Chapter 2 - Raden

13 5 2
                                    

"Um.. aku... tidak tahu.." ucap Anak itu sambil menggelengkan kepalanya.

"Eh?" Masih tersenyum, namun senyuman kebingungan. Bisa-bisanya seorang anak kecil seperti ini tidak punya nama.

Seiki berusaha untuk mencairkan suasana dengan menawarkan, "Hm.. nanti aku bantu carikan orang tuamu ya.." ucapnya seraya mengelus rambut Anak itu.

Anak itu hanya menatap ke arah Seiki, kebingungan dengan perlakuan anak yang lebih tua darinya itu. Ia hanya mengangguk dan sesekali mengayunkan kecil kedua kakinya yang tidak sampai di pijakan mobil.

"Tapi sebelum itu, check up untuk dirimu dan adik-adik yang lain lebih penting.." ucap Seiki. Dengan lembut, ia menggenggam lengan Anak itu yang memar, "Kurus sekali.. aku tidak menyangka sampai separah ini.. kalian selama ini tidak makan?"

Anak itu dengan tatapan polosnya menjawab seakan yang dialaminya itu normal, "Roti saja?"

"Hu'um.." Seiki mengangguk. "...kadang tidak makan sama sekali.." ucap Anak itu sambil menundukan kepalanya.

Seiki mengelus lembut surai berwarna cokelat milik Anak muda itu lalu tersenyum, "Kita sudah sampai dirumahku.. ayo turun."

HQ Famiglia La Stabile, pukul 16.00 sore

"Yang... yang lain dimana?" Tanya Anak itu.

"Mereka sudah diruanganku, setelah ini kalian akan diberikan vaksin.. lalu kalian akan makan siang.." ucap Seiki.

"Kakaaaa!" Seru anak-anak yang sudah berhasil diselamatkan, mereka berlari dengan kaki kecil mereka kepada Anak itu dan memeluknya.

Anak itu tersenyum dan mengelus kepala adik-adiknya, "Kalian baik-baik saja, kan?"

Anak-anak yang lain mengangguk. Seiki tersenyum melihat interaksi mereka yang menurutnya manis, "Nah, sekarang kalian mandi dulu ya.. Kakak mau siapkan obat dan makanan untuk kalian." Ucap Seiki sambil memanggil para maid untuk membantu anak-anak mandi.

Setelah itu, Seiki pergi ke labnya untuk menyiapkan vaksin mereka. Anak-anak pergi makan di ruang makan. Seiki baru kembali dari ruangnya untuk mengajari anak-anak cara memotong makanan dengan pisau dan makan dengan sendok juga garpu.

"Begini ya, dik.." ucap Seiki. Anak yang diajarnya itu tersenyum dan menjawab, "O-oh.. oke.. makaci kaka.."

Seiki melangkah menuju anak lain yang kesulitan untuk makan. Manik safir Anak itu tak berhenti memperhatikan anak remaja yang menyelamatkannya itu, batinnya ragu, "Mungkin.. dia memang orang baik.."

Anak itu memperhatikan senyuman yang diberikan adik-adiknya. Mereka terlihat sangat senang dan ceria. Tanpa disadari, Anak itu ikut tersenyum. Saat Seiki melirik sekilas kepada Anak itu, dia menyadari dirinya sedang dilihat Seiki, ia memalingkan wajahnya.

Setelah beberapa saat, Seiki memastikan anak-anak sudah selesai makan semua. Ia mengatakan, "Ya sudah, kalau sudah makan, kalian akan ke ruanganku dulu ya! Kalian akan kakak vaksin.."

Anak itu melihat ke arah manik dedaunannya Seiki. Seiki menyadari tatapan penasaran itu, "Ada apa?"

Anak itu memiringkan kepalanya, terlihat bingung, "Apa itu.. paksin?"

"Iya, vaksin biar kalian sehat dan kuat." Jawab Seiki.

"Itu obat??"

"Iya, obat.."

"...Obatnya pahit?"

"Lho, engga pahit kok. Kan obatnya disuntik.."

Anak itu kembali menatap Seiki, "...Apa itu di suntik?"

[DISCONTINUED] Welcome To La Stabile FamigliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang