06 : I Know

55 9 0
                                    

Mata Atsumu sontak terbuka. Ia refleks terduduk. Menatap Sakusa yang sedang menyemprot hand sanitizer ke tangan. Pria tersebut baru saja masuk, namun Atsumu tidak mendengar suara pintu terbuka saking fokus pada dirinya sendiri.

"Selamat datang, Omi-kun."

Saliva ditelan. Mencoba untuk mengabaikan pertanyaan Sakusa saat memasuki ruang kamar mereka di asrama MSBY Black Jackals.

"Omi-kun habis darimana?" Tanya Atsumu berbasa-basi. Ia tahu Sakusa itu pendiam. Sakusa tidak akan berbicara jika memang ia tidak ingin. Dan kerap menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain. Terlebih jika menurutnya orang itu telah terkontaminasi oleh kuman.

Melirik sekilas, Sakusa menanggalkan pakaiannya di depan Atsumu. Tanpa rasa malu. Membuat mata Atsumu sekali lagi membola. "OI!" Ia membentak. Ingin mengalihkan pandangan dari tubuh atletis Sakusa, namun tubuh Atsumu tidak bisa mengikuti kata hatinya.

"Kau kenapa?" Sakusa berjalan ke arah Atsumu dengan bertelanjang dada. Sebuah handuk tersampir indah di pundak kanannya.

Napas Atsumu tercekat. Ia seakan lupa bagaimana caranya bernapas. Mata Atsumu benar-benar tidak bisa beralih dari tubuh Sakusa. Sedikit demi sedikit semburat merah keluar di wajah. Jarak mereka terus terkikis, hingga menyisakan setengah meter. Sakusa berdiri, sementara Atsumu duduk bersila di kasurnya.

"Aku tahu kalau aku memang tampan. Tapi bisakah tatapanmu tidak seperti itu? Kau seperti ingin memakanku." Ujar Sakusa santai.

Kesadaran Atsumu tertarik kembali kedaratan. Ia mengerjap. "Percaya diri sekali kau." Kemudian tanpa sadar memukul kecil abs Sakusa. Berucap seloro untuk mencairkan suasana aneh di dalam kamar ini.

Atsumu tersenyum canggung saat ia rasa Sakusa menatap intens padanya. Pria berambut hitam legam tersebut tidak bergerak seinci pun dari tempatnya berdiri. Pun juga tidak menjawab ucapan Atsumu.

"Mandi sana Omi-kun, kau bau dan banyak kuman." Ucap Atsumu lagi. Tentu saja dengan niat bercanda. Karena Sakusa tidak bau.

Oh Tuhan, parfum Sakusa sesungguhnya sangat memabukkan. Atsumu sengaja menutup hidung dengan jari jempol dan telunjuk. Mengibaskan tangan ke udara seperti orang yang sedang mengusir. Indra penciuman Atsumu dipenuhi dengan bau parfum Sakusa.

"Kau tahu kan, Miya? Kalau kau tidak mencobanya, kau tidak akan tahu seperti apa hasilnya." Sakusa melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Memutari ranjang tempat Atsumu duduk.

"Kau malam ini terlihat aneh, Omi-kun. Apa otakmu sudah mulai terkontaminasi oleh kuman?"

Atsumu masih membawa pembicaraan kearah candaan. Diiringi oleh tawa ringan. Ia menolak untuk mengetahui maksud dari perkataan Sakusa. Meski keadaan wajah Atsumu tak berbohong, bahwasannya ia malu saat ini. Matanya bahkan tidak berani untuk menatap Sakusa.

"Sebaiknya kau berkaca." Sakusa menarik lembut rahang Atsumu menggunakan jari telunjuknya. Sedikit membungkuk agar dapat bertemu pandang dengan manik coklat si surai pirang pucat itu.

"Kau juga terlihat aneh malam ini, Miya."

Hembusan napas hangat Sakusa menyapu wajah merah Atsumu. Harum sekali. Untuk kedua kali napas Atsumu tercekat. Alunan suara halus nan lembut itu seakan menghipnotis Atsumu. Manik sayunya membuat Atsumu tidak berkutik. Ia terpaku pada sosok Sakusa yang selalu dapat menarik seluruh perhatian Atsumu hanya untuknya seorang.

Atsumu ingin membalas namun tak bisa. Ia tidak tahu apakah Sakusa berkata dengan niat menggoda, atau justru sebaliknya.

Sebenarnya ada apa dengan Miya Atsumu dan Sakusa Kiyoomi malam ini? Mereka sama-sama terlihat aneh.

"Kau harus tahu satu hal lagi, Miya. Aku benci orang yang tidak siap untuk melakukan sesuatu."

***

"Kenapa melamun? Apa ada masalah?"

"Rin."

Osamu melihat Suna tersenyum padanya. Pria bermata sipit seperti rubah itu duduk di bangku pengunjung yang tersedia di hadapan Osamu. Meletakkan sebuah kantung plastik yang lumayan besar di atas meja.

Kedai Onigiri Miya milik Osamu telah sepi dari 30 menit lalu. Ia telah menutup kedainya. Osamu sedang melakukan kegiatan bersih-bersih dari balik pantry. Lampu tempat tersebut sudah mati sebagian. Menyisakan sinar di atas kepala Osamu yang membentuk lingkaran. Suna berada di dalam lingkaran tersebut.

Manik Suna menatap Osamu sambil mengembangkan senyuman, yang sangat jarang ia tunjukkan. Namun jika pada Osamu, Suna selalu melakukannya ketika mereka hanya berduaan saja. Menumpukan wajah pada telapak tangan, Suna memperhatikan salah satu kembar Miya yang setiap saat membuatnya terpukau dan jatuh cinta.

"Aku tahu, Rin. Aku juga mencintaimu."

Tawa Suna seketika pecah mendengar penuturan Osamu. Seolah ia tahu apa isi hati Suna tanpa perlu disebutkan, disela tangan pria tersebut masih sibuk membersihkan piring. "Aku jadi ingin menciummu, Osamu." Ujar Suna menyudahi tawanya.

"Kita selalu melakukan itu, bukan? Atau kau ingin melakukan--"

"Sstt." Suna meletakkan jari telunjuk di depan bibir. Tidak ingin mendengar Osamu mengucapkan kata vulgar. Karena itu hanya akan membuat Suna tidak tahan untuk tidak melahapnya di sini.

Osamu memang orang yang paling menarik yang pernah Suna temui. Orang yang senang berbicara secara terang-terangan, seperti Kita Shinsuke. Meskipun sikapnya tidak sedingin kapten di klub voli SMA mereka dulu.

"Sebaiknya kau jawab pertanyaanku, Samu." Suna mengeluarkan nada selembut mungkin. Karena Suna tahu, Miya Osamu menyukainya.

"Oh, itu." Bola mata Osamu mengarah ke langit-langit kedai miliknya.

"Aku hanya memikirkan Tsumu. Apa menurutmu perasaannya akan terbalaskan? Kau tahu, kan, sifat mereka berbanding terbalik." Suna mengangguk. Tidak menjawab sebelum Osamu menyelesaikan perkataannya.

"Aku ragu Tsumu akan disukai dengan sifat menyebalkannya itu." Lanjut Osamu.

Suna tersenyum simpul. "Kau tenang saja, sayang." Pupil mata Osamu melebar. Hatinya menghangat disertai jantung yang memompa sedikit lebih cepat. Selalu seperti ini reaksinya ketika Suna memanggil Osamu dengan panggilan, sayang.

"Sakusa juga memiliki perasaan yang sama dengan kembaranmu itu."

***

Update lagi.

MirayukiNana

Minggu, 22 September 2024.

MysophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang