BAB 13. Liúwáng

59 24 1
                                    

Qian Yueyin duduk dengan tangan, kaki, dan leher yang terikat oleh tali manila. Jika memang hukumannya adalah eksekusi, maka tali tersebut hanya tinggal ditarik lalu membiarkan Yueyin meregang nyawa di hadapan Sang Kaisar. Yueyin menunduk semakin dalam mengingat suaminya ah, tidak, tapi mantan suaminya sudah menjadi seorang Kaisar di tiga kerajaan yang ada.

Dia bukan menunduk karena hormat, melainkan menunduk malu karena memang dirinya saat ini hanyalah pengkhianat tertinggi negara. Dirinya yang dulu seorang ratu sudah menjadi gelandangan hanya dalam sekejap saja. Dirinya yang dihormati kini dicemooh oleh setiap bibir yang terbuka. Dirinya yang selalu menutupi wajahnya dengan benang sutra halus yang tentunya mewah kini hanya tertutup oleh kain hitam tipis yang terdapat lubang kecil-kecil untuk ia bernapas.

Qian Yueyin hanyalah pecundang saat ini. Ia bahkan berusaha mengabaikan setiap mulut para pejabat yang berkomentar buruk tentangnya dengan berbisik-bisik.

Matanya yang sayu memejam erat seakan ia tidak sanggup lagi mendengar apapun yang tidak ingin didengarnya. Telinganya panas karena cacian tak kunjung berhenti dari setiap bibir yang ada. Mengatakan bahwa ia adalah wanita tidak tahu diri, wanita tanpa rasa malu, dan wanita yang sama sekali tidak pantas dengan Sang Kaisar.

Luo Fan membuat bibir yang terbuka seketika terdiam bungkam. Sadar bahwa ini bukan saatnya mereka berbicara, melainkan Sang Kaisar sendiri. Kaisar Ghaozen yang akan menentukan hukuman untuk pengkhianat dan para pejabat sudah menduga bahwa hukumannya adalah eksekusi.

Qian Zhen yang biasanya turut berbicara, kini memilih diam disamping Luo Fan. Matanya melirik ke arah puterinya lalu kembali menatap lantai di bawah kakinya. Ia benar-benar tidak mampu berkata apapun untuk membela sang anak. Nyaris seminggu ia tidak pernah tidur dan terus memohon untuk menangguhkan hukuman Qian Yueyin, namun tetap saja bertemu dengan Ghaozen sangat sulit mengingat puterinya sudah berkhianat.

Dan Qian Zhen tahu bahwa setelah hukuman puterinya dilakukan, maka jabatannya sebagai wakil sekretaris kerajaan pun juga akan dicabut. Karena seorang pengkhianat, darahnya harus dibasmi habis. Itulah sistem kerajaan dari Dinasti Qing sejak dulu kala. Lalu kini, puterinya sedang menantikan hukuman dari Sang Kaisar.

"Yang Mulia," Haocun sang penasehat sebelah kiri segera membuka suaranya. "Estimasi Raja terdahulu ialah pengkhianat akan tetap dieksekusi hingga tujuh turunannya. Tidak pernah ada kata ampun bagi seorang pengkhianat." Bibir Haoxun tersungging sinis menatap Qian Zhen dan juga Luo Fan penuh kemenangan.

Tak butuh waktu lama, penasehat sebelah kanan --Piao Nan-- menyela cepat. "Yang Mulia, harap Anda memikirkan ulang hukuman untuk Yang Mulia Ratu. Karena bagaimanapun Raja terdahulu telah berhutang nyawa kepada Qian Zhen."

Alis Sang Kaisar terangkat sebelah. Ia sama sekali tidak tahu mengenai hal ini. Jika memang Qian Zhen menyelamatkan Ayahnya, lalu kenapa tidak ada yang memberitahunya?

"Perperangan dengan Dinasti Tang 12 tahun lalu membuat nyawa mendiang Raja Qing Sheng dalam bahaya, namun Qian Zhen dengan cepat menjadikan dirinya sebagai perisai mendiang Raja Qing Sheng, Yang Mulia. Harap pertimbangkan hal ini sebelum Anda memutuskan hukuman untuk Yang Mulia Ratu." Piao Nan menunduk dalam dan mundur selangkah. Pembelaannya telah selesai dilakukan, kini mereka hanya bisa berharap bahwa Raja membuat keputusan yang bijak.

Haocun yang mendengar hal tersebut menggeram pelan, "Yang Mulia, tidakkah Anda ingat bahwa keluarga Qian telah membunuh orang tua Anda?"

Qian Yueyin langsung menegakkan dagunya, menatap tajam sosok Haocun yang membuat pernyataan tanpa bukti tersebut. Kapan keluarganya membunuh kedua orang tua Kaisar? Lalu, mata Qian Yueyin beralih pada sosok ayah yang selalu mendampinginya. Matanya menyiratkan rasa penasaran akan pernyataan yang Haocun katakan. Berharap bahwa Qian Zhen menjawab pandangan matanya. Tapi, lelaki itu justru memilih membuang wajahnya.

Lantas, apakah itu benar?

Apa keluarganya pernah membunuh keluarga Qing Ghaozen? Lalu, jika begitu kenapa Qing Ghaozen tetap menikahinya? Kenapa lelaki itu tidak mengatakan apapun padanya? Karena jika memang itu benar-benar terjadi, yang dapat Yueyin lakukan hanyalah menjauh sejauh mungkin dari Qing Ghaozen.

"Saya akui bahwa keluarga Qian pernah berjasa sekaligus membawa petaka yang membuat Anda tinggal dan membesarkan kerajaan ini sendirian. Tapi, kami ingin Anda memberikan hukuman yang pantas untuk Yang Mulia Ratu sebagai contoh untuk rakyat agar tidak melakukan pengkhianatan seperti ini lagi."

Setelah Haoucun mengutarakan kalimat tersebut, semua para menteri terdiam. Menunggu keputusan Sang Kaisar yang membuat setiap jantung mereka berdebar keras. Terutama Qian Zhen dan Luo Fan. Keduanya menatap Qian Yueyin yang tampak tenang tanpa rasa takut, seakan wanita itu siap dengan apa yang Qing Ghaozen putuskan.

"Qian Yueyin," gumamnya pelan yang membuat setiap mata menahan napas. "Pengkhianatan yang kau lakukan memang tidak bisa dimaafkan," Qing Ghaozen berusaha untuk tenang dalam memberikan hukuman. "Tapi, mengingat pengorbanan yang Ayahmu lakukan maka kau akan dikirim ke pengasingan! Berangkatlah besok pagi sebelum fajar," putusnya sebelum pergi meninggalkan ruang aula yang dipenuhi dengan keriuhan para menteri.

♚♚♚

"Jadi, ini keputusan yang Anda buat, Yang Mulia?" tanya Jenderal Huang Fu sambil menahan senyum. "Saya tahu, Anda tidak mungkin mengeksekusi Yang Mulia Ratu."

Qing Ghaozen yang duduk dengan gelisah di kediamannya seketika menghela napas untuk menetralkan jantungnya yang terus berdetak keras. Berharap bahwa keputusannya ini adalah keputusan yang benar. Sekejam apapun ia di depan bawahannya, Qing Ghaozen tetaplah manusia yang memiliki perasaan untuk sosok perempuan yang akan selalu dicintainya walau tahu bahwa perempuan itu adalah puteri dari pengkhianat yang telah membunuh mendiang orang tuanya.

"Pantau dia selalu, Jenderal. Kau harus mengawasi dan memberikan laporannya padaku, paham?!"

Jenderal Huang Fu mengangguk patuh. "Saya mengerti, Yang Mulia."

"Dan aku akan menyusulnya suatu saat nanti," pandangan Qing Ghaozen tertuju pada sebuah lukisan indah yang sangat berharga baginya. Lukisan dengan wajah Qian Yueyin yang begitu mempesona setiap saat.

♚♚♚

"Apakah itu benar?" Yueyin menatap nanar sosok Ayahnya dan juga Luo Fan yang mencoba membantu menjelaskan perihal pembunuhan yang pernah terjadi. "Apakah benar keluarga Qian telah membunuh kedua orang tua Kaisar?" serunya tidak menyerah. Menggenggam hanfunya erat sebelum mundur beberapa langkah dan terduduk lemas. "Jawab aku!" teriaknya seakan tidak ada yang mendengar. "Kumohon jawab aku," bisiknya sebelum benar-benar kehilangan tenaganya dan terkulai begitu saja.

Luo Fan dan juga Qian Zhen segera mendekat. Menatap cemas pada puteri mereka. Keduanya memanggil nama wanita itu berulang kali, namun Qian Yueyin tidak menjawab apapun. Selama beberapa hari ia tidak diberi makan jika tidak diantar oleh Luo Fan, hanya ada air putih dan tidak terkena sinar matahari sedikitpun sehingga keadaan tubuhnya sangatlah lemah dan tak bertenaga. Dan kini, informasi yang ia dengar semakin menambah beban di kepalanya hingga Yueyin yang tak sanggup menanggungnya hingga tidak sadarkan diri.

"Panggilkan tabib istana!" seru Qian Zhen lantang membuat kasim junior tergopoh-gopoh masuk ke dalam kediaman Sang Ratu dan para dayang segera memanggil tabib istana untuk memeriksa keadaan Sang Ratu.

**

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Exiled QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang