11 : Take

265 28 1
                                    

Buku yang sedari tadi ada di pangkuannya terabaikan, punggung sempit namun terlihat kekar itu menyandar pada sebuah tembok besar, perlahan bibirnya tersenyum kala mendengar percakapan di balik tembok yang sedang dia sandari, dia sudah tahu akan seperti ini, dia tidak pernah sekalipun kalah jika berhadapan dengan lawan sepadannya, tapi kali ini ia kalah, sering kali dia tak sengaja menelisik dua insan yang sedang bercakap di belakang sana, saling curi pandang seolah menunjukan ketertarikan satu sama lain.

Dia lega, tidak, dia tidak menyerah begitu saja pada awalnya, namun dia sadar, tentang hal ini sedari awal tidak pernah ada kata persaingan, sejak awal dia sudah kalah telak, tak sedikit pun dia mendapati balasan serupa dari perlakuannya pada sang submisiv, dia selalu membalas dengan hal yang berbeda, tatap binar itu memilik batasan yang sudah dia perkirakan, lain halnya pada sang lawan yang selalu dia abaikan eksistensinya.

Yeosang, ya pria itu mendengar semuanya, mendengar percakapan dan perjanjian yang mereka putuskan, sejak awal dia tahu akan begini akhirnya, Wooyoung adalah orang pertama yang dapat mencuri perhatiannya, pria Kang itu tak pernah sekalipun berbohong atau menyangkal tentang perasaanya, dia suka, menyukai pria mungil itu, tapi dia sadar sampai kapan pun perasaanya itu takan pernah terbalaskan, tatapan Wooyoung menjadi sebuah jawaban atas segala rasa penasarannya.

Wooyoung akan mudah tersenyum, tertawa, menampilkan seluruh ekspresi yang dia punya pada candaan atau ucapan yang Yeosang lontarkan padanya, lelaki itu selalu menatap tepat pada matanya, selalu memusatkan atensinya saat dia berbicara, dan hal itu sama saat Mingi atau Yunho menjadi lawan bicaranya, lain halnya saat dia berhadapan dengan Choi San, semburat merah selalu menghiasi pipi mulusnya, mata indahnya selalu bergerak ke sana kemari hanya karena sebuah sapaan saja, dan itu sudah jelas menandakan bahwa dia sedang menahan salah tingkahnya.

Dia kalah.. Dia akui itu, dia takan menghalangi usaha dua insan yang ada di sana, dia takan sejahat itu untuk menjadi penghalang atas hubungan yang akan mereka perjuangkan, beberapa kali helaan nafas dia keluarkan, rasanya sakit, patah hati pertama yang Yeosang rasakan, cukup membuat dadanya sesak, namun menerima ini semua bukankah sebuah hal terhormat daripada berontak seperti yang selalu dia lakukan?

Dia menutup buku di pangkuannya dan lekas berdiri untuk kembali pada keramaian yang sedari tadi dia tinggalkan, dia tidak terlalu tertarik akan hal-hal seperti ini, dia selalu merasa lelah saat berhadapan dengan banyak orang, namun atas posisinya dia tak boleh bersikap demikian, kepalanya menunduk mencoba merapihkan pakaiannya yang terlihat kusut karena sembarang duduk di atas lantai, sembari berjalan tak memperhatikan sekitar sampai..

Brukk

Bahunya tak sengaja menubruk bahu lain yang sangat tegap dan keras, tatapannya mendongkak melihat siapa gerangan yang bertubrukan dengannya.

"Ah maafkan aku" mata bulat dengan senyum manis itu, Yeosang hampir saja mengabaikan ucapan pria di hadapannya.

"Oh iyah tidak apa-apa" Yeosang bingung, kenapa ada orang asing yang bisa masuk ke area pribadi ini? Pesta di lakukan di ruang tengah, dan area ini termasuk ruang yang tak boleh terjamah oleh siapa pun, siapa dia? Tanya batinnya.

Pria itu terlihat bingung, mungkin dia pun merasa bahwa dia telah memasuki area yang salah, matanya menelisik sekitar seperti mencari sesuatu.

"Maaf, tamu seharusnya hanya di ruang utama saja, jika anda ingin menggunakan kamar kecil silahkan tanyakan pada pelayan di depan" Yeosang berusaha beramah tamah, mungkin pria ini terserat mencari toilet pikirnya.

"Ah tidak tuan, hm maksudku, saya di ijikan kemari untuk mencari teman, mereka bilang dia ada di sekitar sini" kerutan di dahi menjadi pertanda bahwa Yeosang kebingungan dengan ucapan orang yang ada di hadapannya ini.

ROMANTIC PRINCE  ! Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang