5. Shani?

351 66 8
                                    


Gio yang sedang asik mendengar suara Shani yang sedari tadi bercerita tentang masalahnya, walaupun yang Shani ceritakan tentang Cio membuat hatinya sedikit tergores, dia masih tetap senang bisa mendengarkan suara lembut Shani. Disaat sedang asik-asiknya, tiba-tiba dia dikagetkan dengan pintu yang dibuka oleh ayahnya. Toni yang awalnya berniat untuk meminta anaknya untuk membantunya membakar ikan, tapi dia dibuat penasaran dengan siapa yang menghubungi anaknya itu pasalnya Gio sedari tadi senyum-senyum tak jelas.

"Siapa bang?" Tanyanya tanpa suara. Gio hanya menunjukan layar ponselnya, setelah itu kembali meletakkan ke telinganya. Toni mendekat pada Gio, dia langsung merebut ponsel Gio dan "Shan, kamu siap-siap ya. Malam ini kita makan ikan bakar, ayah tadi dapat banyak ikan" ucapnya pada Shani secara tiba-tiba.

Toni sudah terbiasa dipanggil ayah atau menyebut dirinya ayah pada Shani, sama seperti Gio yang memanggil Vee mamih. Memang sedari dulu keluarga Laksana dan Natio sudah dekat, karena itu para anak-anak sudah tak canggung untuk saling memanggil orang tua mereka dengan embel-embel Ayah-Bunda dan Mamih-Papih.

"Tapi yah-" ucapan Shani terpotong

"Ayah gak terima penolakan ya Shan, nanti Gio yang jemput sama antar kamu pulang" Pungkasnya, setelah itu dia berikan lagi ponsel itu pada Gio.

Gio yang sedari tadi hanya mendengar merasa tak enak pada Shani "Kalau gak mau, gapapa Shan. Biar nanti aku yang bilang sama ayah"

"Udah gapapa, udah lama juga aku gak main kerumah kamu. aku siap-siap dulu ya, jangan lupa jemput abis Magrib" ucap Shani, tapi dia sebelum dia memutus panggilan itu "Oh iya, ada yang lupa. Nanti kamu jangan lupa izin ya sama Mami, bye"

Setelah panggilan itu terputus Gio yang sedari tadi duduk di bangku meja belajarnya itu, langsung saja berdiri dan pergi ke kamar mandi. Dia harus bersiap-siap itu menjemput Shani.

Melody yang sedari tadi sibuk dengan urusan dapurnya, dikagetkan dengan ulah anak sulung nya itu. Gio berlari dari kamarnya menuju kamar mandi seperti orang yang kebelet, tapi saat dia ingin memarahi Gio datanglah Toni dia juga melihat Gio berlari.

"Udah, gak usah di omelin. Dia lagi seneng itu, karena nanti mau jemput calon mantumu!" Toni pergi tanpa menjelaskan siapa menantunya itu, dan membuat Melody kebingungan sendiri. Melody yang tak mau ambil pusing memilih melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi.

*

Seperti yang direncanakan tadi sore, Gio sudah siap dengan motor maticnya. Dia dengan pakaian yang rapi bersiap menjemput Shani, rumah mereka tak dekat membuat Gio harus lebih awal menjemput Shani. Dia tak ingin Shani terlalu lama menunggunya, setelah berpamitan pada orang tuanya. Gio langsung saja menjalankan motornya.

Saat Gio sampai dirumah Shani, dia masuk ke pekarangan rumah yang terbilang cukup megah itu dengan warna putih menjadi warna dominan bangunan itu, tiba di depan pintu rumah dia menekan bel.

Tak lama pintu itu terbuka, Gio pikir yang membuka pintu itu Shani. Tertanya tebakannya salah. Dia tak tau siapa gadis kecil yang sedari tadi menatap ke arahnya , tapi tak berselang lama ada wanita paruh baya yang sangat Gio kenal keluar dari dalam rumah itu.

Dia tersenyum ke arah Gio "Eh menantu Mami, masuk nak!" ujar Ve saat melihat Gio hal orang yang menekan Bel rumahnya. Ve pun menggandeng tangan gadis kecil yang sedari tadi masih saja menatap Gio itu. "Kamu duduk aja dulu, biar mami panggil Shani dulu"

Gio duduk di sofa ruang tamu, tapi dia dibuat sedikit risih dengan gadis kecil yang masih saja menatapnya tanpa mengeluarkan suara itu.

Shani yang turun dari kamarnya itu menunjuk ke arah gadis kecil itu "Ge, kamu ngapain ngeliatin gitu banget sih?" Ujarnya pada gadis itu. "Gi maaf ya, Grecie emang suka gitu kalau ada orang baru datang kerumah" jelas Shani.

Gio hanya tersenyum saja "Aku baru tau kalau kamu punya adek Shan" herannya, karena seingatnya ayah Shani sudah lama meninggal dan Ve juga tak pernah terdengar kalau akan menikah lagi.

"Oh dia ini keponakan ku, nama nya Gracie" jelas Shani, Shani mengangkat Gracie ke pangkuannya "Dia memang sering kesini kalau akhir pekan" lanjutnya. Gio hanya mengangguk, dia bingung harus bereaksi bagaimana.

Ve yang sedari tadi sibuk di dapur, datang membawa secangkir teh hangat untuk Gio. "Minum dulu nak, habis itu baru kamu boleh bawa Shani!" Gio minum teh itu, dia ingin cepat-cepat membawa Shani pergi ke rumahnya. Dia tak mau kalau Shani nanti pulang terlalu malam, walaupun dia yang akan mengantarnya, tapi dia tak mau Shani terkena angin malam.

Setelah teh itu habis, Gio berpamitan pada Ve untuk membawa Shani kerumahnya. Dia menyalami Vee dan berjalan bersama ke luar rumah.

*

Gio dan Shani berjalan beriringan masuk ke dalam rumah Gio, Shani yang sudah lama tak datang ke rumah ini, langsung saja teringat masa kecilnya dimana dia sering main kesini saat Mami dan Bunda Gio.

Shani langsung disambut senyum hangat dari Melody "Oh, beneran ini menantu bunda?" Gio yang mendengar itu bingung kenapa bundanya berucap demikian, tapi saat dia melihat ke arah Toni. Dia langsung menemukan biang dari masalah ini.

Shani sekarang duduk bersama semua anggota keluar Laksana, Lily juga ikut dalam acara makan malam ini, ya walau dia tak makan ikan bakar sih. Mereka hanya mengobrol ringan tentang kehidupan Shani saat dia harus pindah sekolah dulu.

Setelah makan malam selesai, Shani memilih untuk bermain bersama Lily dari pada pulang. Dia sampai lupa kalau besok harus sekolah, dia terlalu asyik bermain sampai lupa kalau jam sudah menunjuk pukul 22.30. Gio yang juga baru sadar langsung ingin mengantar Shani saat itu juga, tapi semua itu tak terjadi. Melody sudah menghubungi Ve, dia meminta izin agar Shani menginap di rumahnya saja, besok pagi-pagi Shani akan di antar Toni setelah Sholat subuh supaya anak itu tak telat ke sekolah.

"Shan, kamu tidur sama bunda aja bareng Lily juga. Nanti ayah tidur di kamar tamu" Toni sama sekali tak protes, dia malah setuju dengan yang dikatakan Melody itu. "Yaudah yuk ke kamar, kita tidur sekarang. Besok hari senin, jadi gak boleh telat!"

Setelah itu, semua nya pergi ke kamar masing-masing.

***

Shani yang biasanya jam segini sudah tidur, entah kenapa dia masih asik bermain dengan Lily. Lily juga sama dia sedari tadi tertawa kegirangan saat Shani mengusilinya. Melody tidak ada niatan memberhentikan mereka, toh dia tau kalau Shani ini sama seperti Gio. walau tidur telat subuh pasti akan bangun juga.

"Shan" Shani yang dipanggil itu pun melihat ke arah Melody. "Kamu beneran pacaran sama anak Bunda?"

Shani yang mendengar itu merubah raut mukanya, dia bingung harus menjelaskan seperti apa pada Melody. Melody yang paham akan situasi "Ya udah, lupakan pertanyaan bunda tadi, sekarang ayo tidur biar besok habis sholat subuh di antar sama ayah"

Melody menyusui Lily agar anak itu tidur. Shani yang masih tak bisa memejamkan matanya, karena dia memikirkan tentang pertanyaan Melody tadi "Bunda" panggilnya, Melody yang memang belum tidur itu membuka matanya dan menatap ke arah Shani. "Sebenarnya aku itu suka sama Gio bun, tapi Gio nya kayak gak serius sama aku. Itulah alasan kenapa aku sama Gio dari dulu gak pernah jadian bun" Shani mencurahkan isi hatinya pada Melody.

Melody tersenyum mendengar hal itu "Ya sudah, mending kamu tidur aja. Lupakan masalah ini" ujar Melody mencoba memberi semangat pada Shani, dia mengelus lembut punggu Shani agar Shani merasa nyaman, lalu dia juga mengusap kepala Shani agar anak itu cepat tertidur. Melody juga ikut memejamkan matanya saat dia sudah yakin kalau Shani sudah tidur, dia sebenarnya tak ingin ikut campur urusan Shani dan Gio. Lagian jodoh, maut, dan rezeki sudah ada yang mengatur, tapi kalau dia harus jujur dia sangat ingin Shani jadi menantu nya kelak.

*** 

Nih gw kasih double hahaha..

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang