BAB 2. Wanchen

147 40 1
                                    

"Minum ini." Qing Ghaozen memberikan secangkir minuman herbal kepada Selir Xin tepat setelah mereka menghabiskan makan malam bersama.

Selir Xin menerima minuman herbal tersebut, "Apa ini, Yang Mulia?"

"Ramuan yang di racik agar kau tidak hamil!"

Mata Selir Xin melebar. Tidak menyangka jika Sang Raja sudah lebih dulu mempersiapkan hal tersebut. Meletakkan cangkir di atas meja oshin, Selir Xin terburu-buru bersujud memohon ampun. "Ampun Yang Mulia. Ratu sebelumnya memberikan saya ramuan kesuburan. Beliau berdoa agar saya segera mengandung."

Mata Ghaozen berkilat penuh amarah, "Jadi, kau lebih memilih mematuhi Ratumu daripada Rajamu, heh?"

"Ampun, Yang Mulia."

Tangan Ghaozen bergerak melempar ramuan kesuburan yang baru saja diolah oleh Selir Xin. Membuat keributan tersendiri di kediaman selirnya. "Sekarang, tak ada lagi ramuan itu! Habiskan ramuan ini sekarang juga atau aku membatalkan malam kebersamaan kita."

Membatalkan malam kebersamaan bersama Raja adalah hal yang memalukan. Bahkan, para selir lain pasti akan mengejek pun dengan dayang-dayang yang menggunjingnya dari belakang. Dan itu terjadi selama satu bulan hingga rumor mereda dengan sendirinya.

"B-baik, Yang Mulia," sahutnya gemetar sambil meraih cangkir kecil dan meminum minuman asam-pahit itu hingga tandas.

♚♚♚

Pagi ini, Qian Yueyin memilih untuk melangkah ke taman belakang kerajaan bersama para dayang senior dan juga dayang junior. Yang membedakan antara dayang senior dan junior adalah pakaiannya. Jika dayang senior memakai pakaian berwarna biru tua, maka dayang junior berwarna putih-biru.

Umurnya yang kini beranjak 20 tahun membuatnya harus benar-benar bersikap dewasa dan juga wibawa. Pernikahannya selama 3 tahun bersama Raja benar-benar mengajarinya bagaimana cara bertahan hidup di dalam istana.

Menindas dan mengabaikan! Itu adalah dua pilihan tepat untuk menyelamatkan diri sendiri.

"Aah~... tidak masuk," gumam seorang dayang yang mencoba melempar sebuah yìngbì atau koin ke dalam mulut naga yang terdapat di tengah kolam patung naga. Dipercaya, siapapun yang memasukkan koin ke dalam sana, apapun keinginannya akan terkabul. "Ratu, anda tidak mencobanya?" tawar seorang dayang pada Yueyin yang sejak tadi terdiam di belakang sambil menyaksikan mereka.

"Tidak." Yueyin tersenyum tipis pada dayang juniornya. Ya, senyumnya hanya lepas untuk para dayangnya saja. Dayang yang memang diharuskan setia pada satu majikan sampai akhir hayatnya. Begitu sumpah mereka! "Kalian saja."

"Ratu, ayolah... Ini sangat seru!" Dayang junior yang memang paling akrab dengannya begitu ceria. Sehingga berani memaksa Yueyin untuk turut melemparkan yìngbì ke dalam mulut naga. "Ini-"

Delikan dari dayang senior membuat dayang junior yang bernama Shie langsung terdiam, "Maafkan saya, Ratu."

"Tidak apa-apa, Shie." Yueyin bergumam lembut, sebelum menatap dayang senior yang mendelikkan matanya terhadap Shie. "Haon, tidak apa-apa. Jangan terlalu keras pada mereka."

"Baik Ratu," jawab Haon sopan sambil menunduk.

"Ah, Ratu, itu Raja." Shie dan semua dayang yang berada di jembatan wǎnchēn seketika membungkuk ketika melihat rombongan para Raja mendekati mereka. Yueyin juga turut menundukkan pandangannya sambil membuka jalan untuk Sang Raja lewati.

"Apa yang dilakukan Ratuku disini?" Qing Ghaozen menatap para dayang dengan tatapan meminta jawaban.

Seolah ingin melindungi dayangnya, Yueyin bergerak maju dan menunduk hormat. "Maaf, Raja. Saya meminta mereka untuk mengantarkan saya jalan-jalan kemari."

The Exiled QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang