29

405 47 5
                                    












Zean, Aran, Chika, Floran, Freya dan Adel lari menyelusuri lorong lorong rumah sakit, tidak memperdulikan apapun. Yang ada di pikiran mereka saat ini adalah Fiony.

Zean bahkan sudah seperti seseorang yang kehilangan arah dan akan depresi karena semuanya.

Belum selesai dengan permasalahan Marsha, Fiony ikut menyusulnya. Dia semakin membenci dirinya. Dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri dengan semua yang terjadi.

Zean bisa melihat disana Shani, Gracio, dan tunggu... Siapa itu??!!

"MAMIII" Teriak Zean.

Menubruk tubuh Shani yang berdiri di depan pintu ruang rawat Fiony. Dia menangis sejadi jadinya di dalam pelukan hangat Shani.

Tidak ada yang bisa mengalahkan pelukan hangat yang di kasih oleh Shani untuk anak anaknya.

"Mami, Fiony gimana" Gumam Zean.

Aran terdiam, tubuh nya kaku melihat di kejadian di depan sana. Dirinya langsung menjatuhkan lututnya di lantai.

Chika kaget melihat Aran yang tiba tiba seperti tidak mempunyai tenaga. Dia langsung meraih Aran membantu nya berdiri.

"Zeandika Viano Harlan. Boleh bunda peluk?" Tutur kata yang lembut membuat Zean semakin menegang di tempat.

"B-bunda?" Tanya Zean heran dan pelan.

"Ayah kangen sama kamu nak" Ucap laki laki yang tak jauh berbeda umurnya dengan Gracio, dia memeluk dengan erat tubuh Zean.

Zean mencengkram erat baju laki laki yang sedang memeluknya, dia ingat. Sekarang dia ingat semuanya.



"AYAHHHH" Teriak Dika kecil.

"Ayah, tadi Alve masa lempar aku pake batu. Liat kepala Dika, kepala Dika benjol yah" Adunya.

Sedangkan Alve yang saat itu sudah kepalang kesal dengan Dika langsung berlari ke Shani, dia tidak ingin kalah dari Dika dalam mencari pembelaan.

"Mami, tadi Alve kesel sama Dika. Lagian Dika ngeselin banget, dia masa ngelempar Alve pake cacing" Adu Alve ke Shani yang langsung di sambut pelukan oleh Shani.

"Nanti biar mami marahin Dika nya. Mau di apain lagi Dika nya sama mami?" Tanya Shani.

"DIHHH.. DASAR NGADUAN" Teriak Dika.

Para orang tua disana tertawa melihat keduanya yang selalu saja di selingi dengan perselisihan, tapi kalau di pisah mereka tidak akan terima.

Riko langsung memeluk tubuh Dika. Membawa tubuh mungil itu kedalam pangkuannya dan melihat luka yang di sebabkan oleh putrinya.

"Nanti ayah obatin ya. Mau di obatin ayah atau bunda?" Tanya Riko.

"Di obatin Alve aja deh" Ucap Dika.

"Tadi aja marah marah ke Alve" Gracio tidak habis pikir. Mereka tadi berantem sekarang anaknya malah mau di obatin oleh Alve.

"Mami turunin Alve" Pinta Alve kecil.

"Ayo Dika. Alve obatin" Ucap Alve menarik narik baju Dika untuk turun dari pangkuan Riko.

Keduanya langsung masuk kerumah Alve, keempat orang tua itu langsung menggelengkan kepalanya melihat anak mereka.


"Bagaimana kabarnya nak" Ucap Riko.

"Yahh.. maaf, Dika minta maaf yah" Gumam Zean.

"Bunda sama ayah sudah dengar semuanya nak. Ngga papa, kamu pasti kaget sama semuanya" Ucap Desy mengelus rambut Zean.

"Aran ga mau peluk bunda?" Tanya Desy ke Aran yang masih diam mematung.

Mendengar namanya disebut Aran langsung memeluk Desy, dirinya kangen sekali dengan tantenya yang selalu memberikan makanan gratis kepadanya.

"Alve ada di dalam, masuk lah. Alve menunggu kamu. Setelah ini, tolong jaga Alve dengan benar ya? Jangan sakiti putri ayah lagi" Ucap Riko.

Zean langsung masuk kedalam, disana dia bisa melihat Fiony yang menggendong anaknya. Air matanya semakin tak bisa di bendung lagi, dia langsung memeluk tubuh Fiony sekaligus anaknya.

"Namanya siapa?" Tanya Fiony menoleh ke arah Zean.

"Aku belum kasih nama. Menurut kamu namanya yang cocok siapa?" Tanya Zean dengan senyum di bibirnya.

"Ishh Zean. Katanya kamu yang mau ngasih nama" Ucap Fiony.

"Bagaimana kalau.. Nayra Gracie Fiojii?" Tanya Zean.

"Bagus, kamu terinspirasi dari mana?" Tanya Fiony.

"Dika nya Alve kan kreatif dong" Ucap Zean dengan bangga.

Sedangkan Fiony, tersentak ketika mendengar ucapan Zean barusan.

"Mulai sekarang, Dika janji akan menjaga Alve nya Dika dengan sepenuh hati dan penuh jiwa raga" Ucap Zean.

"Dika sayang sama Alve. Selamanya Dika cinta sama Alve, cinta dan sayang Dika sedari kecil hingga sekarang" Lanjut nya.

Fiony semakin terenyuh mendengar nya, ini yang sedari dulu dia nantikan dari mulut Zeandika Viano Harlan. Laki laki yang membuat dia selalu ingin kembali dan sembuh dari semuanya.

"Makasih Zean" Ucap Fiony dengan sendu.

"No Zean. Dika. Ini Dika Alve, maafin Dika ya. Dika bakal nebus semua kesalahan Dika selama ini. Jangan tinggalin Dika ya?" Ucap Zean memeluk Fiony, merengkuh tubuh itu dengan hangat.

Fiony mengangguk dalam pelukan itu, di tengah tengah mereka, anak yang cantik dan menggemaskan itu menatap kedua orangtuanya.

"HUAAAA BUNDA KEMANA AJAAA" Baiklah, Aran semakin dramatis.

"Bunda di sekap. Bunda bahkan gatau itu daerah mana, bertahun tahun bunda sama ayah disana berharap ada yang nemuin. Dan untung nya bunda di temuin, kita bisa kumpul bareng lagi" Ucap Desy.

"Kata Fio bunda udah ga ada karena kecelakaan pesawat" Ucap Aran penasaran.

"Bunda sama ayah memang kecelakaan, tapi ketika buka mata. Bunda ada rumah sakit, setelahnya kita di sekap di sebuah gubuk di tengah tengah hutan" Ucap Desy.

"Untung nya Gracio bisa nemuin kita" Ucap Riko.

"Bertahun tahun saya mencoba mengirim sinyal pertanda ke kalian. Akhirnya kalian peka juga" Lanjut Riko.

"Maaf kan saya Rik. Saya kurang mengecek alat pendeteksi saya. Baru kemarin kemarin saya mengeceknya " Gracio terkekeh dan memeluk Riko.

"Yang penting kita semua bisa kumpul lagi udah Alhamdulillah" Ucap Shani.

"BETULL. AYO MAKAN, ARAN LAPER" Teriak Aran dan Chika langsung membekap mulutnya.

"Kamu malu maluin ish" Bisik Chika.

Semuanya tertawa dengan tingkah Aran. Huft semoga semuanya selalu seperti ini. Di liputi dengan kebahagiaan.







[The End]






"Kebahagiaan bisa datang dari mana saja. Bahkan dari seseorang yang pernah kita temui saat masih kecil, ataupun seseorang yang akan kita temui di waktu lain"




YOU AND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang