(1) Kita tumbuh bersama tapi kenapa cinta juga ikut tumbuh?

526 41 17
                                    

"Put! Balik ke kelas yu. Malu dilihatin banyak orang!" ujar Ayna sambil mencoba menutupi wajahnya.

"Sekali lagi, Ay! Tadi ada yang salah gerakannya".

Putri tidak memedulikan orang-orang disekitar yang kini menatap dengan berbagai ekspresi. Mereka berdua sedang membuat dance Kpop yang sedang viral. Tidak memandang waktu dan tempat, Putri merekamnya di tengah lapangan menggunakan tripod yang selalu dia bawa kemana-mana.

Ayna hanya bisa pasrah menghadapi kelakuan sahabatnya ini. Tiba-tiba matanya menangkap seorang laki-laki yang juga sedang menatapnya dengan senyuman tengil yang selalu membuat Ayna kesal. Pandangan laki-laki itu tak lepas dari Ayna. Menurutnya kapan lagi dia bisa melihat penghuni hatinya menari di tengah lapangan.

"Cieee, dilihatin Kang Hesa," goda Putri.

Ayna mendengus kesal sambil mengalihkan pandangannya. "Jaki?"

Seperti elang, matanya tak pernah salah sasaran. Ayna melihat Jaki berjalan di koridor sambil asik berbincang bersama teman perempuannya. Siapa lagi kalau bukan Ica, perempuan paling dibenci Ayna. Sebenarnya hubungan mereka baik-baik saja. Lalu kenapa hanya mendengar namanya saja sudah membuat Ayna kesal? Padahal Ica adalah orang yang baik, pintar, dan cantik. Dia sangat populer di angkatannya. Tapi bukan itu alasannya.

Ayna menyukai tetangganya itu, yah Jaki. Laki-laki jahil dan banyak bicara, lebih tepatnya seperti bokem. Mereka berdua lahir dan tumbuh bersama, dibandingkan dengan sahabat dari kecil, mereka lebih seperti saudara kembar yang selalu cekcok.

Ayna terus memperhatikan dua orang itu. "Put, cara menghilangkan Ica yang membandel? AAUWW!"

"Ay, kamu gak apa-apa?" tanya Putri khawatir.

"Hampura euy!" Teriak satu laki-laki yang sedang bermain bola.

Ayna mengusap kepalanya yang benjol akibat terkena bola. "SIA!!! Teu bisa najong bal mah cicing!" dia tidak dapat menahan emosinya.

Di seberang sana, Hesa masih setia memperhatikan Ayna. Laki-laki itu seperti sedang menahan tawa setelah melihat kejadian yang membuat kepala Ayna Benjol.

Ayna hanya menatapnya kesal sambil bergumam, "Aku sumpahin matanya kelilipan." Kemudian Ayna segera pergi mengabaikan pangilan Putri di belakang sana.

"Hesa, disuruh bu Feni ke ruang guru." ujar Seno.

"Ngapain?"

"Gak tahu."

"Ku maneh we," jawab Hesa lalu dia segera berlari mengejar Ayna.

"Woi Hesa!" Teriak Seno, dia berdecak sebal menghadapi tingkah sahabatnya itu.

Hesa terus berlari mengejar Ayna ke kantin. Di sana, senyumnya merekah hanya dengan melihat punggung dari sosok gadis yang begitu dia suka. Ayna sedang duduk sambil meminum sebotolair mineral, sepertinya dia kehausan setelah tadi menari di tengah lapangan.

Hesa segera menghampirinya kemdian duduk berhadapan. "Haus ya?" masih dengan senyuman yang sama.

"Okhokk!" Ayna tersedak, hampir saja menyembur Hesa dengan air di mulutnya.

"Mau makan?"

"Gak."

"Kenapa?"

"Bentar lagi bel masuk."

"Kalo istirahatnya masih lama, kamu mau makan?"

Ayna tidak menanggapi, dia sibuk menempelkan botol air dingin itu ke kepalanya yang benjol. Hesa tidak juga tidak peduli dengan jawaban, sekarang dia hanya seperti orang yang terhipnotis. Hesa begitu candu pada setiap gerak-gerik gadis di hadapannya sekarang.

MY NEIGHBORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang