BAB 3

2 0 0
                                    

Lebih dari dua lagu sudah diputar, dan Jeslyn amat sangat kelelahan sekarang. Dia mengatur pernafasan sembari berjalan menuju sudut ruangan yang sepi. Dia duduk bersandar sembari memejamkan mata.

"Hahhh lelah. Tapi tidak heran, aku sudah lama sekali tidak menggerakkan tubuhku ini. Terhitung dari semenjak menjalin hubungan dengan Zion" monolog Jeslyn pada angin.

Dadanya masih naik turun dengan cepat, sungguh lelahnya terbayar oleh rasa senang yang ia rasakan hari ini. Jeslyn masih terpejam sampai tidak menyadari kehadiran seorang lelaki berbaju hitam.

Lelaki itu duduk tepat di samping Jeslyn, dia berdehem meminta perhatian.

Mendengar suara dari sebelahnya, Sontak Jeslyn langsung membuka mata dan melirik pada si pelaku. Dia langsung balas tersenyum saat mengetahui jika salah-satu peserta latihan tengah memberikan senyuman.

"Halo, aku Reki. Kamu pasti sudah melihat aku saat berlatih tadi"

"Halo kak Reki, aku Jeslyn."

"Boleh aku panggil, Jes?"

"Tentu saja, panggil aku senyaman kakak saja."

"Baiklah Jes. Kamu juga bisa memanggilku Kiko tanpa embel-embel kakak, itupun jika kamu mau."

"Kiko?"

"Yap benar! Kiko, supaya kamu mudah mengingat nama aku."

Jeslyn tertawa karena merasa lucu. Matanya menyipit saat tertawa, dan itu mengundang kekehan dari Reki.

"Kenapa kamu tertawa?" Tanya Reki.

"Maaf aku mengatakan ini, tapi nama kamu terdengar sangat lucu. Mengingatkan aku kepada sesuatu."

"Hahaha aku tahu maksud kamu. Memang lucu sih, tetapi Kiko lebih baik daripada kak Reki. Aku menyukai saat lawan bicaraku berbicara santai denganku, tolong biasakan saja."

Jeslyn mengangguk sembari tersenyum. Dia menunduk sembari memainkan jemarinya di atas pangkuan.

"Kamu hebat sekali Jes, bisa menjadi pemenang lomba tari modern secara berturut-turut. Aku sangat kagum."

"Ah itu.. mungkin karena aku menyukai saat aku menari. Setiap gerakan yang aku lakukan selalu membuat aku bahagia."

"Wahh! Menari memang melelahkan, tetapi membuat perasaan kita menjadi senang."

"Iya, kamu benar.. Ki-Kiko."

"Hahaha tidak perlu merasa sungkan, biasakan saja ya."

"Baiklah, senang bisa berbincang denganmu Kiko."

Reki mengangguk saja. Dia melirik kepada Jeslyn, lalu kembali melayangkan sebuah pertanyaan.

"Apakah kamu akan ikut bergabung dengan sanggar kami? Akan sangat menyenangkan jika kami memiliki teman baru."

"Keinginanku seperti itu, tetapi sayang sekali karena aku tinggal jauh di kota sebrang. Akan memakan banyak waktu jika aku harus berlatih di sini."

Reki menampilkan raut wajah kecewa, lalu setelahnya dia menepuk bahu Jeslyn dengan perlahan. "Tidak apa, lain waktu kamu bisa kembali berlatih di sini bersama kami" katanya.

"Aku akan meminta kepada kakakku supaya bulan depan bisa kembali ke sini, berlatih bersama kalian semua. Entah sudah berapa waktu aku habiskan untuk hal yang tidak berguna, jadi lebih baik aku bersenang-senang dengan hobi lamaku."

"Kakak kamu... yang berbincang dengan kak Herlin?" Tanya Reki sembari mengingat-ingat sosok Aurel.

Jeslyn mengangguk membenarkan. Dia tersenyum mengingat bahwa Aurel lah yang mengajaknya datang ke sini. Jeslyn sangat paham alasan Aurel mengajaknya ke sanggar tari adalah supaya dirinya bisa melepaskan kesedihan akibat patah hati. Aurel adalah tipe kakak yang ber-ego tinggi tetapi sangat peka dan perhatian.
  
  
   
Hening melanda mereka. Aurel menunduk sembari mengelap keringatnya di area dahi, sedangkan Reki menggigit bibir bawah ragu hendak mengatakan satu hal.

"Umm kalau aku boleh tahu, sekarang kamu kelas berapa Jes?" Reki kembali bertanya setelah terdiam beberapa saat.

"Tahun ini aku baru saja tamat SMA."

"Oh iya? Ternyata aku salah menebak. Aku kira, kamu baru saja masuk SMA. Kamu terlihat seperti anak kecil."

Jeslyn tersenyum sombong sembari mengibaskan rambutnya ke belakang. "Yahh mau bagaimana lagi? Wajahku kan memang baby face hahahaha."

Keduanya lalu tertawa. Mereka seakan lupa jika mereka baru saja saling mengenal beberapa menit yang lalu, tapi pembahasan mereka terus berlanjut sampai waktu istirahat selesai. Bahkan Reki sempat meminta akun media sosial Jeslyn supaya dia bisa lanjut mengobrol melalui pesan.
  
  
  
*******************
   
  
  
Matahari telah tenggelam, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aurel memasuki ruang latihan bersama dengan Herlin, mereka terlihat berbincang singkat lalu setelahnya saling memeluk satu sama lain.

"Terimakasih sudah jauh-jauh datang kemari, maaf jika sambutanku kurang baik" ucap Herlin.

Aurel menjawab dengan sebuah gelengan kepala. Dia menepuk bahu Herlin sembari tertawa. "Memang kurang baik. Makanya itu, lain kali aku akan datang lagi dan mengharapkan sambutan yang lebih baik."

Herlin tertawa mendengar gurauan temannya, dia mengangguk dan membalas, "akan aku tunggu kedatanganmu lain waktu. Jangan lupa ajaklah adik kecilmu, sepertinya anak didikku menyukai kehadirannya."

"Tentu aku akan datang bersama Jeslyn. Dia sangat suka menari, tetapi beberapa tahun ini dia meninggalkan hobinya hanya untuk mengejar cinta lelaki brengsek tukang selingkuh. Huh! Adikku bodoh sekali."

Herlin tertawa lirih, dia menatap ke arah Jeslyn yang terlihat tengah berbincang bersama Reki dan beberapa teman lainnya.

"Adikmu sudah besar. Dia akan lanjut kuliah di mana?"

Bola mata Aurel bergulir menatap ke aras atas, tanda jika dia tengah berfikir. "Aku belum pernah bertanya mengenai itu kepada Jeslyn, mungkin dia sudah menentukan kampus pilihannya sendiri."

Herlin mengangguk singkat. "Kamu tahu? Di daerah sini ada kampus favorit loh. Barangkali Jeslyn tertarik untuk melanjutkan pendidikannya di sini, aku dengan senang hati akan membantunya mencari kost yang aman untuk perempuan."

"Akan aku bicarakan lain kali, terimakasih kamu sudah berbaik hati" Aurel kembali menepuk bahu Herlin, lalu dia melanjutkan.

"Sudah lumayan larut, aku harus mengajak Jeslyn untuk istirahat. Terimakasih sambutannya, dan terimakasih sudah menerima adikku di sini. Aku sangat senang bertemu kamu lagi Herlin."

"Akan aku panggilkan adikmu" ujar Herlin sambil berlalu memasuki ruangan latihan. Dia memanggil Jeslyn dan memberikan sebuah senyuman.

"Sudah waktunya kamu untuk pulang, kakakmu sudah menunggu di luar. Ayo ikut denganku Jes" ujar Herlin.

Yang dipanggil langsung menoleh ke kiri kanan menatap semua teman barunya. Dia berdiri sambil bertos kepada semua orang di sana, sebagai tanda perpisahan.

"Terimakasih sudah menerimaku di sini, senang sekali bisa bertemu dan berlatih bersama kalian. Lain kali aku akan datang lagi" ujar Jeslyn sembari tersenyum manis.

Dia berjalan mengikuti Herlin menuju pintu ke luar, mereka berjalan menuju tempat di mana Aurel sedang menunggu.

"Kak Aul! Aku senang sekali datang ke sini, lain kali ajak aku lagi jika kakak hendak ke sini lagi ya" seru Jeslyn setelah berada di hadapan sang kakak.

Aurel terkekeh dan mengangguk mengiyakan. Dia mendekat Herlin dan mendekapnya beberapa saat.

"Kami pamit ya Lin, sekali lagi terimakasih" kata Aurel sebelum menarik Jeslyn menuju parkiran dimana mobil mereka terparkir.

Dua insan itu berlalu meninggalkan sanggar, tujuan mereka selanjutnya adalah penginapan. Mereka akan menginap semalam dan akan melanjutkan perjalanan saat pagi hari.

 
 
   
  
  
  
VOTE DAN KOMEN 🎀

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memories of Dancing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang