BAB 12. Jiāmiǎn

95 27 0
                                    

Penobatan sang raja telah dimulai sejak beberapa jam yang lalu. Semua wanita terutama Selir Ming jelas berlomba dengan beberapa wanita yang hendak dicalonkan sebagai selir kerajaan Dinasti Qing. Sejujurnya, dirinya kini merasa menang karena sudah menjadi satu-satunya milik raja mengingat Ratu sudah di depak sedangkan Selir Xin mati ditangan sang ratu.

Benar-benar bodoh!

Ia bahkan tidak perlu mengotori tangannya untuk kedua wanita yang selalu membuatnya menjadi orang ketiga yang diperhatikan oleh raja setelah dua wanita itu. Tapi, biarlah... Setidaknya saat ini hanya dia yang duduk di samping raja, menemani masa penobatan suaminya menjadi seorang Kaisar. Adakah yang lebih membahagiakan dari ini?

Tidak, tentu saja!

"Yang Mulia, berikut adalah calon selir yang akan mendampingi Anda," seru salah satu protokol istana sambil membungkukkan badannya penuh hormat. Disisi kiri dan kanan Raja terdapat para menteri yang bersiap menunggu acara utama yang tentunya setelah penobatan Raja yang kini sudah menjadi Kaisar Dinasti Qing.

Para pejabat itu berharap bahwa puteri mereka akan menjadi salah satu selir istana kerajaan. Namun, beda halnya dengan Selir Ming yang sudah menyunggingkan senyum liciknya.

Dia akan melihat, sebetah apa selir baru yang akan menjadi isteri Raja kelak? Tentu saja, Selir Ming takkan membiarkannya begitu saja.

Dan tak perlu menunggu lama, para selir mulai memasuki istana emas dengan menunduk penuh penghormatan. Ketujuh selir itu memakai pakaian yang sangat mewah, yang merupakan pakaian terbaik yang mereka punya. Bahkan, jauh sebelum penobatan ini, mereka sudah lebih dulu mencari bakal yang paling indah yang tiada duanya.

♚♚♚

"Yang Mulia-"

Qian Yueyin masih memilih bungkam, mengabaikan apapun yang didesak oleh sahabat ayahnya ini. "Seharusnya kau mendampingi Raja untuk mencari selir baru, Luo Fan. Bukan mendesakku untuk kabur dari sini!"

"Ratu-"

"Aku bukan lagi ratumu, Luo Fan. Derajatku saat ini bahkan lebih rendah darimu."

Luo Fan berdecak seketika. Ia membiarkan Qian Zhen menggantikan posisinya untuk menemani raja agar bisa melakukan percakapan dengan Qian Yueyin mengingat betapa keras kepalanya wanita ini. "Terserah kau saja, yang penting saat ini kau harus keluar dari sini juga! Istana ini sudah tidak aman untukku."

Yueyin menatap sendu ke langit-langit penjara yang begitu gelap. Untung saja, dengan bantuan Jenderal Huang Fu, Luo Fan bisa masuk dan memberikan makanan hangat untuk dikonsumsi oleh wanita yang sudah ia anggap sebagai puteri kandungnya.

"Aku pernah bersumpah pada seseorang," gumam Yueyin pelan. "Sumpah bahwa aku ingin mati ditangannya, Paman." Ya, Yueyin bersumpah akan mati di tangan Qing Ghaozen kecil yang terlihat begitu menyukainya. Tentu saja Yueyin masih ingat balasan kata-kata yang Ghaozen saat itu.

"Kalau kau ingin mati ditanganku, lalu haruskah aku membunuh diriku untuk mati bersamamu, Yue?"

Luo Fan seketika tercekat. Ia tahu bagaimana dekatnya mereka dulu. Namun, setelah kejadian nahas itu semuanya sudah berubah. Tidak ada lagi interaksi intim antara Ghaozen dan Yueyin. Keduanya seakan sama-sama menjaga jarak untuk menahan perasaan masing-masing. Ghaozen dengan tingkah angkuhnya langsung meminta Yueyin untuk menjadi Ratu istananya. Padahal, jika diingat-ingat saat itu Yueyin sedang masa trauma karena ibundanya baru saja meninggal.

Pria itu seakan tidak mau tahu perasaan Yueyin dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Padahal, bisa saja Ghaozen melamarnya dengan cara romantis seperti yang ia lakukan pada Selir Ming, namun tidak dilakukannya. Bahkan, Luo Fan mengingat jelas kata-kata kejam yang dikeluarkan oleh Ghaozen kala itu di depan pemakaman ibunda Yueyin,

"Jadilah Ratuku, maka aku akan memberimu segalanya!"

Seakan Yueyin adalah barang yang tidak berguna. Ghaozen kembali berucap,

"Tak ada pilihan bagimu, Yueyin. Atau aku akan melenyapkan keluargamu yang tersisa!"

Dan saat itu dengan sangat terpaksa, Yueyin menjadi Ratu kerajaan Dinasti Qing. Luo Fan yang mendengarnya seakan tidak percaya, Qian Zhen adalah sahabat dekatnya dan jika Yueyin menolak menjadi Ratu, maka Qian Zhen juga turut dibunuh. Luo Fan tidak bisa membiarkan itu terjadi! Hingga tiba-tiba saja, kalimat yang diucapkan dengan nada getir itu tertutur penuh kepahitan dari bibir seorang Yueyin,

"Aku akan menjadi Ratumu, Yang Mulia," air mata yang Yueyin tahan sedari tadi kembali mengalir. Ia lirik batu dimana ibunya di tanam. "Tetapi kumohon," gadis yang berusia 16 tahun saat itu bersujud begitu saja di kaki Sang Raja. "Jangan sentuh keluargaku lagi."

"Dan mungkin ini adalah waktuku untuk mati ditangannya," suara Yueyin yang sangat lembut memecah lamunannya dimasa lampau. Luo Fan menatap lekat wajah cantik yang terlihat begitu pucat dalam remang-remang. "Benar 'kan, Paman?"

"Yueyin..." Luo Fan bergerak dengan memeluk Yueyin erat. Ia benar-benar tidak tega melihat keadaan puteri angkatnya seperti ini. "Kenapa orang baik sepertimu harus menjalani hukuman seperti ini?"

Yueyin hanya tersenyum dalam pelukan Luo Fan. Ia merasa hangat dan nyaman. Membiarkan logika dan batinnya terus berperang demi mengikuti keinginan sang paman untuk kabur atau justru tetap tinggal?

"Jika aku sebaik itu, maka aku tidak akan dihukum, Paman. Aku sudah membunuh dan jelas saja hukumanku adalah eksekusi." Yueyin menghela napas pelan setelah Luo Fan melepaskan pelukannya. "Mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita, Paman. Jaga dirimu baik-baik."

"Yueyin, apa kau sadar bahwa kau bisa saja mati di tangan algojo kerajaan? Bukan di tangan Ghaozen? Karena orang yang mati ditangan Ghaozen adalah orang terhormat yang membela kerajaan."

"Aku tahu," Yueyin mengangguk. Tentu saja dia amat sangat tahu. "Jikapun aku mati di tangan algojo, tidak masalah. Karena aku sudah menemukan jawaban atas perasaannya padaku selama ini, Paman."

Luo Fan menggeleng keras. Ia tidak bisa membiarkan Yueyin mati begitu saja, apalagi ditangan algojo kerajaan. "Paman akan membicarakan ini sekali lagi dengan Raja."

"Tidak perlu, Paman!" seru Yueyin cepat. "Biarkan sekali saja aku melihat Paman lebih lama disini. Aku ingin mengenang wajah Paman dan juga Ayah. Ah, aku sudah mengirimkan pesan untuk Ayah melalui Jenderal Huang Fu. Tolong, Paman ingatkan dia karena Paman tahu bahwa Jenderal orang pelupa." Yueyin berujar panjang lebar agar Luo Fan lupa dengan niatnya yang ingin meminta ampun pada Raja akan kesalahan Yueyin. "Dan ya, aku juga sudah menyiapkan hadiah untuk Paman. Ada dikamarku, minta saja pada Dayang Shie."

Dan hal terakhir yang bisa Yueyin lakukan hanyalah tidak membiarkan Paman dan Ayahnya itu melakukan hal yang bodoh untuk menyelamatkan nyawanya. Karena bagi Yueyin, nyawa mereka lebih penting dari apapun di dunia ini.

Matanya menatap pada langit luar disela-sela bolongan kecil yang ada di dinding nan gelap tersebut. Bulan berpendar terang seakan tersenyum padanya. Menguatkan dirinya sebelum hari esok tiba. Hari dimana eksekusinya akan dilaksanakan.

**

TBC

The Exiled QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang