"BUNDA! ANAK BUNDA YANG PALING GANTENG INI PULANG!"
Teriakan Arga memenuhi ruangan ketika kakinya baru saja melangkah masuk ke dalam rumah.
"Abang! Kebiasaan banget pulang teriak-teriak kayak gitu. Malu kalau didenger tetangga," omel Liana, duduk santai di sofa ruang tengah sembari menonton televisi.
Arga menunjukkan deretan giginya yang rapi, kemudian membanting tubuhnya ke atas sofa.
Desahan keluar dari bibirnya, " Capek banget tau, bun." Matanya terpejam sejenak.
Liana mengernyit heran melihat raut lelah dari sulungnya. Tumben sekali, pikirnya.
"Kamu habis ngapain sih emangnya? Kakak sama adek udah pulang dari tadi loh, kamu habis kemana dulu?"
Arga kembali membuka kelopak matanya, lalu menegakkan tubuhnya bersandar pada sofa. "Bunda tau gak? Intinya apes banget aku hari ini. Aku tadi udah niat langsung pulang, bun, tapi malah kehabisan bensin. Udah dorong lumayan jauh baru ketemu penjual bensin eceran. Kalau ke pom masih jauh lagi, yang ada kaki aku bakal lemes kayak jelly buat dorong itu motor gede," keluhnya.
"Siapa suruh beli motor gede kayak gitu. Bunda sama ayah kan udah kasih tau kamu buat beli motor yang biasa aja kayak punya adik kamu. Kalau kayak gini siapa yang susah, kamu sendiri kan?"
Arga, Arya maupun Arka memang sudah memiliki motor masing-masing. Adi tentu yang membelikannya. Mereka juga bebas memilih sendiri motor yang sesuai dengan keinginan mereka, dengan syarat mereka juga harus merawatnya sendiri.
Dengan senang hati Arga meminta motor gede. Dan beberapa hari kemudian, satu unit motor ducati panigale v4 berwarna hitam sudah ada di garasi rumahnya saat pulang sekolah.
Tidak ada alasan khusus Arga meminta motor itu. Hanya ingin tebar pesona saja!
Dasar bocah!
Sedangkan Arya dan Arka sama-sama memilih matic. Arya dengan vespa matic dan Arka dengan vario kesayangannya.
"Itu kan buat cewek-cewek biar kecantol sama anak bunda ini." Arga menaik turunkan alisnya bangga.
"Itu mah berarti cewek incaran kamu matre semua, bang," balas Liana.
"Ya gak gitu lah, bun. Gini-gini juga aku pilih-pilih kalo sama cewek."
Liana tertawa mendengar balasan tidak terima dari anak sulungnya.
"Bentar, aku belum selesai ceritain tadi, apesnya masih lanjut," sambung Arga.
Dan Liana kembali terkekeh pelan. "Yaudah terusin, jadi gimana?" Wanita itu kembali memberikan seluruh atensinya kepada sang anak.
"Udah kan tuh beli bensinnya." Liana mengangguk sebagai respon.
"Terus habis itu baru jalan lima belas menitan, tiba-tiba di tengah jalan motor aku rasanya oleng, bun."
KAMU SEDANG MEMBACA
ephemeral | 00L TREASURE
Ficção AdolescenteCuma berisi tentang keseharian si kembar tiga dengan segala tingkah laku mereka.