005. Endellion

113 17 4
                                    

Endellion update!

jangan lupa vote dulu sebelum baca ya... biar aku makin semangat.

HAPPY READING

....

"Gue yang ngelarang siapapun nggak boleh duduk di sebelah dia!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue yang ngelarang siapapun nggak boleh duduk di sebelah dia!"

"Kalau aku mau duduk di sebelah dia, kenapa?" tantang Endellion.

Rahang Venan mengeras, menunduk menatap Endellion yang pendek. Emosi cowok itu tampaknya mulai naik. Tangannya terkepal kuat saat mendapati ada seorang perempuan yang berhasil menantangnya.

Sedetik kemudian, Venan dengan kasarnya mendorong tubuh Endellion ke samping hingga membuat perempuan itu jatuh ke lantai dengan terkejut.

"Nggak usah sok keras kepala lo jadi orang!" bentak Venan.

Namun, di detik selanjutnya, seseorang menarik kerah baju Venan dari belakang lalu melayangkan satu pukulan telak ke rahang Venan membuat Venan hampir saja tumbang.

"Anjing!"

Umpatan kasar itu keluar dari mulut Venan saat ia hampir terjerembab. Kedua mata elangnya menatap seseorang yang sudah berani memukulnya. Kakinya maju beberapa langkah hingga berdiri tepat di hadapan Hazen.

"Punya nyali juga lo mukul gue," seru Venan dengan seringai jahatnya.

Hazen diam dengan wajah datar menatap Venan dibalik maskernya terlihat dari kedua mata cowok itu. Sedetik kemudian, Hazen jongkok di depan Endellion, menarik kedua bahu gadis itu untuk berdiri.

"Terimakasih, Hazen," ucap Endellion saat Hazen membantunya.

Sedangkan Venan dan Gava hanya melihat perlakuan manis dari Hazen untuk seorang gadis lancang seperti Endellion. Karena geram akibat Hazen yang mengabainya, Venan langsung menarik bahu kanan Venan untuk berbalik menatapnya.

"Gue belum selesai sama lo, ya!" bentaknya.

Hazen menatap Venan dengan dingin. "Lo punya masalah sama gue. Jangan libatkan orang lain, apalagi sama dia yang nggak tau apa-apa!" ucapnya sembari melirik Endellion yang duduk di bangku.

"Terus gue peduli?" tanya Venan. Satu tangannya dengan cepat menarik kerah seragam Hazen, hingga membuat cowok itu sedikit mendongak, masih dengan tatapan dinginnya. "Di sekolah ini, nggak ada yang boleh temenan sama lo! lo itu pembawa sial!" Kemudian Venan menghempas cengkraman di kerah seragam Hazen.

"Selama ini gue diam dengan semua perlakuan lo ke gue. Tapi, kali ini gue nggak bisa diam ngeliat lo yang beraninya cuman sama cewek!" balas Hazen.

"Udahlah, Zen, lo kalau mau aman di sini. Jangan macam-macam sama Venan!" timpal Gava yang sedang duduk di meja menatap Hazen.

Tatapan Hazen berpindah menatap Gava. "Gue tahu sekolah ini masih ada campur tangan bokap Venan. Tapi, bukan berarti dia seenaknya di sini!"

Venan terkekeh pelan. Lalu dengan secepat kilat ia memukul telak wajah Hazen hingga membuat cowok itu mundur dan tubuhnya menabrak kursi dan meja. Hazen berusaha menahan diri untuk tidak jatuh. Ia menatap Venan, sambil menahan rasa perih di sudut bibirnya. Sepertinya, sudut bibir Hazen terluka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ENDELLIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang