Bagian 16

1K 38 3
                                    

Asya beristighfar atas prasangka yang membuatnya gelisah. Ia harus berpikir positif. Apalagi besok ia sudah akan menjalani operasi. Apa yang tadi disaksikannya, mungkin hanya karena Kayla tipe perempuan yang mudah mengakrabkan diri. Lagian, Erik itu sudah menjadi suami Kayla juga, wajar saja jika Kayla terlihat seperti telah lama mengenal Erik. Tidak perlu ada batas dalam berinteraksi. Malah bagus jika mereka bisa dekat secepat itu. Jadi, ia tidak perlu lagi mengajari Kayla maupun Erik tentang bagaimana agar mereka saling jatuh cinta.

Wanita berpiama merah hati itu pun kembali ke kamar, membiarkan sang suami bersama Kayla di kamar tamu. Lagian, Asya tahu jika Erik sudah lama tidak merasakan kehangatan seorang istri. Mau tidak mau, ikhlas atau tidak, ia harus tahu diri. Erik lelaki normal, tidak mungkin mampu menahan hasrat biologis terlalu lama. Karena Erik bukan malaikat yang tidak punya nafsu.

Pelan, Asya menutup pintu kamar tanpa menguncinya.

***

Hampir tengah malam, saat Asya terbangun dan mendengar pintu kamar dibuka. Namun, ia pura-pura nyenyak karena sudah tahu itu pasti suaminya. Asya hanya ingin menghindari dirinya melontarkan pertanyaan kenapa lelaki tersebut baru masuk ke kamar.

Pintu kamar mandi terdengar digeser. Beberapa saat kemudian, gemericik air di kamar mandi membuat Asya menahan napas. Ia mengubah posisi dan menatap ke arah pintu kamar mandi yang terbuat dari kaca tebal berukir bunga tersebut. Asya menelan ludah dengan susah payah. Ia tahu kalau saat itu Erik tengah berada di bawah shower air hangat. Ya, Asya tahu persis kebiasaan Erik yang tidak bisa tidur tanpa mandi junub setelah berhubungan suami istri. Tidak ada alasan lain yang membuatnya rela mandi tengah malam. Pukul berapa pun itu.

Bertambah nyeri di salah satu bilik hati Asya, ketika menyadari bahwa yang membuat suaminya mandi tengah malam bukan dirinya. Hal yang sudah lama tidak dilakukannya bersama lelaki itu karena ketidakmampuannya.

Tak terasa, air mata Asya menetes. Keputusannya meminta Erik menikah lagi sudah benar. Hanya saja, tentu Asya butuh menyesuaikan diri dan juga hati. Walau ia sudah mempelajari beberapa bab poligami, tetapi pada prakteknya sungguh tidak mudah saat melihat suami berbagi hati dengan wanita lain. Apalagi madunya jauh lebih cantik secara fisik dibanding dirinya.

Asya kembali memejam dan berbalik badan menghadap dinding ketika mendengar pintu kaca digeser kembali. Ia menghapus air mata dengan gerakan yang sekiranya tidak terlihat oleh Erik.

Setelah mengenakan pakaian, Erik langsung naik ke ranjang. Ia masuk ke dalam selimut yang sama dengan Asya dan merapatkan tubuh pada sang istri. Dipeluknya Asya dari belakang, seperti kebiasaannya.

Wangi aroma shampo dan sabun yang begitu segar, menguar dari tubuh Erik, membuat kenyamanan Asya sedikit terganggu. Wangi yang dulu sangat ia sukai, kini berubah menjadi wangi yang ia cemburui.

"Sya, terima kasih," bisik Erik, setelah mencium rambut Asya yang selalu wangi.

Asya memejam, air matanya kembali mengalir.

"Semoga kebahagiaan yang kamu rasakan, menjadi limpahan pahala untukku, Bang." Asya berbisik dalam hati.

***

Menemukan dirinya tidak mengenakan pakaian dan hanya ditutup oleh selimut, Kayla sedikit terkejut. Namun, senyumnya segera terukir tatkala mengingat apa yang telah ia lalui bersama Erik beberapa jam yang lalu.

Kayla bangkit dengan tubuh agak letih. Ia melirik jam estetik di salah satu dinding kamar, baru pukul dua pagi. Ia pun turun dari ranjang dan mengenakan piama sebelum ke kamar mandi untuk berwudu.

Kembali dari kamar mandi, ponsel yang terletak di nakas menarik perhatian Kayla. Ia ingin mengecek apakah sudah menyalakan alarm atau belum. Namun, baru saja ia membuka kunci layar, sebuah pesan dari Erik membuatnya penasaran untuk segera membukanya.

Dikhitbah Masa Lalu (Dalam Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang