ditariknya nafas dalam-dalam dan menyambar tas yang kebetulan juga berwarna tosca, senada dengan dress yang dikenakannya. Baguslah.. nggak jelek-jelek amat, fikirnya dan berjalan keluar

Aduh..
Kok diem aja sih

Tak ada pergerakan apapun dari Jendra yang sudah berada didepannya. Benar juga, dia di depan pintu. Jangan sampai yang tadi diungkit lagi

"Ngapain kamu bengong?!" Bentaknya

loh kok dia yang ngomel? Yang bengong itu kan dia. Umpatnya kesal tapi tetap mengikuti jalannya dari belakang. Jendra kembali menampakan hati iblisnya, sikap esnya, dan segala ke sempurnaannya. Sampai kesal Ara memujinya, sudah hafal betul bagaimana sempurnanya pangerannya. Tangannya tertarik

"Kamu bukan pembantu saya, ngapain jalan dibelakang saya?"

Grrrrr
Aduh si gigi,kenapa gemertak sih!

Dalam sekejap, bisa dilihat senyum itu melebar, bahkan hampir dikatakan menahan tawanya sekarang. Ara tak bisa bicara apa-apa lagi, sepertinya giginya nggak bisa diajak kompromi

"M-ma-u ke-mana ki-ta Je?"
"Nggak usah setakut itu sama saya,"
"Kerumah kamu, lah" lanjutnya yang ditanggapi dengan anggukan lega dari Ara. Kalau begini kan bagus.. bakal pulang, tidur, dan melupakan semuanya. Ah satu lagi! Lagi-lagi ia ditinggal pesawat

Steal My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang