07: Eyes

61 10 6
                                    

Mundur lagi pada saat dimana semuanya dimulai. Perasaan Miya Atsumu terhadap Sakusa Kiyoomi. Kembar Miya tertua itu yang jatuh cinta pertama kali pada Sakusa.

Tepatnya di awal musim semi, pertandingan voli internasional untuk tingkat SMP Atsumu yang kedua. Tentu saja ia, dan juga Osamu, menjadi anggota reguler pada pertandingan itu.

Atsumu meninggalkan rekan setimnya. Ia sudah izin terlebih dulu untuk pergi ke toilet. Agar nanti tak ada yang merasa kehilangan Atsumu.

Atsumu jalan melenggang keluar bilik dengan santai. Mengibaskan tangan di udara untuk membuang air yang tersisa. Belum sampai pada pintu toilet, sebuah suara menginterupsi Atsumu.

"Oi, kuman. Cuci tanganmu sebelum keluar dari toilet."

Lantas Atsumu menoleh. Menunjukkan raut wajah tidak peduli, ia menjawab. "Aku sudah mencucinya dengan air di dalam toilet, dan membersihkannya menggunakan tisu toilet."

"Itu masih belum bersih, kau harus menggunakan sabun untuk mencuci tanganmu."

Mata kecoklatan Atsumu memicing. Ia merasa tak senang. Seluruh tubuh dibalik untuk berhadapan dengan orang yang menegurnya barusan.

Seorang bocah laki-laki yang Atsumu rasa sepantaran dengannya, mungkin lebih muda. Berambut curly dengan dua tahi lalat diatas alis. Mata hitam legam. Atsumu bisa melihat pantulan dirinya dari mata bocah tersebut. Lalu memiliki tubuh jangkung. Ia lebih tinggi beberapa centimeter dari Atsumu.

Mereka berdiri saling berhadapan. Wajah bocah itu ditutupi oleh masker hitam. Kedua tangan masuk ke dalam jaket, yang Atsumu yakini adalah bagian dari seragam klub voli. Matanya setajam elang. Serta tatapan yang datar.

"Tidak mau. Aku bilang, aku sudah membersihkannya tadi, kan?" Ucap Atsumu seraya berkacak pinggang. Menampilkan wajah songong andalannya. Jika Osamu melihat itu, Atsumu sudah pasti akan ditendang sampai ke mars. Kenapa? Karena Osamu benci pada sikap Atsumu yang terkadang sombong, dan juga tidak mau peduli.

"Namamu Miya Atsumu, bukan?" Bocah laki-laki tersebut mendekati tempat Atsumu. "Kita nanti akan bertanding. Dan aku tidak mau menyentuh bola dari tangan orang yang terkena kuman." Ujarnya.

"Ha!?" Urat kekesalan Atsumu timbul. "Bola itu bahkan sudah terkena kuman sebelum aku menyentuhnya!" Mengerti sindiran dari si bocah yang baru saja Atsumu temui, ia mengerang emosi. Tidak habis pikir dengan alasan bocah tersebut.

Menulikan telinga, bocah itu malah menarik paksa pergelangan tangan Atsumu. Mencoba untuk membawa Atsumu ke tempat wastafel berada.

"Oi, apaan, sih!?"

Atsumu memberontak kecil. Menarik tubuh ke arah yang berlawanan. Lalu berusaha melepas jari-jari lebar yang melingkar apik pada pergelangan tangannya. Namun, genggaman bocah tidak sopan ini tak dapat terlepas. Kekuatan Atsumu kalah besar. Atau memang Atsumu yang sengaja menahan kekuatannya, supaya tidak terbuang sebelum pertandingan mereka dimulai.

Perlu diketahui, bahwasannya Atsumu tidak mau kalah pada pertandingan kali ini. Karena pertandingan ini adalah penentu untuk timnya memasuki babak 8 besar. Jujur, Atsumu tidak ingin membawa malu bagi nama sekolahnya. Meski tidak akan ada satupun yang merasa malu, walau mereka kalah dalam pertandingan itu.

Perjuangan, dan permainan yang baik tetap merupakan suatu hal yang membanggakan, bukan memalukan.

"Oi! Kau mendengarkan aku atau tidak, sih!?"

Dan jawaban dari pertanyaan Atsumu adalah, tidak.

Bocah itu tak memperdulikan raut masam Atsumu. Ia fokus mencuci tangan Atsumu. Berdiri di belakang bocah SMP yang lebih pendek darinya. Mereka terlihat seperti sedang berpelukan, jika dilihat dari arah belakang pula. Untungnya hanya ada mereka berdua di dalam toilet.

Atsumu ingin marah. Tetapi saat ia tidak sengaja melihat kaca, mata Atsumu terpaku pada mata yang hanya sibuk memperhatikan tangannya. Mata hitam yang berkilat akibat dari efek cahaya lampu yang memantul pada kaca besar wastafel.

"Sudah. Lain kali cuci tanganmu dengan sabun sebelum keluar dari toilet." Bocah tersebut menyudahi kegiatannya. Ia memandang kaca. Tatapannya dan Atsumu saling bertemu.

Kedua pupil Atsumu membesar. 'Bocah ini ternyata sangat tampan.' Pujinya dalam hati. Ia bahkan baru sadar kalau masker di wajah bocah tersebut telah dilepas.

Atsumu diam seribu bahasa. Ia seakan terhipnotis oleh mata hitam yang tersaji di hadapan. Indah, dan tentunya menawan. Baru kali ini Atsumu merasakan wajahnya menghangat. Rasa berbunga-bunga, yang Atsumu tidak tahu karena apa,  terlahir dalam hatinya.

Miya Atsumu jatuh cinta pada Sakusa Kiyoomi mulai saat itu. Hanya karena menatap matanya dari jarak dekat. Atsumu jatuh cinta, bahkan sebelum Atsumu mengetahui nama Sakusa.

"Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?"

***

"Eh?"

Atsumu mengerjap. Sakusa memberikan tatapan datar untuknya. Memproses apa yang baru saja terjadi. Rasa-rasanya Atsumu deja vu ketika mendengar pertanyaan dari Sakusa.

Wajah mulai memanas. Ah, pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sama saat ia jatuh ke dalam pesona orang yang berstatus rekan setim dan satu kamar Atsumu.

"Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?" Sakusa bertanya sekali lagi. "Apa kau tidak ada kerjaan lain? Pergilah makan malam bersama Bokuto dan Hinata. Atau pergi sana mandi bersihkan dirimu, kau banyak kuman." Lanjut Sakusa.

"Percaya diri sekali kau, Omi-kun. Aku bukan memperhatikanmu. Tapi memperhatikan sampul buku yang kau baca." Elak Atsumu. Padahal dalam hati sudah mengerang malu karena ketahuan sedang memperhatikan Sakusa.

Sakusa mengabaikan kebohongan pria dengan nomor jersey 13 tersebut. "Kau terlihat aneh akhir-akhir ini, Miya." Ucap Sakusa kembali membaca buku di tangannya.

"Ha!? Kaulah yang aneh, Omi-kun! Apalagi, malam kemarin-" Suara Atsumu menciut, tidak melanjutkan perkataannya lagi. Ia mengalihkan pandangan, merasa malu untuk yang kesekian kali.

Mengerti apa yang Atsumu maksudkan, Sakusa membalas. "Tidak ada yang aneh dari itu. Aku hanya ingin membuatmu lebih percaya diri. Barang kali, kau mau mencoba untuk melihat hasilnya akan seperti apa."

Atsumu menatap tak percaya pada pria yang lebih muda. "Apa kau pikir perasaanku ini adalah barang percobaan?" Marahnya. Tapi sedetik kemudian, Atsumu menutup mulut.

'Mulut bodoh.' Atsumu merutuki dirinya.

Tatapan Atsumu dan Sakusa bertemu. Wajah Sakusa dengan senyuman mengejek itu semakin membuatnya malu. Oh Tuhan, Atsumu ingin menghilang rasanya.

"Lupakan! Aku mau mandi!" Atsumu terburu-buru meraih handuk. Lalu memasuki kamar mandi. Sakusa yang melihat Atsumu hanya menggeleng heran.

"Padahal tak ada salahnya untuk mencoba." Gumam Sakusa.

***

Mencari ide agar bisa update.

MirayukiNana

Rabu, 25 September 2024.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MysophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang