Saat Ayna berdiri di ambang pintu, pandangannya tidak sengaja bertemu dengan sosok yang dia cari. Jaki, berdiri beberapa meter di hadapannya, dengan tatapan yang penuh perasaan dan kerinduan. Ada sesuatu dalam tatapan Jaki yang menarik hati Ayna, membuatnya merasa tergerak untuk mendekat. Tanpa ragu, Ayna melangkah menuju Jaki, dan sebelum dia sempat berkata apa pun, Jaki sudah memeluknya erat.
"Aku rindu," bisik Jaki, suaranya penuh getaran emosional yang tidak bisa lagi disembunyikan.
Rasa yang terpendam dalam diri Jaki akhirnya menemukan jalannya keluar, meskipun tidak sepenuhnya terungkap. Setidaknya beban yang menekan hatinya terasa sedikit lebih ringan.
Sementara itu, Hesa, yang berdiri di dalam ruangan, menyaksikan pemandangan ini dengan hati yang remuk. Setiap detik terasa seperti duri di hatinya, menyaksikan momen yang dia bayangkan seharusnya menjadi miliknya, kini diambil oleh orang lain. Rasa sakit yang mendalam menghimpitnya, menambah berat beban emosional yang sudah menghantuinya. Dalam diam, Hesa merasa seolah segala harapannya telah hancur berkeping-keping, menatap pemandangan yang tidak bisa dia ubah. Untuk yang kedua kalinya, Hesa menyaksikan Ayna dalam dekapan laki-laki lain, Jaki.
~~~
Setelah kejadian di Wartu, suasana terasa masih penuh dengan kejutan. Jaki, yang sebelumnya telah mengabaikan Ayna selama seminggu karena cemburu yang terpendam, tiba-tiba memeluk Ayna dengan penuh emosi dan mengungkapkan rasa rindunya yang dalam. Sore itu, mereka pulang bersama dengan hati yang penuh harapan akan perbaikan hubungan mereka.
Namun, saat mereka tiba di rumah Ayna, pintunya ternyata tidak bisa dibuka. Mawar, ibunya, menelepon untuk memberitahukan bahwa ada urusan mendadak di tempat kerjanya dan kemungkinan baru akan pulang larut malam. Ayna menyadari dengan panik bahwa kunci duplikat tertinggal di kamarnya. Keheningan mulai menyelimuti mereka, hanya suara derasnya hujan yang terdengar.
Jaki, melihat kebingungan di wajah Ayna, akhirnya menawarkan solusi, "Nunggu di rumah aku aja."
Ayna merasa canggung, dengan rasa ragu yang mengganggu pikirannya. Dia akhirnya menunggu di rumah Jaki. Ayna yang basah kuyup setelah kehujanan di motor tadi, tidak nyaman merasakan setiap tetes hujan yang membasahi tubuhnya setelah kehujanan di motor. Pakaian yang menempel di tubuhnya terasa dingin dan berat. Jaki dengan sikap penuh perhatian, meminjamkan pakaian kering miliknya untuk Ayna.
"Ganti pake ini aja. Daripada nanti masuk angin, tapi terserah sih, aku bisa ngerokin pake koin, kok," kata Jaki dengan tengilnya.
Ayna menerimanya dengan cepat. Dia mengganti pakaiannya di kamar mandi. Dia mengenakan kaos hitam yang tampaknya terlalu besar dan celana training yang longgar. Saat dia keluar, Jaki sudah duduk di sofa, matanya tak lepas dari Ayna yang sekarang tampak berbeda dalam balutan pakaian itu. Tatapannya sulit diartikan..
"Apa lihat-lihat?" serongot Ayna.
"Ya terserah aku lah, orang punya mata," jawab Jaki dengan nada tengil, namun tidak bisa menyembunyikan perasaan yang mendalam di balik ucapannya. "Kapan lagi lihat kamu pake baju aku. Mau gak mau aku harus lihat."
Ayna memalingkan wajahnya, merasa pipinya memanas. "Aku colok tuh mata!" jawabnya, suaranya sedikit meninggi.
Jaki hanya terkekeh, matanya menatap Ayna dengan intensitas yang membuat Ayna semakin salah tingkah. "Eh, jangan marah-marah. Aku cuma menikmati pemandangan langka ini," dia semakin tengil.
Ayna menatapnya tajam, dia sedikit was-was dan mencoba masuk ke dalam pikiran laki-laki itu. Menerawang untuk menemukan rencana-rencana jahilnya. Ayna berjalan dan duduk di ujung sofa, menjaga jarak dengan Jaki. Dalam keheningan malam itu, di antara suara hujan yang masih menderas, mereka merasakan kehadiran satu sama lain dengan intensitas yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY NEIGHBOR
Teen FictionJaki adalah tetangga Ayna yang selalu numpang Wi-Fi dan numpang makan di rumahnya. Terkadang kalau teman-teman Jaki datang, Ayna harus bersabar dengan segala kebisingan, seperti teriakan histeris dari mereka yang sedang bermain game online dan suara...