🌷8🌷

57 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Seorang Ardita Dananta cuy. Idaman para cowok-cowok. Pinter, cantik, body goals, natural baby face. The point is he is perfect.


Minusnya cuma satu.





Tidak bisa menaklukkan hati seorang Arsen Abraham.








🌷🌷🌷





3 bulan kemudian.


"Mah nilai aku turun loh." Protes Dita pada mamahnya sore itu di ruang tamu. Ia menunjukkan beberapa kertas ulangannya yang sudah diberi nilai.

Ningsih yang sedang mengunyah apel sambil menonton mr bean hanya melirik sekilas. "Terus?"

"Ya ini karena gak cocok sama guru lesnya. Cuma Kak Arsen loh mah yang cocok jadi guru les privat aku. Selama sama Kak Arsen nilai aku tuh gak pernah sejelek ini."

2 bulan yang lalu, Ningsih memang mencarikan guru les baru untuk Dita. Bukan ingin agar anaknya mendapat nilai bagus berturut-turut, ia tau kemampuan anak keduanya itu seperti apa. Bahkan tanpa adanya guru les privat, nilai Dita sudah sangat sempurna.

Alasan mengapa ia mencarikan guru les untuk Dita agar putrinya itu tidak ada waktu untuk bermain. Dan supaya gadis itu segera melupakan Arsen. Tapi kenyataannya, Dita masih mengingat Arsen sampai sekarang. Tiada sehari tanpa menyebut mantan guru lesnya itu.

"Selama sama Kak Arsen?" tanya Ningsih seraya menusuk potongan apel dengan garpu dan memasukan ke dalam mulutnya.

Mendengar pertanyaan itu, Dita mengangguk.

"Tanpa guru les, kamu udah pinter. Mamah tau ."

"Tapi lebih pinter waktu Kak Arsen yang ngajarin aku mah."

Ningsih menghela napas pelan. Lalu berhenti mengunyah dan menatap Dita serius. Ia tahu kalau itu hanya alasan Dita supaya Arsen kembali menjadi guru lesnya.

Setelah mendapatkan pesan dari Arsen bahwa pemuda itu pamit berhenti dari pekerjaannya, karna akan pergi ke luar negri katanya. Dan Ningsih tidak bisa memprotes dengan kalimat apapun, karena bagaimanapun pun itu hak pemuda itu.

"Masuk kamar! Atau uang jajan kamu, mamah potong." Perintah wanita itu dengan nada serius tanpa bantahan.

Dita menekuk bibir bawahnya seraya berjalan menuju ke kamarnya. Sempat berpapasan dengan Kakak perempuannya yang sedang mengupil dan bermain game. Ia tak memperdulikan dan hanya melewati Vita dengan diam.

Vita yang menyadari raut wajah adiknya menaikkan alisnya heran. "Kenapa lo?"

Makin dibuat terheran-heran oleh adiknya karena Dita hanya diam saja. Lalu ia mengedikkan kedua bahunya dan lanjut bermain game mobile legends.

PRIVATE TUTORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang