🌷7🌷

47 2 0
                                    

Warning!

Ada sedikit kekerasan dipart ini, semoga kalian bijak dalam membaca dan memahami cerita ini ya guys.

Happy reading ☺️❤️


🌷🌷🌷



Pukul  16.50

Dita menatap gedung tinggi dihadapannya. Saat ini ia sedang berada di alamat rumah Arsen yang sudah diberikan oleh mamahnya. Ia bersama Vita-kakaknya.

"Kak, lo yakin alamatnya bener? coba lo cek lagi kak." Pinta Dita sambil memandang takjub gedung apartemen di hadapannnya.
.

" Pinta Dita sambil memandang takjub gedung apartemen di hadapannnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Vita menghela nafas. Ia malas menjawab pertanyaan adiknya yang entah sudah ke berapa kali. Pertanyaan yang diulang-ulang beberapa menit yang lalu.

"Kak, ini beneran alamatnya Kak Arsen?"

Dita tak menyangka kalau Arsen tinggal di apartemen yang semewah ini. Pasalnya apartemen yang sekarang ia datangi adalah salah satu apartemen bintang lima yang ada di kotanya.

"Dit? Lo nanya gitu sekali lagi, gue tinggalin nih." Ucap Vita yang mulai jengah.

"Yuk masuk kak, gue ga sabar ketemu sama Kak Arsen." Ajak Dita sambil menarik tangan kakak perempuannya itu.

"Emang lo tau kamar Arsen ada dimana? Nomor berapa coba hah?"

Dita yang tersadar akan hal itu lantas menoleh ke arah Vita sambil cengengesan. "Iya juga ya, mamah kan cuma ngasih alamatnya aja."

"Yaudah gue call mamah dulu." Meski malas, Vita tetap mau membantu adiknya itu.

Sambil menunggu Vita menelpon mamahnya, Dita membuka ponselnya barangkali sudah ada kabar dari Arsen. Lalu menghela nafas kasar saat melihat chat yang ia kirim belum ada balasan sama sekali, seperti kemarin-kemarin.

"Gimana kak? Udah tau Kak Arsen ada dilantai berapa? Kamar nomor berapa?" Tanyanya saat Vita sudah menutup telfon.

Vita menggeleng. "Mamah gak tau. Cuma tau alamatnya doang."

"Yahh...." Dita mendesah kecewa.

"Dah ayok pulang aja, paling besok Kak Arsen udah dateng ke rumah buat nge-les in lo lagi." Ajak Vita yang sudah pasrah tidak ada petunjuk.

"Aaa kakak, sia-sia dateng jauh jauh kesini gak dapet apa apa."

Dita yang tadinya bersemangat, kini kembali bersedih.

Vita menatap adiknya tak tega. Meski kesal dengan tingkah adiknya, cewek itu sangat menyayangi Dita. Ia sangat peduli dengan Dita.

Dia orang yang akan maju paling depan jika ada yang macam-macam dengan adiknya.

"Ayok." Vita menarik tangan Dita untuk masuk ke dalam gedung itu.

Sementara itu, Dita menatap kakaknya berbinar dan kembali mengembangkan senyumnya. "Yeayyy."






PRIVATE TUTORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang