PART 6

747 162 17
                                    


Bab 6

Vera datang ke salah satu toko cabang miliknya, kemudian meminta pada kepala toko untuk menemuinya di dalam ruangan yang memang disediakan untuk menyimpan segala hal penting.

Ruangan ini bisa disebut sebagai semi kantor karena ada meja dan juga kursi di dalamnya.

"Mulai besok kita bakalan ada pemasokan untuk sayur-sayuran. Kamu nanti atur tim buat minta tolong ke mereka supaya menyediakan spot yang gampang dilihat saat customer belanja biar mereka tahu kalau di toko ini juga ada sayur-sayuran," ujar Vera pada kepala toko.

"Boleh, Bu. Ibu ada tambahan lemari pendingin juga? Siapa tahu nanti kalau ada yang nggak laku hari ini, bisa disimpan ke dalam lemari pendingin."

"Kalau soal itu kamu tenang saja. Saya sudah memesan lemari pendingin dan kemungkinan bakal datang sore ini juga," sahut Vera.

Mahendra, kepala toko yang ditugaskan untuk bertanggung jawab penuh atas toko ini, menganggukkan kepala.

Mereka mengobrol sebentar sebelum akhirnya topik lain dibahas.

"Pencurian di toko masih berlangsung?"   Tiba-tiba saja Vera bertanya menatap ke arah Mahendra.

"Kalau untuk bulan ini belum kelihatan, Bu. Tapi saya sudah minta orang lain untuk memantau CCTV. Semoga saja pelaku pencurian bisa ketemu karena setiap bulan yang rugi pasti bakalan karyawan."

"Jelas aja kalian yang rugi.  Orang saya juga nggak mau tahu kok ada pencurian atau enggak. Saya hanya tahu penghasilan toko sesuai dengan catatan yang sudah kita buat."  Vera berkata dengan santai. "Pokoknya kalian awasi saja terus. Saya sendiri yang akan memastikan, uang gaji kalian yang dipotong 2 bulan  terakhir ini, akan kembali ke kalian,"  kata Vera  penuh keyakinan.

Siapapun orang yang berhasil ketahuan mencuri di toko miliknya ini, Vera sendiri yang akan memastikan dia mengganti rugi sesuai dengan apa yang sudah diganti anak-anak toko, bahkan mungkin lebih.

Vera hanya bertahan 20 menit di toko sebelum akhirnya wanita itu melajukan kendaraan roda empatnya menuju toko lain.

Seperti biasa, Vera disambut oleh karyawannya, membuat wanita itu menganggukkan kepalanya dengan senyum tipis.

Vera tidak pernah membayangkan jika suatu hari dia akan berada di dalam posisi seperti ini.

Posisi di mana dia akan dihormati sebagai atasan.

Sesuatu yang dulunya sangat diimpikan olehnya setelah dia mengalami kejadian pahit yang menimpanya.

Vera akhirnya membuktikan diri jika dia mampu berdiri di posisi ini karena kemampuannya juga ingin menunjukkan pada orang-orang yang dulu sangat meremehkannya, dia bisa.

Dimas ada di rumah, tidak mau ikut karena mau tidur siang katanya. Semoga saja adiknya itu nanti bangun, jangan sampai tidak bangun lagi, ujar Vera di dalam hatinya.

Seperti inilah hari-hari Vera jika sedang mood maka dia akan berkeliling tokonya dari satu toko ke toko yang lain.

Jika tidak, Vera lebih senang menghabiskan waktunya di rumah bersantai, berenang, ataupun menonton acara televisi.

Sudah ada 6 toko  yang dimiliki olehnya, semuanya berjalan dengan lancar.

Perkebunan miliknya juga berjalan dengan lancar dan sudah panen.

Vera tersenyum membayangkan pundi-pundi uang yang akan masuk ke dalam rekeningnya.

Mungkin dia bukan wanita terkaya di kota ini, tapi dia akan mengusahakan untuk menjadi wanita dengan banyak uang.

Sore harinya, wanita itu memutuskan untuk berbelanja, memuaskan dahaga menggunakan uang yang ia dapatkan bulan ini.

Wanita cantik itu menuju sebuah pusat perbelanjaan. Tujuannya untuk membeli tas, karena acara reuni SMA sebentar lagi akan dilakukan, Vera tentu tidak ingin membawa tas-tas lamanya dan orang-orang akan mengira dia masih miskin.

Sebagai seorang perempuan yang pernah miskin, Vera sudah sering mendengar banyak orang menggunjing tentang dirinya.

Di acara reuni itu dia akan menunjukkan jika Vera yang dulu sekarang berubah.

Vera berjalan-jalan dan sampai akhirnya dia mendapatkan satu buah tas dengan harga yang agak fantastis.

Tidak apa-apa, demi menunjukkan pada teman-teman semasa SMA-nya dulu, Vera tidak masalah. Wanita cantik itu tidak hanya membeli tas melainkan gaun dan juga sepatu yang akan dikenakannya pada malam reunian.

Baru setelah itu Vera berkeliling mencari kemeja dan juga pakaian untuk Dimas.  Mau bagaimanapun, Vera masih ingat dengan adik bungsunya itu.

Wanita itu berkeliling dari toko satu ke toko yang lain sampai akhirnya dia membawa banyak sekali paper bag di tangan kanan dan kirinya.

Merasa lapar, wanita itu mampir ke sebuah restoran dan memilih untuk mengisi perutnya.

Vera mengambil gambar pada makanan yang sudah disajikan oleh pelayan kemudian mengirimnya pada sang adik.

"Mbak lagi makan di restoran, nih. Kamu sih dari tadi diajak nggak mau pergi. Kasihan kasihan." Vera mengetik beberapa kalimat pada adiknya dan mengirimkannya langsung.

Tidak menunggu waktu lama, pesan yang dikirim langsung dibaca oleh sang adik.

Buru-buru Vera menegakkan tubuhnya saat ada panggilan video masuk dari Dimas.

Saat mengangkatnya, yang muncul pertama kali adalah wajah cemberut Dimas.

"Mbak nggak bilang kalau mbak mau makan di restoran. Kalau tahu kayak gitu aku pasti bakalan ikut Mbak."

"Sayangnya kamu lebih memilih untuk tidur siang daripada ikut sama mbak. Kasihan deh lo." Vera tersenyum puas, lalu mematikan sambungan video sebelum akhirnya dia melanjutkan kembali makan siangnya yang sempat tertunda karena harus pamer dulu di depan Dimas.

DIKEJAR MANTAN SUAMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang