Bab 7

472 46 0
                                    

Hiii, Haloo
Semoga suka dan berilah masukan juga dukungan dengan fitur yang telah tersedia.
Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan. Boleh dengan sukarela menandai tiap kesalahan dengan memberi komentar. Hal ini akan menjadi koreksi yang sangat membantu untuk cerita ini.
Terima kasih.

Selamat membaca.

👶🏻🍼

"Mam ayo, ini Abang suapin."

Si kecil menggeleng dengan keras. Bibirnya ia katupkan, pertanda jika besar keinginannya untuk tak menerima suapan itu.

Juna yang memang bertugas menyuapi sang adik pun menghela nafas. Sudah lebih dari 15 menit ia mencoba membujuk si bungsu, namun tampaknya tak ada keinginan si kecil untuk makan.

"Sudah habis makannya bang?" Tanya Jolicia yang masuk ke dalam kamar.

Juna memperlihatkan piring yang berisi nasi beserta lauk-pauknya. "Adek gak mau makan Ma."

"Adek mam dulu yuk. Itu udah dingin makanannya, mau Mama hangatin lagi?" Jolicia mengelus puncak kepala Jaemin.

"Pa, Mas." Lirih Jaemin dengan wajah sayunya.

Jolicia meletakkan piring ke atas nakas. "Mas sama Papa lagi keluar bentar adek. Sebentar lagi pulang."

Bibir kecil itu melengkung dan air mata perlahan turun di pipi chubby nya. Jolicia dengan cepat langsung menggendong tubuh anak bungsunya. Kata-kata penenang ia lantunkan guna menenangkan si bungsu.

Noah terpaksa harus ke sekolah karena ia harus menjadi perwakilan lomba. Awalnya anak kedua Hugo dan Jolicia itu tak ingin mengaku jika hari ini ia ada perlombaan, namun Hugo mendapat telpon dari kepala sekolah. Alhasil Hugo dan Jolicia sedikit memaksa Noah untuk menghadiri perlombaan itu.

Bukannya apa, hanya Noah yang dirasa mampu untuk menghadapi perlombaan tingkat nasional itu oleh pihak sekolah. Terlebih segala persiapan sudah dilakukan oleh Noah, jadi tak memungkinkan untuk dicari penggantinya.

Haican? Ia tengah keluar sebentar tak tahu kemana. Biasanya lelaki berkulit tan itu hampir tidak pernah meninggalkan adiknya kala sedang sakit. Namun, beberapa jam yang lalu anak itu izin kepada Jolicia untuk keluar sebentar.

"Adek! Ini abang ada bawa kinci lagi." Teriak Haican dengan nada yang menggebu-gebu dari luar rumah.

Juna yang mendengar teriakan adik keduanya pun turun. "Dari mana?"

Haican menghampiri abangnya. "Rahasia. Adek mana?"

Juna menghadang tubuh Haican yang hendak naik ke tangga. "Jujur sama Abang, kamu beli boneka besar gitu uang dari mana?"

"Y..yaa uu..uang aku." Gugup Haican yang membuat Juna memicingkan matanya. Adik keduanya ini sangat tidak pandai dalam berbohong.

"Taruhan?" Tanya Juna membuat Haican mau tak mau mengangguk jujur. Juna pun menghela nafas kasar melihat tingkah adiknya yang tak berubah ini.

"Mandi, letak bonekanya dikamar dulu. Adek lagi rewel. Nanti malam Abang mau bicara sama kamu."

Haican menatap sendu tubuh Juna yang sudah menghilang. Netranya ia alihkan kearah boneka kelinci besar yang dipegang. Beberapa minggu lalu memang saat mereka di mall, Jaemin meminta boneka kelinci besar. Namun, keinginannya itu tak dituruti oleh sang Mama, mengingat jika sudah banyak boneka dikamar si kecil.

Hingga akhirnya Haican pun mulai beraksi saat disekolah. Saat ada kuis harian, ia bertaruh dengan salah satu teman sekelasnya. Jika ia berhasil di kuis tersebut, maka temannya itu harus menuruti permintaannya. Hingga dua hari yang lalu hasil kuis diumumkan dan Haican berhasil. Maka hari ini, ia izin keluar sebentar untuk ke rumah temannya yang memang tak jauh dari rumahnya untuk mengambil hadiah boneka itu.

IRREPLACEABLE | 나잼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang