BAB 7. Dào

128 28 0
                                    

Qian Yueyin duduk dengan tatapan yang sama sekali tak bisa diartikan. Sejak semalam, ia tidak tidur bahkan untuk sekedar beranjak dari kediamannya pun tak ia lakukan hingga pagi ini. Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, namun matanya tak memancarkan aura positif sedikitpun karena pagi ini, Dayang Haon akan dieksekusi oleh algojo kerajaan.

Dayang junior Shie yang sejak semalam duduk bersama ratunya hanya bisa menangis dan terus menangis mengingat betapa baik dan sabarnya Dayang Haon membantunya dalam merawat Sang Ratu. Beda halnya dengan Yueyin yang sama sekali tidak mengeluarkan air mata. Entah hatinya sudah mati atau justru memang air mata tak lagi tersisa setelah insiden ibunya kala itu.

Lalu, tiba-tiba saja, seseorang mengetuk kediamannya dan tak lama Dayang Sua masuk dan memberi hormat kepada Sang Ratu, "Yang Mulia, eksekusi terhadap Dayang Haon sudah dilakukan."

Mendengar hal tersebut, Dayang Shie menangis semakin keras. Sementara, mata Qian Yueyin menatap Dayang Sua tidak percaya. Ia bergerak berdiri, menatap Dayang Sua dengan perasaan yang benar-benar kacau. "Aku akan ke kediaman Raja."

Baik Dayang Shie maupun Dayang Sua segera berusaha menghalangi Ratunya. "Yang Mulia, tidak dibiarkan siapapun untuk memasuki kediaman Yang Mulia Raja saat ini," seru Dayang Sua cepat.

"Aku tidak peduli. Kalian tidak perlu mengikutiku! Aku akan pergi sendiri," final Yueyin sambil melangkah cepat ke kediaman Sang Raja tanpa memperdulikan seruan para dayang-dayangnya.

♚♚♚

"Yang Mulia, Yang Mulia Ratu datang menghadap," suara Kasim Chem terdengar dari depan ruangan.

Tidak menunggu sahutan Qing Ghaozen, Qian Yueyin segera melangkah masuk sambil menunduk hormat. Disana, Qing Ghaozen tidak hanya sendiri, melainkan ada ayahandanya dan juga sekretaris disana.

"Ratu," tegur Qian Zhen melihat puterinya masuk tanpa izin.

Mata cantiknya segera menoleh pada sang ayah. Ia tidak tahu kenapa jika melihat sang ayah, hatinya selalu merasa terluka. Terluka karena mengingat ibunya yang mati bunuh diri.

"Tinggalkan kami." Qing Ghaozen memberi perintah, menyela apapun yang hendak Qian Zhen katakan pada puteri tunggalnya. Padahal, ia masih mengenakan hanfunya berwarna putih tanpa sempat memakai jubah kebesarannya.

Baik sekretaris dan wakilnya segera meninggalkan kediaman Sang Raja. Setelah pintu tertutup, Qian Yueyin melangkah maju dan menunduk memberi penghormatan dengan wajah kecewa dan sedih yang tak bisa dijelaskan.

"Yang Mulia, anda telah menjalankan tugas anda sebagai Raja tanpa pernah ada kekeliruan, cacat, lalai, bahkan sampai semua rakyat kini berpihak kepada anda. Tapi, untuk hari ini saya benar-benar kecewa atas keputusan anda, Yang Mulia," gumamnya masih dengan posisi yang sama. "Anda bahkan tidak segan menjatuhkan eksekusi kepada dayang saya hanya karena tuduhan tak berdasar-"

"Tak berdasar?" tanyanya sambil menggeram pelan. Menatap sang ratu tajam. "Bukti bahkan jelas ditemukan di kediaman dayangmu, Ratu!"

"Saya tahu, Yang Mulia. Tapi, tidakkah ini terlalu aneh? Seakan seseorang menjebaknya?" Qian Yueyin menarik napas sambil memejamkan matanya sejenak. Memikirkan kemungkinan bahwa Dayang Haon benar-benar dijebak. Tapi, jika benarpun tampaknya sudah tak berguna. Melakukan pembelaan pun sudah tidak perlu mengingat Dayang Haon juga tidak lagi bisa di selamatkan. Yueyin harus memberikan sedikit bingkisan untuk keluarga Dayang Haon yang berduka. Ia akan mencari tahu sendiri siapa yang sudah menjebak dayang setianya itu. Seketika, pemikirannya berubah, menatap Qing Ghaozen yang seakan siap melahapnya kapanpun.

"Maaf, Yang Mulia," gumamnya disertai senyuman tipis sambil menurunkan tangannya untuk tidak lagi memberi hormat. "Bagaimanapun saya memohon, Dayang Haon tidak akan selamat mengingat keputusan anda yang terburu-buru." Walau pahit bagi Yueyin dan dayang lainnya, tapi mereka harus menerimanya. "Kalau begitu saya undur diri."

The Exiled QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang