Pemuda manis yang sedang bergelung dalam selimut itu secara tiba-tiba terbangun karena suara alarm yang memekakan telinga, jam weker yang berada di nakas pun menjadi sasaran empuk tangan lentiknya, karena dengan tanpa perasaan pemuda manis itu membantingnya dengan keras.
"Astaga Wooyoung bangun!!"
Suara wanita melengking menyapa rungunya, langkah kakinya mendekat ke arah jendela dan membuka gordennya.
Pemuda yang kembali memejamkan matanya itu mengernyitkan dahinya karena suara melengking sang ibu disusul kilau cahaya yang mengusik matanya.
"Ya ampun ibu, 5 menit lagi, aku masih ngantuk bu" erangnya yang membuat sang ibu menggelengkan kepalanya.
"Tidak, ayo bangun, lihat Jongho sudah menunggumu di bawah, bahkan dia sudah menunggu sejak 15 menit yang lalu, ayo cepat bangun!!"
Wooyoung, pemuda manis itu, kini menyibakan selimut yang dia kenakan lalu turun dari tempat tidur dan keluar kamar.
"Ho, kenapa pagi sekali, Pak Song kan bilang kerjaan kita hari ini dimulai jam 9" ucapnya seraya menuangkan air putih ke dalam gelas.
"Iya tapi ini hari minggu ka, jalanan akan ramai, jarak tempuh kita cukup jauh, ayolah kau kan tahu Pak Song tidak suka jika pegawainya terlambat"
Wooyoung meminum airnya dan memberikan segelas pada temannya itu.
"Yasudah kau tunggu 15 menit ya, ada cemilan di meja depan"
Jongho tersenyum dan menganggukan kepalanya, sedangkan Wooyoung membawa dirinya ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
.
.
."Selamat siang silahkan mampir"
"Selamat siang mari kunjungi kedai baru kami"
Suara lantang Wooyoung dan Jongho menggema di pinggir jalanan kota, lalu lalang manusia cukup membuat Wooyoung sakit kepala, dengan memakai kostum yang cukup tebal rasanya begitu panas dan gerah.
"Istirahatlah 30 menit untuk makan siang"
ucap Pria tua sekitar 60 tahunan yang mendekat kearah mereka.
"Baik pak terimakasih" ucap keduanya lalu berjalan ke arah belakang kedai.
"Ka apa kepalamu sakit? Kau terlihat pucat" tanya Jongho terlihat khawatir pada temannya itu.
"Tidak apa-apa Ho, aku hanya sedikit kegerahan" jawabnya namun tak membuat Jongho merasa puas.
"Tunggu disini aku akan membeli makanan"
Wooyoung menahan tangan Jongho.
"Belikan aku roti saja Ho, kau belilah makan yang benar"
Jongho menghela nafasnya.
"Gak ya ka, aku akan membeli bento untuk kita makan, berhentilah berhemat kau harus makan yang benar agar kuat bekerja"
"Tapi Ho, sekotak bento bisa untuk aku menambah iuran sekolah, aku tidak mau terus-terusan membebani ayah, dia sudah tua Ho, belum biaya sewa rumah yang sudah menunggak"
Jongho mengerti, Wooyoung dan kondisi keluarganya yang memprihatinkan, tidak mereka tidak benar-benar miskin dan tak mampu, namun sejak Pak Lee sering sakit-sakitan, kondisi keuangan mereka menjadi sangat turun drastis, Wooyoung harus diam-diam bekerja di akhir pekan untuk membayar uang sekolahnya sendiri, meskipun orang tuanya masih sering memberinya uang saku tapi Wooyoung tak pernah menerimanya dengan alasan dia cukup membawa bekal ke sekolah.
Untuk transportasi pun terkadang dia berjalan kaki atau memakai sepeda, meskipun jarak rumah dan sekolahnya cukup menempuh jarak yang jauh.
Berbeda dengan Jongho, pria gembil itu bekerja hanya karena untuk membeli sesuatu yang di inginkan, karena dia tak berani meminta lebih kepada orang tuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIC PRINCE ! Sanwoo/Woosan
FanfictionWooyoung tidak mengerti kenapa semua tiba-tiba berubah, keluarganya, sekolahnya, seketika berbeda dengan kehidupan sebelumnya setelah seseorang bermarga Jung mengatakan hanya dialah satu-satunya cucu yang dia punya. WARNING ⚠️ 🔞 NSFW ⛔ NC 🚫 BL . B...