Kini semua baju dan barang Chenle di kamarnya yang lama sudah di pindahkan, walau tidak semuanya sih hanya beberapa dan yang tersisa hanyalah ranjang kasur serta lemari lemari lainnya, Chenle hanya memindahkan baju dan barang yang menurutnya penting saja untuk kebutuhannya sendiri, tak lupa juga dirinya dibantu oleh bibi Yeri.
"Nak Chenle hari sudah sangat larut malam, tidak baik kalau ibu hamil bergadang, nak Chenle istirahat ya" kata bi Yeri yang sangat perhatian
Chenle melihat kearah jam yang ternyata sudah pukul setengah 12 malam setelah pertengkaran hebat tadinya yang masih jam 7 malam, ia juga merasa badannya sangat cape dan mengantuk.
"Baik bibi, Lele mau tidur dulu, semoga Lele betah tidur di kamar yang baru ini yang sebelumnya hanyalah gudang saja" kata Chenle dengan tersenyum miris.
Bi Yeri tersenyum sembari mengelus lengan Chenle untuk menguatkan, ia paham kalau pemuda manis ini pasti sangat sedih mengingat keadaan nya sekarang
"Kalau begitu bibi tinggal dulu ya, kalau ada apa apa panggil aja soalnya kamar bibi ada disebelah, selamat tidur" kata bibi Yeri
"Terimakasih bi, selamat tidur juga" balas Chenle, bi Yeri pun mengangguk lalu berlalu dari hadapan Chenle
Chenle pun melihat sekelilingnya yang dimana gudang ini sudah menjadi kamarnya saat ini, tidak seluas tempatnya dahulu bahkan di sini juga masih ada kotak kotak yang isinya tumpukkan berkas berkas punya peninggalan Daddy kandungnya, Mark.
Chenle pikir palingan berkas berkas kerjaan kantor Daddy dulu."Ck Lele tidak boleh lemah gini yang bisa hanya nangis nangis aja, Lele harus bisa melawan si om Jisung tua bangka itu. Awas aja Lele juga bakalan melakukan sesuatu biar dia jera dan mengambil balik hak Lele dan juga rumah ini, bagaimana pun juga ini rumah peninggalan Daddy Mark nya Lele enak aja diambil sama om tua itu!" kata Chenle dengan bertekad
"Tapi.. Lele bisa gak ya melawannya? Badan tuh orang gede banget dibanding badan Lele" pikir Chenle lagi dengan sedikit khawatir, Chenle khawatirkan dengan bayinya nanti takutnya kalau dirinya melawan maka keselamatan bayinya yang akan terancam.
Chenle berharap semoga dirinya serta sang calon bayi yang ada di perutnya baik baik saja selama ia berada disini, Chenle juga berpikir akan segera pergi dari rumah ini setelah bayi nya lahir dan membawa bayinya ikut bersama dengan nya meninggalkan negara ini tentunya.
.
.
.***
Keesokan paginya Chenle yang lagi enak enaknya tidur terkaget saat tiba tiba tangannya di sentak dan membuat tubuhnya duduk secara tiba-tiba.
Chenle membuka kedua matanya dengan malas serta kaget saat mendapatkan Jisung yang sudah berada di depannya dengan tatapan tajam.
"Enak banget jam segini masih tidur ya, bangun dan buatkan saya sarapan. Mulai saat ini kamu tidak akan sekolah lagi, dan menjadi maid dirumah ini" Kata Jisung sembari menyuruh Chenle untuk memasak sarapan.
"Tapi Lele kan tidak bisa masak" ucap Chenle dengan sedikit ragu
"Emang saya peduli? Cepat masakin saya sarapan yang enak, kalau tidak enak awas saja" balas Jisung yang memilih tidak peduli dan mengancam Chenle, setelah itu ia pergi dari hadapan Chenle yang masih duduk diam melihat kepergian dirinya.
Chenle menghela nafasnya pasrah, sebenarnya ia sangat malas dan masih ngantuk untuk beraktivitas di pagi hari ini tapi mau bagaimana lagi.
Tapi dirinya sedikit sedih sih karena tidak bisa melanjutkan pendidikan lagi, padahal sebentar lagi akan ujian kelulusan, masa dirinya akan mengulang kembali tahun depan? Tidak mungkin kan dirinya hanya tamatan SMP saja nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPFATHER || JICHEN🔞
FanfictionChenle yang tidak suka dengan laki-laki yang tiba tiba menjadi sosok ayah tiri untuknya, dirinya berniat untuk membuat ayah tirinya itu pergi dari kehidupan dirinya serta sang mommy, tapi bagaimana kalau nanti Chenle menjilat ludahnya sendiri? ⚠️⚠️⚠...