Hari ini, hari minggu. Oleh karena itu, Hesa, Ajay, Acil, Seno, Jul, dan Riki datang ke rumah Jaki sekedar untuk nongkrong dan bermain game online. Di teras depan rumah Jaki, Acil, Riki, Seno, dan Jul sibuk dengan gadgetnya masing-masing, sesekali mereka berteriak histeris entah kalah atau menang bermain game. Sementara itu, Ajay dan Hesa duduk di kursi rotan. Ajay memetik gitarnya sangat lihai, menciptakan melodi yang menghibur telinga orang yang mendengarnya. Ajay memang hobi memainkan alat music terutama gitar, bahkan dia mengoleksi banyak jenis gitar di rumahnya, mulai dari gitar listrik, gitar akustik, sampai bass. Sedangkan Hesa, ternyata dia pandai bernyanyi, suaranya yang lembut menyatu dengan melodi yang diciptakan dari gitar Ajay.
"Jak, indung bapak maneh can balik? (Ayah ibu kamu belum pulang?)" tanya Acil.
"Acan (belum)." jawab Jaki mata dan jarinya tetap fokus bermain game.
Sementara itu, di depan gerbang rumah Jaki yang masih tertutup rapat, Ayna sedang berdiri sambil memegang rantang. Dia seperti dilanda kecemasan, apakah dia harus masuk sekarang? Atau kembali ke rumahnya dan protes pada Mawar agar jangan dia yang mengantar makanan untuk Jaki. Sebenarnya memang biasanya Ayna yang selalu mengantar makanan untuk Jaki, tapi sekarang keadaannya berbeda. Di rumah Jaki sedang ada teman-temannya sehingga Ayna ragu untuk masuk.
Ayna menarik napas dan menegakkan tubuhnya, mengumpulkan keberanian untuk masuk. Tangannya memegang erat pintu gerbang bersiap membukanya. "Ayo! Ayna, kamu bisa!" gumamnya meyakinkan diri.
Tangannya mulai mendorong pintu gerbang itu, namun kenapa rasanya rigan sekali? Seakan tangannya ditarik oleh pintu tersebut. Ternyata seseorang di balik gerbang juga menarik pintu untuk membukanya.
"Eh, ada neng Ay ay," sapa Hesa sedikit terkejut.
Ayna hanya tersenyum canggung, dia sedikit menundukkan kepalanya karena malu.
"Masuk aja, Akang mau kke warung dulu sebentar."
"Iya," jawab Ayna lalu segera masuk.
Hesa tersenyum, kupu-kupu seperti berterbangan di perutnya, jantungnya juga berdetak tak karuan. Seperti biasa, gejala saat bertemu gadis yang dia sukai. Sementara itu, Ayna berjalan masuk menghampiri Jaki. Dia memperhatikan teman-teman Jaki yang sibuk sendiri, apalagi Acil berteriak-teriak bermain game online seperti orang kesetanan.
"Nih rendang dari mamah aku," ujar Ayna malas sambil menyodorkan rantang.
"Simpan aja di meja makan," jawab Jaki tetap fokus bermain game.
Ayna berjalan menuju dapur untuk menyimpan makanan sekaligus memindahkannya ke piring agar rantangnya bisa dia bawa kembali. Tiba-tiba matanya menangkap seorang gadis seumurannya keluar dari toilet. Malas bertegur sapa, Ayna langsung pergi. Niatnya untuk memindahkan makanan ke piring tidak jadi, dia hanya menyimpan rantangnya di atas meja.
"Si Jaki ngapain bawa dia sih!" gumam ayna sambil mempercepat langkahnya agar tidak terlihat oleh Ica.
Saat di ruang tamu, Hesa berdiri ambang pintu masih dengan senyum manisnya setelah pulang dari warung. Ayna tidak peduli dia hendak menerobosnya tapi Hesa terus menghalangi jalan seolah sengaja menahan gadis itu.
"Mau ke mana?" tanya Hesa.
"Mau pulang."
"Gak mau gabung dulu di sini?"
"Gak, Kang. Aku harus pulang." jawab Ayna semakin cemas.
"Ayna?" ujar Ica di belakang sana.
Mendengar suara itu, Ayna menghela napas berat, kacau sudah harinya. Dia juga tidak bisa menjamin mood-nya akan baik-baik saja hari ini. Ayna berbalik sambil memaksakan senyumanya. "Eh ada Ica ternyata, ngapain ke sini?" pertanyaan itu terdengar sangat tidak menerima kehadiran lawan bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY NEIGHBOR
Teen FictionJaki adalah tetangga Ayna yang selalu numpang Wi-Fi dan numpang makan di rumahnya. Terkadang kalau teman-teman Jaki datang, Ayna harus bersabar dengan segala kebisingan, seperti teriakan histeris dari mereka yang sedang bermain game online dan suara...