Bab 4

542 53 0
                                    

Hii, haloo!

Semoga suka dan berilah masukan juga dukungan dengan fitur yang telah tersedia.
Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan. Boleh dengan sukarela menandai tiap kesalahan dengan memberi komentar. Hal ini akan menjadi koreksi yang sangat membantu untuk cerita ini.
Terima kasih.

Selamat membaca.

👶🏻🍼

"Lama sekali tak berkunjung kalian tuh. Papi rindu sama Jaca." Ujar Gavelo kepada Hugo dan keluarganya.

"Anak-anak belum ada waktu libur Pi. Jaca juga belum bisa diajak berpergian." Ujar Hugo lalu duduk disamping Papinya itu.

Gavelo merotasikan matanya. "Menantu, bawa Baby kesini. Papi rindu sama dia."

Segera Jolicia memberi Jaemin kecil ke gendongan Akungnya.

(Fyi: Keluarga Candela memang memiliki garis keturunan China dari pihak Ibu. Sehingga mereka akrab disapa Akung dan Apoh)

Zella yang merupakan istri dari Papi Gavela tersenyum sumringah saat melihat Jaemin di gendongan suaminya. Jari telunjuknya tak henti-henti mengusap pipi yang terdapat semburat merah muda itu.

"Mirip banget sama Hugo ini." Ujar Zella lalu menatap bergantian Jaemin dan Hugo.

Jolicia mengangguk. "Iya mi, ketiplek banget sama Hugo. Cia cuma dapat hikmahnya."

Suara tertawa mengalun indah di ruangan itu. Keempat orang itu tampak menikmati waktu dengan bersenda gurau. Untuk ketiga anak Hugo lainnya sudah melimpir ke sembarang arah. Tiga anak itu akan lebih dapat bergerak leluasa di rumah Akung-Apohnya dibanding di rumah Oma-Eyangnya.

"Permisi tuan, kita kedatangan tamu dari China." Ujar salah satu tangan kanan Gavelo. Meski sudah berumur, Gavelo tetap berkerja dengan memantau anak perusahaan yang dipegang oleh anak keduanya, Hugo.

Hugo melirik kearah asisten Papinya itu. "Papi, Hugo sudah bilang. Papi cukup di rumah saja, tidak perlu turun tangan untuk mengurus langsung klien di perusahaan."

Gavelo yang mendapat siraman rohani singkat dari anak bungsunya itu menghela nafas. Zella yang mengerti situasi pun langsung mencoba mengambil Jaemin dari dekapan suaminya. Namun, Jaemin kecil seakan tak mau lepas dari dekapan sang Akung.

"Suruh kemari." Titah Hugo kepada asisten Gavelo. Asisten itu tak bergeming, ia melirik Gavelo untuk mendapat persetujuan. Gavelo pun memberi isyarat untuk menaati perintah sang anak.

"Baik tuan."

"Mami, sayang bisa beri aku sama Papi waktu sebentar?" Tanya Hugo kepada dua wanita tersayangnya.

Zella dan Jolicia pun mengangguk, dan memilih pergi ke lantai dua, area bermain yang dibuat khusus oleh Gavelo untuk cucu-cucunya bermain.

Tak lama terlihat Pria yang tampaknya sudah berusia sekitar 50 tahunan berjalan ke arah mereka. Pria itupun dipersilahkan duduk oleh Hugo.

"Silahkan duduk." Titah Hugo.

Pria tua itu tersenyum tipis, ia melirik Hugo. "Hugo, right? sudah lama tidak bertemu."

Hugo mengernyitkan dahinya. "Sorry, saya rasa saya tidak mengenal anda tuan."

Gavelo terkekeh pelan. "Lihat baobei, Papamu sudah pikun. Nanti baobei tinggal sama Akung aja ya." Tuturnya kepada Baby Jaemin yang direspon dengan tawa kecil dari bayi imut itu.

Hugo memicingkan matanya sebal. "Jangan berkata yang tidak baik tentang aku kepada putraku, Papi."

"Ya apakah kapasitas otakmu sudah melemah? Dia paman Wang, orang yang selalu kau kuras hartanya hanya karena ia tidak tega dengan tatapan memelasmu."

IRREPLACEABLE | 나잼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang