Bab 2

683 66 0
                                    

Hii, Haloo!

Semoga suka dan berilah masukan juga dukungan dengan fitur yang telah tersedia. Terima kasih.

👶🏻🍼

"Welcome home, baby boy." Sorak terdengar saat Hugo dan Jolicia yang berada di kursi roda dengan menggendong bayi mungil masuk ke dalam rumah.

Ruang tamu disulap sedemikian rupa hingga mampu membuat pasangan suami istri itu berdecak kagum. Suasana juga semakin ramai terlihat bagaimana dua keluarga yang tak pernah akur berkumpul dalam satu ruangan dengan menggunakan warna baju yang senada.

Juna, Noah, dan Haican mendekat kearah orangtuanya. "Papa, Mama mau gendong adik bayi boleh?"

Jolicia tersenyum simpul. "Nanti ya Mas, adik bayi baru saja tidur."

"Kemarilah, Ayah ingin melihat cucu kesayangan Arthayasa." Ujar Ayah Jolicia —Arta Arthayasa— yang duduk disalah satu sofa.

"Cangkemmu! Itu milik Candela." Sahut lelaki paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah Papinya Hugo, Gavelo Candela.

Perseteruan kecil itu sudah sering terjadi. Tapi, percayalah jika itu cara dua kakek tersebut menunjukkan kasih sayang satu sama lain.

"Senin-Jumat, Jaca dirumahku. Sabtu minggu baru dirumahmu." Ujar Ayah Arta yang tentu saja mendapat tolakan keras dari Papi Gavelo.

Gavelo dengan cepat memukul belakang kepala Arta. "Dia Candela bukan Arthayasa! Jangan memonopolinya tua bangka."

"Cih! Ingat, kau lebih tua daripada aku. Seharusnya sebutan tua bangka itu untukmu."

Hugo menghela nafas. "Papi, Ayah hentikan. Cucu dan menantu kalian melihat tingkah kekanakan kalian, apakah kalian tidak malu? Istri dan Putraku butuh ketenangan selepas keluar dari rumah sakit. Jika masih mengacau, aku tidak segan-segan mengusir kalian."

Ucapan Hugo ternyata mampu membungkam mulut dua tua bangka itu. Dengan pelan, Hugo membantu istrinya untuk duduk.

"Kamu butuh sesuatu, sayang?" Tanya Hugo lembut.

Jolicia sangat merasa dicintai oleh suaminya itu. Tiap saat, suaminya itu selalu memastikan jika dirinya nyaman. Jolicia menggelengkan kepalanya. Tangannya menepuk sisi sofa yang kosong, menandakan Hugo untuk duduk disampingnya.

"Mbak Cia, aku udah nahan gemas loh dari tadi lihat bibir Jaemin yang maju-maju."

"Iya bener, tak karungi juga anakmu mbak."

Begitulah reaksi para ipar ataupun kakak dari pasangan suami istri tersebut melihat baby Jaemin atau yang sudah memiliki nama panggilan, Baby Jaca.

Jolicia berhasil melahirkan Jaemin Candela beberapa hari yang lalu. Proses persalinannya kali ini hanya ditemani sang suami. Hugo sangat melarang keras siapapun mengunjungi atau menjenguk istrinya sebelum sampai dirumah. Tak terkecuali tiga putranya yang harus dititipkan sementara di rumah keluarga besar Candela.

Bukan tanpa alasan Hugo melarang hal tersebut. Ia hanya tidak ingin kedatangan sanak keluarga mengganggu ketenangan yang dibutuhkan oleh istrinya dan anaknya. Hugo sangat memperhatikan betul kebutuhan sang istrinya saat menjelang waktu persalinan. Lagipun, Jolicia belakangan ini sedikit risih kala mendapat banyak atensi.

Jaemin Candela. Sesuai dengan kesepakatan, marga Candela tersemat indah dibelakang namanya. Lahirnya ia menjadi pemersatu dua keluarga yang selalu bersitegang. Lihatlah bagaimana saat penyambutan tadi, dua keluarga tampak akrab dan harmonis.

Hugo dan Jolicia jelas sangat mengucap syukur untuk hal itu.

Waktu tak terasa sudah hampir malam. Beberapa dari keluarga besar Arthayasa dan Candela tampak berpamit pulang setelah mengusak-usak wajah Jaemin dengan gemas. Meskipun sempat menangis saat bangun melihat banyak orang, namun tampaknya Baby Jaemin mudah untuk beradaptasi setelah ditenangi oleh ketiga abangnya.

IRREPLACEABLE | 나잼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang