02: Smile

81 11 3
                                    

Pada musim gugur 5 tahun lalu, Sakusa berdiri dari balik tribun penonton. Mata Sakusa fokus menatap Atsumu yang timnya tengah bermain di lapangan orange. Sesekali memicing. Tanpa sadar menarik seutas senyum di dalam masker.

Komori menemukan Sakusa setelah mencari selama 10 menit. Pertandingan mereka untuk hari ini telah berakhir. Dan tentu mereka memenangkannya.

"Mesin Miya bersaudara sedang sangat panas kelihatannya, ya."

Suara Komori memecahkan fokus Sakusa. Beberapa detik matanya melebar untuk kembali kepada bentuk semula. Ia mendengus di balik masker hitam yang selalu setia menemani wajah. Sakusa menyandarkan dagu pada lipatan tangan di atas pagar tribun. Ia tidak menjawab pertanyaan yang sepupunya ucapkan.

Komori tersenyum simpul. Dirinya sudah lama mengenal Sakusa. Mereka berada di sekolah yang sama sejak SD. Sakusa adalah anak penyendiri dan pendiam. Anak itu tidak menyukai interaksi. Dengan kata lain, Sakusa seorang introvert. Hal tersebut menjadi akut selepas Sakusa mendapat diagnosa phobia kuman. Atau nama lainnya, Mysophobia.

Mysophobia disebut juga dengan germophobiaverminophobiabacteriophobia, dan bacillophobia. Yang merupakan ketakutan berlebihan terhadap kontaminasi bakteri, kuman, debu, dan kotoran. Seseorang akan merasa bahwa adanya kontaminasi dari benda yang kotor akan sangat membahayakan dirinya.

Orang-orang dengan riwayat Mysophobia biasanya akan sangat menghindari kontak fisik dengan orang lain agar tidak terpapar oleh bakteri atau kuman yang berada di tubuh orang lain. Contohnya, menghindari berjabat tangan atau berpelukan. Dan itulah yang selalu terjadi pada Sakusa. Ia sering menolak sentuhan dari orang lain secara mentah-mentah.

Tatapan Sakusa terus jatuh pada Atsumu yang bermain dengan sangat baik. Terlampau baik malahan. Di sana, Tim Inarizaki melawan Tim Karasuno. Sakusa, Komori, dan Atsumu berada di tingkat yang sama. Mereka siswa kelas 3, yang artinya tahun itu menjadi tahun terakhir mereka bermain voli untuk tingkat SMA.

Komori ikut melipat tangan pada pagar tribun. Banyak orang berlalu-lalang di belakang mereka. Bahkan, di kiri Sakusa terdapat segerombolan anak SMP. Mereka berteriak senang ketika Atsumu mencetak angka dengan servis acenya. Namun Sakusa tampak tidak menghiraukan kehadiran mereka. Ia terlihat sama sekali tidak merasa terganggu. Tidak seperti biasanya.

Dalam kondisi normal, Sakusa akan menepi di sudut ruangan untuk menghindari orang-orang yang berkumpul. Tidak jarang Sakusa memarahi orang yang dengan sengaja mendekati tempat teramannya dari gangguan kuman. Segala umpatan serta kalimat pengusiran diucapkan supaya orang tersebut menjauh darinya. Atau Sakusa yang memilih berpindah tempat untuk menjauhkan diri.

Sebelumnya, Sakusa tidak memiliki pobia apapun. Dan semua itu langsung berubah ketika Sakusa tidak sengaja melihat Ushijima Wakatoshi, salah satu dari 3 Ace terbaik tingkat nasional, sedang melipat ke dalam bagian kotor dari sapu tangannya, menyisakan bagian bersih untuk luaran. Itu terjadi saat Sakusa hendak masuk ke toilet. Percikan api dalam diri Sakusa akan kecintaannya terhadap kebersihan, semakin membesar serta mengubah Sakusa menjadi yang sekarang.

Komori memandang Atsumu yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai setter nomor 1 tingkat nasional setahun lalu. Atsumu selalu mendapatkannya sejak SMP. Kemampuan Atsumu memang sangat sempurna untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Persis seperti sepupu Komori di sampingnya ini.

Sakusa Kiyoomi adalah seorang Mysophobia. Ia benci orang-orang dengan segala kuman yang dibawa oleh tubuh mereka. Ia rela menghindari sosialisasi demi terhindar dari kuman, kotoran, dan kawan-kawannya. Namun Komori dapat menilai sendiri, Mysophobia Sakusa seakan menghilang, jika itu berkaitan dengan Miya Atsumu.

Sakusa yang berdiri di sini demi memperhatikan Atsumu, sudah menjadi bukti nyata untuk membenarkan argumen tersebut.

"Kiyoomi, apa kau memiliki perasaan khusus pada Miya-kun?"

Sakusa seketika menoleh pada pemuda berambut coklat muda di sampingnya. "Apa maksudmu?"

Komori menggaruk kepala yang tidak gatal. "Ya. Kau menjadi tidak takut kuman kalau sudah berhubungan dengannya. Apa kau sadar itu?" Komori memberikan sebuah cengiran.

Mulut Sakusa terbuka sesaat lalu terkatup. Ia memasukkan kedua tangan ke dalam saku jaket. Sakusa tidak menyangkal dan tidak pula mengiyakan penuturan Komori. Sakusa hanya tidak tahu ingin menjawab apa.

Komori dapat maklum, orang introvert seperti Sakusa sedikit sulit untuk mengekspresikan perasaannya. "Rasa sukamu itu kelihatan jelas, loh. Jika saja orang lain sedekat diriku denganmu, mereka pasti akan sadar kalau kau sedang menyukai Miya-kun."

"Jangan berkata omong kosong." Balasan Sakusa membuat Komori tertawa lepas. Masih sempatnya pemuda tersebut berkata demikian berdasarkan atas rasa gengsi yang ia miliki.

Sakusa memicing tajam. Kemudian matanya memandang ke arah lapangan. Pertandingan Atsumu telah selesai. Mereka memenangkannya dengan poin 2-1. Sorak sorai dan tepukan tangan diberikan oleh seluruh orang yang menonton pertandingan luar biasa itu.

Atsumu yang terengah-engah tersenyum senang. Ia melakukan selebrasi kemenangan dengan saudara kembarnya. Ketika manik Atsumu tidak sengaja bertemu dengan manik Sakusa, Atsumu memanggilnya.

"OMI-KUNNN!" Itu bahkan sebuah teriakan.

Semua orang kini menatap Sakusa dan Atsumu. Atsumu memberikan senyuman lebar. Menampilkan deretan gigi dengan mata yang tertutup. Ia membuat pose dua jari di samping wajah. Senyum yang indah.

Sungguh manis. Dan juga panas.

Kilatan cahaya seakan hanya menyoroti wajah lelah Atsumu saja. Seperti ada panah yang ditembakkan ke dalam hati. Dan panah itu tepat bersarang di sana. Tidak dapat Sakusa melepaskan.

Detak jantung tidak lagi seperti yang seharusnya. Kupu-kupu berterbangan dalam perut. Mendatangkan rasa mual yang juga rasa riang. Tanpa aba-aba dari otak, Sakusa mengambil ponselnya.

Sakusa memotret Atsumu yang sedang tersenyum dengan buliran keringat sebagai penghias.

***

Sakusa menghembuskan napas singkat. Poto masih ia pandang. Itulah poto Atsumu yang pernah Sakusa ambil. Dada Sakusa masih sama bergetarnya dengan pertama kali poto itu ia dapatkan.

"AH. ITU, KAN, AKU!"

Sakusa menoleh patah-patah ke belakang. Ia memandang horor. Terlihat Atsumu yang tersenyum dengan tubuh membungkuk.

***

Uh, Nana gak tau kalau buat narasi bisa sesusah ini. Padahal dulu rasanya enteng" aja deh. Harus dilatih lebih banyak lagi.

MirayukiNana

Jum'at, 23 Agustus 2024.

MysophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang