Bab 6

492 50 0
                                    

Hiii, Haloo
Semoga suka dan berilah masukan juga dukungan dengan fitur yang telah tersedia.
Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan. Boleh dengan sukarela menandai tiap kesalahan dengan memberi komentar. Hal ini akan menjadi koreksi yang sangat membantu untuk cerita ini.
Terima kasih.

Selamat membaca.

🍼👶🏻

"Adek, maafin Papa. Masa masih marah sama Papa." Bujuk Hugo kepada Jaemin kecil yang tengah berada di ruang belajar anaknya. Sudah menjadi rutinitas Hugo dan Jolicia untuk mengawasi jam belajar anak mereka.

Jaemin yang tengah mencoret-coret buku bersikap abai. Tangan mungilnya meraba piring kecil. Ia menoleh ke arah Jolicia yang sedang membantu Haican.

"Ma, bis."

Hugo yang melihat itu segera mengambil piring yang dipegang Jaemin. "Habis ya adek? Mau lagi pudingnya?"

Bukannya menjawab, Jaemin dengan susah payah mengangkat bokong besarnya untuk berdiri. Dengan setengah berlari ia menghampiri Jolicia. Jolicia yang melihat kakinya terbentur sesuatu pun melihat ke bawah.

"Adek. Kenapa sayang?" Tanya Jolicia lalu menggendong si kecil.

"Pudingnya habis, Ma. Tadi Papa tanya eh adek malah samperin kamu." Ujar Hugo kepada Jolicia. Sejoli itu memang sepakat untuk mencoba memanggil 'Mama-Papa' jika bersama dengan anak-anak, dengan tujuan meminimalisir hal yang tidak diinginkan.

Jolicia terkekeh. Ia mencium gemas pipi gembil Jaemin. "Adek mau lagi?"

Jaemin mengangguk semangat. Puding coklat selalu menjadi kesukaan di bungsu. Meski begitu, Jolicia tetap membatasi kadar gula untuk Jaemin.

"Adek sama Papa dulu, mau? Mama lagi bantuin Aa bentar." Pinta Jolicia.

Jaemin menggeleng. Hugo yang melihat itu mengubah raut wajahnya menjadi sedih. "Papa ada gift buat adek sebagai permintaan maaf Papa."

"if?" Jaemin menoleh ke arah Hugo. Hugo bersorak dalam hati, mudah sekali meluluhkan hati si kecil. Kasih hadiah, maka semua aman.

Hugo mengangguk. "Iya gift. Adek mau?"

"Kalau mau sini ikut Papa dulu." Hugo merentangkan tangannya. Jaemin menoleh ke arah Mamanya, mencoba meminta persetujuan. Jolicia yang mengerti pun mengangguk.

Dengan segera Jaemin merentangkan tangan kecilnya. Hugo rengkuh tubuh kecil nan hangat itu kedalam dekapannya. "Puding atau gift?"

"mua (semua), pa." ujar Jaemin. Hugo menggeleng pelan. Ia mencium seluruh wajah anaknya itu dengan gemas.Jaemin tertawa yang jelas hal itu membuat ketiga abangnya ikut tertawa juga.

"Pa, itu udah basah wajah adek karena air liur Papa." Ucap Noah menghentikan pergerakkan Hugo.

"Cah (Basah). Pa, if na if ?" Jaemin menengadahkan kedua telapak tangannya. Mata bulatnya ia kedipkan berkali-kali. Gemas! Sungguh Hugo tak tahan, ia bubuhkan kecupan lama di bibir si bungsu.

Hugo pun berjalan keluar kamar meninggalkan ketiga anaknya yang masih harus belajar bersama dengan sang istri. Hugo membawa tubuh kecil anaknya itu ke kamar tidur milik Jaemin yang memang jarang dipakai bahkan hampir tidak pernah terpakai, karena memang si kecil tidur bersama dirinya dan istrinya.

"Liat, itu ada kinci buat adek."

Jaemin menatap bingung apa yang ditunjuk oleh Papanya. Ia hanya melihat kotak berukuran sedang yang dibungkus dengan kertas kado.

IRREPLACEABLE | 나잼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang