Bab 8. Cháoxiào

136 28 0
                                    

"Berapa banyak lelaki yang sudah melihat wajahnya, Jenderal?" desis Qing Ghaozen kala Jenderal Huang Fu memberikan laporannya tentang kemana perginya Sang Ratu.

Jenderal Huang Fu segera bersujud, "Ampun, Yang Mulia. Saya tidak tahu!" Tidak mungkin bukan ia mengatakan bahwa hampir setiap mata pria tertuju pada wajah cantik Ratunya yang langka. Bisa-bisa mereka semua akan terbunuh.

"Kau tidak tahu atau kau sengaja menyembunyikannya dariku, hm?" tanya Ghaozen sinis sambil mengelus pedang kesayangannya. Pedang yang memiliki kepala naga serta ukiran yang begitu rumit namun memiliki banyak arti.

"Perlukah aku memanggil setiap laki-laki yang ada di ibukota atau justru memberikan hukuman pada Ratuku karena tidak memakai cadarnya?"

Jenderal Huang Fu kembali bersujud, "Ampun Yang Mulia. Saya mohon jangan-"

"Jangan?" tukas Qing Ghaozen cepat. Menatap sang jenderal bingung. "Jangan untuk Ratuku atau justru rakyatku?"

Dalam hati Jenderal Huang Fu merutuki ucapannya. Jika ia berkata membela Ratu maka nyawanya akan habis mengingat Qing Ghaozen akan mengira bahwa ia memiliki perasaan kepada ibu negara mereka. Namun, jika mengatakan ia membela rakyat laki-laki maka dipastikan Ratu yang akan diberi hukuman.

Lantas, apa yang harus dilakukannya sekarang? Bagaimana cara ia menjawab pertanyaan menjebak ini?

"Yang Mulia, saya-"

"Kepala sekretaris datang menghadap Yang Mulia," seru Kasim Chen tiba-tiba, menyela apapun yang hendak Jenderal Huang Fu katakan.

Dalam hati, Jenderal Huang Fu menghela napas lega. Setidaknya ia bebas untuk saat ini dari pertanyaan yang bisa saja berakhir maut pada dirinya walau sejak kecil ia sudah menemani Rajanya ini.

Luo Fan melirik Jenderal Huang Fu sekilas, seakan memberi tanda bahwa ia datang dengan sengaja untuk menyelamatkan nyawa Jenderal Huang Fu. Ketika ia berdiri di hadapan Sang Raja, kepalanya menunduk penuh penghormatan. "Yang Mulia, saya ingin membicarakan perihal penobatan Kaisar yang akan diadakan beberapa hari lagi."

Meletakkan pedang pada tempat asalnya, Qing Ghaozen menatap datar pada sosok pria paruh baya tersebut.

"Raja Wan Shan akan menghadiri penobatan anda, Yang Mulia," gumamnya secara pelan dan penuh hormat. "Saya yakin jika kedatangannya memiliki maksud tersendiri dan terlebih saya sedang menyuruh Jenderal Huang Fu untuk menyelidikinya."

Jenderal Huang Fu mengernyit. Mengingat kepala sekretaris itu tidak pernah memberikan tugas tersebut padanya. Lalu, apakah ini salah satu cara Luo Fan untuk menyelamatkannya?

"Apakah benar begitu, Jenderal?" tanyanya dengan nada yang jauh dari kata ramah. Lagipula, sejak kapan Qing Ghaozen mau beramah tamah dengan rendahan seperti mereka?

Dan pada akhirnya Jenderal Huang Fu memilih untuk mengangguk, mengikuti permainan dari kepala sekretaris kerajaan tersebut. Karena ini adalah satu-satunya cara agar ia bisa selamat dari pilihan tak wajar yang raja berikan padanya tadi. "Benar, Yang Mulia. Saya sedang mengamati gerak-gerik Raja Wan Shan yang terlihat mencurigakan. Maka itu-"

"Lakukan dengan benar karena aku tidak ingin ada kesalahan sedikit saja di hari penobatanku nanti!" tukasnya cepat dan tegas.

"Baik, Yang Mulia."

♚♚♚

"Berhentilah menangis, Dayang Shie," gumam Qian Yueyin pelan saat melihat dayang setianya itu masih terus menangis tanpa suara. "Dayang Haon mati karena kesetiaannya padaku. Lagipula, dia tidak membutuhkan tangisanmu karena yang dibutuhkan olehnya adala doamu."

"Maafkan saya, Yang Mulia Ratu."

Qian Yueyin menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. Perasaannya jauh lebih lega setelah ia berhasil mengunjungi makam ibunya. Namun, tetap saja rumor yang beredar dikalangan masyarakat yang di dengarnya sepanjang perjalanan sangat mengganggu benaknya.

“Dasar wanita tidak tahu malu,"

"Mana mungkin Raja menginginkan Ratu yang kabarnya memiliki wajah buruk rupa sehingga kemanapun harus memakai cadar."

"Hussh, pelankan suara kalian! Kita tidak tahu jika ada pihak istana yang mendengar dan akan memberi kalian hukuman!"

Tampaknya kedua temannya itu tidak peduli dan meneruskan percakapan mereka. "Pantas saja sampai saat ini Raja belum memiliki keturunan, apalagi jika sebentar lagi Yang Mulia Raja akan dinobatkan sebagai Kaisar. Aku yakin Ratu itu akan segera ditendang."

"Dan aku tak sabar untuk membiarkan ayahku mencalonkanku menjadi selir istana," bisik seorang puteri bangsawan membuat kedua temannya itu menatap mereka iri. "Lalu, dengan begitu, aku akan melengserkan posisi Ratu jelek itu, haha~"

Memejamkan matanya erat, sambil menggenggam tirai jendela kediamannya. Yueyin merasakan hatinya terguncang, sehina itukah pandangan rakyat terhadapnya? Menggelengkan kepalanya pelan, ia memilih untuk melupakan cerita apapun yang didengarnya tadi sore. Walau rasanya begitu sulit, namun bukankah itu adalah hal yang sudah lumrah untuk ia dengar?

Menatap bulan penuh di atas sana, Qian Yueyin seketika tersenyum tipis. Berharap bahwa sang ibu melihatnya dari atas dan menyemangatinya untuk terus bertahan. Yueyin mengingat saat pertama kali dirinya memasuki istana, ia merasa terpana ketika dikenalkan dengan putra mahkota dan juga Huang Fu yang tak lain adalah teman kecilnya Sang Kaisar saat ini.

Ibundanya merupakan seorang bangsawan dari keluarga Qian yang merupakan keluarga terpandang di kerajaan, terkenal akan lemah lembut, sopan dan memiliki tata krama yang terkenal di setiap para bangsawan. Tak Heran kakek dari Qing Ghaozen menikahi salah satu keluarga terpandang Qian yakni Qian Xien. Dia adalah perempuan pertama dari keluarga Qian yang dinikahi oleh seorang Raja. Beda halnya dengan sang Ibunda Raja sekarang yang berasal dari keluarga terpandang lainnya yakni, Jiao.

Keluarga Jiao sendiri terkenal akan kerupawanan yang luar biasa. Sejatinya, tidak ada yang mengalahkan aura mereka dalam kecantikan dan ketampanan membuat Raja Terdahulu langsung jatuh hati ketika melihat putri pertama bangsawan Jiao. Tentu saja banyak wanita patah hati karenanya ketika sang raja terdahulu memilih untuk menikahi bangsawan Jiao sama halnya seperti Qian Yueyin sekarang. Bahkan kecantikan Yueyin melebihi dari kecantikan keluarga Jiao. Dia benar-benar spesial sehingga tak ada seorang pun yang berani menyentuhnya karena pedang Raja siap menghunus siapa pun yang melukai sang ratu.

"Ratu," Dayang Shie memanggil pelan, "Anda baik-baik saja?" tanyanya saat sejak tadi ia tak mendengar apapun yang tertutur dari bibir merah muda milik majikannya.

Qian Yueyin mengangguk tipis. "Aku baik-baik saja, Shie."

"Apakah Anda ingin meminum teh?" tawar Shie sejenak.

"Tidak Shie. Aku hanya akan beristirahat." Qian Yueyin kembali ke peraduannya. Ia telah mengenakan hanfu santai untuk istirahatnya. "Ah, tolong sampaikan pada Selir Xin besok pagi aku ingin mengundanganya untuk minum teh bersama."

Dayang Shie mengangguk patuh, "Baik, Yang Mulia Ratu. Saya undur diri,"

Qian Yueyin hanya mengangguk sebelum benar-benar melelapkan diri dalam tidur malamnya yang terasa begitu singkat. Singkat karena esok ia harus kembali pada kegiatan istana yang tak akan ada habisnya apalagi mengingat penobatan sang suami yang sebentar lagi, dipastikan dirinya akan benar-benar sibuk.

**

TBC

Vote & Komen yaa...

Mungkin kalian belum ngeh dan masih bingung sma namanya, tapi kalo kalian konsen bacanya pasti lama2 ngeh 😘

The Exiled QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang