• NIGHTMARE •
Jungwon membuka matanya perlahan, kepalanya terasa pusing dan berputar.
"Shh.." Jungwon menatap sekelilingnya, tidak bodoh untuk bertanya dimana dia sekarang. Jungwon tau sekali dia berada di kamar apartemen Jay.
Jungwon membeku saat pintu dibuka menampilkan Jay dan nampan di tangannya.
Wajahnya terlihat dingin dan datar, namun tidak menutupi raut khawatirnya walau hanya sedikit, setidaknya itu yang di ketahui Jungwon.
Jay mengambil duduk di tepi ranjang setelah meletakkan nampan makanan di atas meja nakas, mengulurkan tangannya untuk mengukur suhu tubuh Jungwon.
"Masih demam." Bisiknya pada dirinya sendiri, Jay mengambil segelas air dari nampan.
"Duduk." Ucapnya dingin, Jungwon hanya diam. Menatap mata Jay berharap dan berkaca-kaca.
Dia tidak habis pikir kenapa Jay mau saja merawatnya, bahkan setelah sikap buruknya terbongkar.
"J-jay.." Ucap Jungwon lirih, tangannya mencoba menyentuh lengan Jay.
"Duduk, Jungwon." Jungwon menggeleng, mulai terisak. Tangannya meraih lengan Jay untuk digenggam, bisa Jay rasakan tangan yang panas akibat demam itu bergetar membuatnya menghela nafasnya.
"Tolong jangan keras kepala, aku lelah." Ucapnya mencoba lembut.
Jungwon tetap terisak dan menggeleng, semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Jay.
"Hiks.. maaf.. maafkan aku.." Jay menghela nafas frustrasi.
"Duduk, Jungwon. Kau harus minum."
Jungwon menggeleng, mencoba keras kepala dan memohon maaf Jay.
"Maaf, maafkan aku.. aku.. aku minta maaf, jangan tinggalkan ak-hmpph!" Jungwon bungkam, total bungkam saat Jay menyambar bibirnya dengan ciuman.
Jungwon membulatkan matanya tak percaya, apa ini? Meremas bahu Jay saat Jay justru memperdalam ciumannya, Jungwon menutup matanya, setetes air mata jatuh dari sana.
Jay sama, dia juga ikut menangis bersama Jungwon, kenapa ciuman ini terasa sangat menyakitkan?
• NIGHTMARE •
Sunoo menelungkupkan wajahnya pada lengannya yang bertumpu di meja, sementara itu Sunghoon menatap penuh iba, berdebat dengan isi kepalanya. Antara membiarkan Sunoo menenangkan dirinya atau menggerakkan tangannya untuk menyentuh kepala lesu itu dan menghiburnya.
Sunghoon menatap keluar jendela, hujan nampaknya enggan berhenti turun, membasahi bumi dengan air yang telah lama di tahan dan di tampung oleh langit, membiarkan langit menumpahkan bebannya.
Saat ini mereka sedang berteduh di dalam mini market sepi, setelah adegan menangis tadi mereka memilih berteduh sejenak karena hujan yang mengguyur tiba-tiba.
Sunghoon kembali menoleh kearah Sunoo yang sejak tadi enggan berbicara dan terus terisak pelan, walau tak se parah tadi. Sunghoon menghela nafasnya kemudian menyentuh kepala Sunoo dengan lembut.
Sunoo mendongak dengan wajah sembabnya, matanya yang memerah habis menangis tersedu-sedu menatap Sunghoon dengan sayu yang dibalas senyum tipis dari si pria Park.
"Sudah cukup menangisnya, ya?" Tangan Sunghoon berpindah dari kepala Sunoo menuju pipi berisi dan halus itu, mengelusnya lembut masih mempertahankan senyumnya.
Sunoo menunduk kemudian mengangguk kecil. Benar kata Sunghoon, sudah cukup.
Mereka berdiam cukup lama, Sunoo yang sejak awal memang enggan berbicara dan Sunghoon yang tak tau harus melakukan apa.
"Sunoo.." Sunoo menatap Sunghoon yang memanggilnya, semakin merapatkan mulutnya saat mendapati tatapan serius itu.
"Aku.. boleh mengatakan sesuatu..?" Pintanya hati-hati, Sunoo mengangguk.
"Kita berdua sudah tau bahwa malam itu.. kita.. melakukan ‘itu’, jadi.. aku mau bertanya.. apakah- apakah Suwon adalah.." Sunghoon menggigit bibirnya, tak mampu melanjutkan pertanyaannya.
Sunoo menyentuh tangan Sunghoon dan menggenggamnya lalu mengangguk.
"Dia anakmu.." Ucap Sunoo tanpa ragu, pikirnya untuk apa menyembunyikan fakta ini pada Sunghoon? Dia berhak tau. Toh ini bukan salah Sunghoon.
Sunghoon, terdiam. Mencoba mencerna ucapan Sunoo, jadi Suwon memang anaknya!?
Dengan perasaan bahagia yang membuncah Sunghoon menarik Sunoo ke pelukannya, mengucapkan kata terimakasih dan maaf berulangkali.
Sunoo terkekeh kecil dan membalas pelukan Sunghoon.
Sunghoon melepas pelukannya dan menyentuh kedua pipi Sunoo dengan lembut, membuat matanya bertemu langsung dengan mata hazel yang selama ini menjadi mimpi buruknya.
"Bolehkah aku.. menjaganya juga? Maksudku kita.. kita akan merawatnya bersama, kan?" Sunoo berkedip cepat, tidak menyangka Sunghoon akan menanyakan hal ini.
"Aku.. mau kah kamu menerimaku?" Sunoo tidak kunjung memberi jawaban membuat Sunghoon merasa dia harus meyakinkan si pemuda Kim sekali lagi.
"Mungkin kau belum memiliki perasaan padaku, tapi.. tolong izinkan aku berusaha, beri aku kesempatan untuk membuatmu merasa dicintai, merasa dilindungi, tolong beri aku kesempatan menggenggam mu.. Suwon, dia butuh seorang Ayah." Sunoo menarik nafas dalam kemudian menyentuh tangan Sunghoon yang berada di pipinya dan mengangguk.
"Tolong, ajari aku." Ucapnya diiringi senyum.
• NIGHTMARE •
"Huft.. benar-benar tidak bisa saling memaafkan?" Tuan Lee meletakkan cangkir kopinya dan memijat pelipisnya saat melihat Heeseung menggeleng tegas dan Jake yang terus menunduk di pelukan Ibunya.
"Ayah benar-benar tidak tau masalah apa yang terjadi di antara kalian, tapi mungkin memang ini yang terbaik," Tuan Sim berdiri dari duduknya dan melanjutkan.
"Pernikahan kalian akan dibatalkan." Suasana ruangan terasa sunyi, Heeseung melemas seketika dan Jake semakin memeluk erat Ibunya seraya menggeleng lemah.
Heeseung berdiri kemudian membungkukkan tubuhnya sopan lalu meninggalkan ruang tengah kediaman Lee tanpa sepatah kata.
"Hyung! Heeseung Hyung!" Heeseung menulikan telinganya dan memejamkan matanya terus melangkah keluar.
Jake bergegas berdiri dan menghampiri Heeseung yang terlihat sudah masuk kedalam mobilnya. Jake mengejarnya, tak peduli hujan membasahi tubuhnya yang semakin melemah.
"Hyung! Heeseung Hyung maafkan aku!!"
"H-heseeung Hyung!!! Jangan.."
Jake berlari mencoba mengejar mobil Heeseung yang mulai melaju tanpa sadar sebuah mobil dari arah berlawanan muncul,
Dan menghantam tubuh Jake dengan keras.
• NIGHTMARE •
Klise bangett 😬
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare || Sunsun [On Going]
Fanfiction[UPDATE SENIN & KAMIS] Sunghoon yang selalu dihantui mimpi buruk tentang seorang pria yang menangis hebat dibawah kungkungannya, Sunghoon sungguh tak mengerti sebab mimpi tersebut tak hanya sekali dua kali menjadi bunga tidurnya Setelah bertemu den...