PART 4

802 184 9
                                    

Bab 4


Banyak orang yang mengira jika setelah perceraiannya dengan Bisma dulu akan membuat Vera terpuruk dan bahkan tidak bisa bangkit mengingat betapa cintanya wanita itu pada pria bernama Bisma Atmaja dulu.

Banyak juga spekulasi-spekulasi yang muncul  jika Vera mengalami depresi karena perceraiannya dengan Bisma hingga menghilang  bak ditelan  bumi selama beberapa tahun terakhir ini. 

Hanya saja melihat wanita dengan tubuh yang begitu menggoda, rambut hitam terurai dengan cantik, kulit putih bersinar, dan bahkan wajah yang mulus tanpa noda, sepertinya apa yang menjadi dugaan orang  tidak benar sama sekali. Apalagi ketika melihat bagaimana hidup wanita ini saat bertemu dengannya pertama kali tadi.

Benar-benar berbeda dari beberapa tahun yang lalu.

"Aku benar-benar nggak menyangka kalau mbak akan hidup dengan sehat seperti ini. Belum lagi, Mbak bahkan hidup sangat bahagia."

"Kamu memangnya mengharapkan Mbak hidup menderita setelah bercerai dengan Abangmu itu?"  Vera tertawa sambil menutup mulutnya.

Di sebelahnya ada Dimas yang melipat tangannya seraya menatap  pria yang 2 tahun lebih muda dari kakak perempuannya.

Saat ini mereka duduk di bangku depan minimarket yang memang tersedia untuk umum.

Setelah membayar tagihan, pria bernama Anton itu langsung mengajak Vera untuk berbicara. Tentunya, Vera langsung mengiyakan karena sudah lama ia tidak pernah bertemu dengan salah satu anggota keluarga Bisma.

Anton Atmaja, pria berusia 25 tahun itu merupakan adik sepupu Bisma Atmaja.

"Bukan seperti itu. Aku cukup kaget saja bertemu dengan mbak  soalnya udah lama kita nggak ketemu. Mungkin sekitar 6 atau 7 tahun." Anton terlihat gugup. Dirinya masih ingat saat Kakak sepupunya menikah dengan Vera, saat itu usianya masih 18 tahun dan masih duduk di bangku sekolah.

Anton tahu dari ibunya jika Vera dan Bisma menikah muda karena keinginan kuat Bisma untuk memiliki Vera. Hanya saja pernikahan mereka tidak bertahan lebih dari 3 bulan karena memang keduanya masih sama-sama muda dan masih sama-sama memiliki pemikiran egois, yang membuat keduanya berpisah setelah itu.

"Yah, ada sekitar 7 tahunan. Kamu juga semakin dewasa, sudah punya pasangan?" Vera bertanya dengan santainya, tidak terpengaruh sama sekali dengan masa lalu yang mulai saat ini akan dibahas.

Lagi pula Vera sudah move on. Cintanya hanya pada kedua orang tuanya, adik laki-lakinya, satu bocah nakal itu, dan juga uang. Tidak ada cinta lagi di dunia ini yang bisa dipercaya selain keempat hal yang disebutkan di atas.

Terlihat Anton tersenyum malu. "Aku punya pacar, tapi belum punya istri, Mbak. Masih mikir-mikir dulu kalau mau menikah. Takutnya nanti aku seperti Bang Bisma, seperti ibu, dan seperti almarhumah kakak perempuanku."

Kelopak mata Vera melebar sempurna. "Anti meninggal dunia? Bagaimana bisa?"

Anton tersenyum sendu. "Sudah takdir dan ajalnya, Mbak. Mbak Anti meninggal karena penyakit yang dideranya."

"Innalillahi, Mbak turut berduka cita. Mbak benar-benar nggak tahu berita itu."

"Santai saja, Mbak. Namanya juga Mbak nggak tahu dan juga Mbak entah ke mana." Anton menjawab dengan tenang. "Mbak sendiri bagaimana? Sudah move on dari Bang Bisma?"

"Kalau itu tentu saja Mbak sudah move on. Memangnya apa yang mau dipertahankan lama-lama dari cinta yang nggak pasti."  Vera terkekeh sambil mengangkat bahunya dengan santai. "Fokus Mbak saat ini adalah uang dan uang. Nggak ada lagi peduli dengan cinta, bikin pusing kepala aja."

Vera tertawa di akhir kalimat mengingat masa mudanya dulu yang begitu menggebu-gebu dengan cintanya bersama Bisma. Pada kenyataannya, kehidupan rumah tangga dulu tidak seindah seperti yang dibayangkan oleh Vera.

Anton dan Vera berbicara tidak lama karena Vera harus kembali ada pekerjaan yang harus diselesaikannya.

Sementara Anton langsung menuju mobilnya.

Pria itu melajukan kendaraan roda empatnya membelah jalanan kota menuju kediaman Kakak sepupunya yang berada tak jauh dari posisinya saat ini berada.

Bisma harus tahu jika dia baru saja bertemu dengan Vera. Jadinya, Anton semakin mempercepat laju kendaraannya sampai akhirnya tiba di depan sebuah gerbang yang tertutup rapat.

Membunyikan klakson 3 kali, pintu gerbang terbuka dan menampilkan seorang satpam yang membukanya.

Anton membunyikan klakson sekali, lalu melajukan kendaraannya menuju halaman depan kediaman Bisma.

Rumah berlantai 2 adalah tempat yang ditinggali oleh Bisma beberapa tahun terakhir ini.

Bisma berhasil membangun bisnisnya sendiri. Pria itu membuka beberapa restoran dan juga cafe yang tetap ramai meskipun sudah bertahun-tahun. Terlebih lagi omset tahunan yang didapatkan cukup menggiurkan hingga membuat Anton terkadang ingin sekali mengikuti bisnis kakaknya. Hanya saja Anton berpikir, jika rezeki Bisma ada di dunia kuliner, belum tentu dirinya juga sama seperti Bisma.

Segera Anton  turun dari mobil dan melangkah menuju pintu utama dan mengetuknya hingga tak lama terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang merupakan pelayan di rumah Bisma.

"Bang Bisma ada? Aku mau ketemu dengan Bang Bisma, Bi," ujar Anton.

"Mas Bisma baru saja pulang. Sekarang dia lagi ada di kamarnya. Mau Bibi panggilkan?"

"Aku ke kamarnya aja kalau begitu. Seperti biasa." Anton mengedipkan matanya pada pelayan yang sudah beberapa tahun ini ikut dengan Bisma, sebelum akhirnya melangkah pergi menuju kamar kakaknya yang berada di lantai 2.

Mengetuk pintu terlebih dahulu, barulah pintu terbuka menampilkan sosok Bisma yang mengenakan kemeja hitam sebatas siku.

"Anton? Tumben kamu datang ke sini."

Bisma membuka pintu lebar, lalu masuk ke dalam diikuti oleh Anton.

"Aku hanya ingin main-main ke sini saja." Anton mengedarkan pandangannya ke sekitar kemudian tertegun saat melihat di atas tembok yang menempel pada  tempat tidur, ada foto pernikahan Bisma dan juga Vera yang masih terpajang dengan cantik.

Foto-foto wanita itu pun masih menempel di dinding, pertanda jika Kakak sepupunya ini masih belum juga move on.

Anton merebahkan tubuhnya di atas sofa yang tersedia di dalam kamar Bisma.

Pria itu melirik pada Kakak sepupunya yang tampak sibuk dengan laptop di atas meja kerja yang memang terdapat di dalam kamar Bisma.

"Oh." Tidak ada tanggapan berlebihan yang dilakukan oleh Bisma karena memang tidak mau ambil pusing dengan kedatangan Anton yang begitu tiba-tiba.

"Ngomong-ngomong, kapan terakhir kali Abang ketemu dengan mbak Vera?"

Gerakan jari-jari Bisma langsung terhenti ketika mendengar nama yang disebutkan. Pria itu langsung menolehkan kepalanya, "kenapa kamu tanya seperti itu?"

"Memangnya nggak boleh bertanya? Aku kaget saja ternyata Abang masih menyimpan foto-foto mbak Vera."

Bisma kembali melanjutkan menggerakkan jari-jarinya di atas  keyboard laptop miliknya.

"Sekitar 7 tahun yang lalu, saat sidang terakhir perceraian kami diputuskan."

"Sudah lama juga ternyata." Anton terlihat mangut-mangut. "Tadi aku juga barusan ketemu dengan mbak Vera. Dia dengan cowok."

Buk!

DIKEJAR MANTAN SUAMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang