Bagian 1

3.7K 78 0
                                    

Selamat datang di cerita baru. Jangan lupa vote dan komen, ya 🤗
Semoga suka 🙏🏻💜

"Aku mau kita putus."

Kalimat itu meluncur tanpa beban dari lisan Erik. Namun, ia tak berani menatap mata Kayla, perempuan yang sudah menjadi kekasihnya sejak gadis itu masih duduk di bangku SMU.

Kayla membulatkan mata, menatap Erik dengan lekat. Kemudian, gadis cantik berambut sebahu itu tertawa.

"Candaannya lucu banget, Bang! Apa nggak bisa nyari bahan lain selain soal hubungan kita?"

Erik terdiam. Keresahan hatinya nyaris tak mampu ia tepis. Erik sangat mencintai Kayla. Namun, ia juga tidak bisa menentang keinginan orang tuanya.

"Aku tidak sedang bercanda, Kay. Aku serius." Datar, Erik menampik ucapan Kayla. Lantas, ia memberanikan diri menatap manik hitam milik gadis berkulit kuning langsat tersebut.

Kayla tergemap. Ia mengamati wajah lelaki tampan itu. Memang, tidak sedikit pun ditemukannya gurat kebohongan di sana.

"Seserius apa? Kenapa? Apa yang terjadi?" Tidak menerima begitu saja, Kayla sangat antusias mempertanyakan alasan Erik memutuskan hubungan mereka.

Erik kembali memalingkan wajah. Pandangannya menelusuri setiap inci pemandangan yang terhampar indah di hadapannya. Pemandangan yang tak lagi menarik perhatiannya sejak keputusan berat itu ia ambil. Embusan angin di tempat wisata alam yang kerap ia kunjungi bersama Kayla, tak lantas meredakan kegundahan hatinya.

"Aku akan ke luar negeri melanjutkan kuliah S2."

"Hanya itu? Bukankah kita tetap bisa menjalin hubungan jarak jauh? Aku nggak apa-apa semisalnya kita LDR, Bang."

"Tapi semua tidak semudah yang kamu pikirkan, Kay! Enggak!"

Nada bicara Erik yang agak meninggi, membuat Kayla terperanjat. Baru kali ini Erik bersikap begitu padanya.

"Orang tuaku juga meminta kita putus, agar aku bisa fokus. Lagian, aku tidak berani LDR, karena aku takut tidak bisa setia."

Rasa kaget Kayla bertambah mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Erik. Alasan yang menurutnya sangat tidak masuk akal.

"Kamu tidak usah berpikir macam-macam. Fokus saja pada kuliahmu yang hanya tinggal dua semester lagi. Aku juga akan fokus pada S2-ku. Kalau memang berjodoh, kita pasti akan bertemu kembali."

***

Pertemuan terakhir Kayla dengan Erik waktu itu, menyisakan luka yang hingga kini masih terasa perihnya, meskipun lima tahun sudah berlalu. Ia tak lagi mendengar tentang kabar Erik. Bahkan nomor ponsel pria itu pun sudah tak lagi bisa dihubungi.

Pada usia yang hampir menginjak 27 tahun, Kayla belum berniat untuk mengakhiri masa lajangnya. Padahal, tidak sedikit lelaki yang datang melamar gadis yang sudah mengubah penampilannya sejak dua tahun lalu itu. Sayangnya, Kayla seperti enggan untuk membuka kembali hatinya. Bahkan sekelas Fariz, lelaki saleh yang merupakan adik salah satu sahabat kakaknya pun tak mampu meruntuhkan batu karang yang memagari hati Kayla.

"Kakak nggak ngerti, kamu mau cari calon suami yang seperti apa lagi, Kay," ungkap Rahma, kakak Kayla satu-satunya yang sudah menikah dan memiliki dua balita. Kebetulan, sejak kemarin ia menginap di rumah sang ibu. Sebab, suaminya sedang ada tugas ke luar kota.

Kayla yang sedang memasang jilbab di depan kaca meja rias, hanya tersenyum tipis mendengarnya. Ia tahu jika kakaknya sangat mengkhawatirkannya. Khawatir kalau dirinya memilih jadi perawan tua seumur hidup.

"Kamu itu cantik, saliha, pintar ... tapi kenapa kamu selalu menolak pinangan dari lelaki yang rasanya sudah sekufu dan pas dengan kamu?"

Kayla telah memasng jilbab, ia pun memutar tubuh, berjalan mendekati Rahma yang duduk di tepi ranjang.

"Kak, jangan khawatir! Aku akan menikah jika saatnya tiba. Untuk saat ini, mungkin belum. Aku masih menikmati hari-hariku bersama anak-anak itu. Jadi, biarkan semua berjalan apa adanya." Kayla mencoba menghibur.

Rahma terdiam. Jawaban Kayla tidak bisa lagi ia tampik.

***

Menjadi guru TK, memang sangat jauh dari jurusan yang diambil Kayla sewaktu kuliah. Sarjana ekonomi tersebut, telah memilih sendiri jalan hidupnya sejak dua tahun yang lalu. Kayla mengundurkan diri dari kantor tempatnya bekerja karena ingin hijrah dari segi penampilan maupun pergaulan.

Keinginannya berhijab dan berpakaian syari, berawal sejak ia merasa mendapat tatapan tak sopan dari atasan dan rekan kerja prianya. Kayla yang berwajah cantik, lama-lama merasa tidak nyaman dengan perlakuan mereka. Padahal, kala itu Kayla berpakaian cukup tertutup walau belum berjilbab. Namun, lekuk tubuh yang yang nyaris sempurna, tidak bisa tertutupi dan menghindarkannya dari perlakuan kurang menyenangkan.

Setelah keluar dari pekerjaan, Kayla pun rajin mengikuti pengajian umum maupun khusus. Sampai pada saat satu tahun lalu, ustazah tempat ia menimba ilmu, memintanya untuk ikut mengajar di TK miliknya. Kayla yang memang suka dengan anak-anak pun menyambut dengan sukacita.

Melihat perubahan Kayla, tentu sebuah kebahagiaan tak terhingga bagi keluarganya. Karena hanya tak satu pun nasihat yang masuk ke hatinya saat diminta menutup aurat. Bahkan berpacaran dengan Erik pun, satu pun keluarganya yang tahu. Sebab, di keluarganya, berpacaran adalah hal yang dilarang sama sekali. Meskipun ia bukan berasal dari keluarga yang pemahaman agamanya bagus.

Sayangnya, Kayla seperti patah hati. Ia tidak pernah memikirkan siapa laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupnya. Hal itu juga yang membuat keluarganya resah. Bahkan Mahira, adik perempuannya yang berusia dua tiga tahun di bawahnya, sudah menikah tiga bulan yang lalu. Namun, Kayla seperti tidak peduli sama sekali. Ia tetap bersikap tenang dan biasa saja menghadapinya.

***

"Kayla, ada pemuda yang memasukkan biodatanya kemarin. Saya rasa, dia cocok sama kamu," kata Ustazah Miftah. Siang itu, Kayla sengaja dipanggil oleh pemilik TK itu untuk menyampaikan hal tersebut.

Kayla tak langsung menanggapi. Ia mengambil selembar kertas yang ditaruh Ustazah Miftah di hadapannya.

"Tapi, dia sedang mencari istri kedua. Kriterianya sangat pas dengan kamu."

Kali ini Kayla tersenyum kecut mendengar kata istri kedua. Menikah saja belum terlintas di kepalanya, apalagi jadi istri kedua. Ah, ada-ada saja Ustazah Miftah ini!

"Kamu lihat dulu, baca dulu dengan teliti semua yang tertulis di sana."

Kayla pun menelusuri setiap huruf yang tertera di kertas putih tersebut. Namanya Muhammad Shabri. Usianya 32 tahun. Tidak dijelaskan terlalu detail tanggal lahirnya. Bahkan fotonya saja saja tidak ada. Hanya saja, kriteria perempuan yang dicari, ada pada diri Kayla.

"Itu istrinya sendiri yang menyerahkan biodata suaminya."

Kayla terperangah. "Yang benar, Ustazah? Saya kira suaminya sendiri."

Ustazah Miftah tersenyum dan menggeleng. "Bukan. Istrinya ini yang bersikeras menyuruh suaminya menikah kembali. Karena ... qadaarullaah, sang istri punya penyakit yang membuatnya tidak bisa melayani nafkah batin suaminya. Tambahan lagi, mereka punya dua balita. Satu berusia tiga tahun, satu lagi berusia satu tahun."

Kayla menelan ludah dengan susah payah. Ia banyak mendengar cerita seperti ini, tetapi suaminya yang bersikeras ingin menikah lagi. Namun, apa yang ia temukan sekarang, bertolak belakang dengan apa yang sering ia dengar.

"Tidak perlu dijawab sekarang. Kamu boleh memikirkannya, Kay. Bawa saja kertas itu pulang untuk dipertimbangkan," pungkas wanita berusia 45 tahun itu.

***

Menjadi istri kedua atas permintaan istri pertama, sungguh tidak pernah terbayangkan oleh Kayla. Karena untuk menikah saja, Kayla masih enggan. Namun, entah kenapa kali ini ia malah jadi memikirkan hal tersebut. Ada rasa penasaran yang merayap perlahan di relung hatinya. Benarkah ada perempuan yang ikhlas jika suaminya menikah kembali?

***

Dikhitbah Masa Lalu (Dalam Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang