01. Sunflowers

342 42 6
                                    

SIANG itu tepatnya di wilayah Bangkok di ketinggian beberapa meter dari permukaan laut. Terlihat helikopter tengah terbang melintasi langit. Bahkan terlihat lahan-lahan basah di bawah naungan Klan Puttha.

"Seluruh wilayah ini adalah bagian dari Bangkok. Ada akses yang lebih mudah untuk pergi ke kota satelit-satelit lainnya." Ucap Ananda pada Tuan Avram.

"Ini seperti tambang emas." Jawab Tuan Avram sambil melihat kearah jendela Helikopter.

Ananda terlihat bingung. "Maksud anda?"

Tuan Avram pun segera melepaskan kacamata hitamnya. Tatapan tajamnya melihat kearah Ananda.

"Maksudnya tanahnya seperti emas murni. Siap untuk dipanen. Dasar bodoh!" Kesal Tuan Avram pada pengacara itu.

"Bagaimana pendapat anda mengenai Ayutthaya kemarin?" Tanya Ananda penasaran.

"Apakah aku perlu menjelaskan semuanya padamu? Tidak semua hal akan aku katakan pada orang-orang termasuk dirimu." Jelas Tuan Avram. "Atur beberapa sertifikat tanah untuk kita lakukan pembelian pada beberapa tuan tanah."

"Baik, Pak." Jawab Ananda paham.

Sementara itu, tepat di pinggir wilayah kota Bangkok. Yitta mendudukkan dirinya di bar club malam. Dirinya sibuk melinting rokok kreteknya dan menyesapnya sesekali. Tiba-tiba saja Bible datang dan merebut rokok kretek itu dari tangan Yitta.

"Sialan!" Maki Yitta.

Tangan kekar Yitta ingin merebut rokok itu dan Bible segera menjauhkannya. "Tunggu dulu, sobat."

Iris mata Bible pun melihat salah seorang jalang gay yang baru saja masuk. Seketika jalang gay itu pun mengedipkan matanya genit.

"Mereka seperti kucing birahi." Ucap Yitta sambil menghela nafasnya.

Bible hanya bersmirk.

Kali ini Yitta pun memutuskan untuk meninggalkan club malam. Bahkan ini masih terlalu siang untuk dirinya mabuk. Lalu tepat di salah satu gang club terlihat Yitta yang tengah memalak seseorang.

"Kenapa kau menghalangi langkah kami?" Tanya seseorang pria.

"Berikan dompetmu padaku." Yitta pun merebut paksa dompet pria itu.

"Tidak ada apa-apa disitu." Kata pria asing itu.

"Diamlah!" Kesal Yitta pada pria itu.

Kali ini Yitta pun berkelahi dengan pria asing itu. Bible yang melihatnya pun segera memisahkan teman baiknya itu ke dalam masalah. Bahkan mereka berdua telah di juluki sebagai berandal jalanan.

"Hei, Yitta tenanglah!" Ucap Bible.

Bahkan Bible membiarkan pria asing itu melarikan diri. Lalu Yitta menyekat sisa darah di sudut bibirnya.

"Kau merusak momen." Kata Yitta pada kawan baiknya itu.

"Persetan dengan momen. Kau hampir tenggelam dalam masalah bodoh!" Jelas Bible.

Keduanya pun meninggalkan wilayah club malam di pinggir kota Bangkok. Bahkan di tempat itu terdapat beberapa club di bawah naungan Klan Puttha yang menguasai soal perizinan dan termasuk ke dalam anggota parlemen di partai politik Monarki konstitusional Thailand.



Tepat di kediaman Puttha terlihat begitu sepi. Lalu tepat di kamar milik sang tuan muda terlihat gelap dan terkunci rapat. Bahkan di dalamnya terdapat pria cantik yang tengah menata mimpinya.

Dengan lembut pria cantik itu membuka matanya dan mendapati cahaya kecil dari jendela kamarnya. Dirinya pun menatap dingin kearah gantungan penangkap mimpi di jendela kamarnya. Bahkan terdengar suara lonceng dengan begitu samar.

Bangkok Lights [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang