Bab 7

692 155 8
                                    

Bab 7

Pagi-pagi sekali Vera sudah terbangun dari tidurnya.

Ini adalah hari Minggu yang menyenangkan bagi Vera. Wanita itu memang paling senang dengan hari libur karena meskipun dia tidak terkait kontrak dengan instansi, Vera selalu bangun pagi.

"Jogging jogging!" Vera menggerakkan tubuhnya.

Perempuan cantik itu mengenakan pakaian olahraga lengan pendek yang dipadupadankan dengan mengenakan celana training berwarna biru panjang sebatas mata kaki.

"Kalau Minggu kayak gini memang paling enak dan asik jogging. Mau bangunin Dimas juga percuma, tuh bocah pasti bakalan belum bangun." Vera menguap dan menggerakkan tubuhnya terlebih dahulu, lalu berlari keluar kamar.

"Mau ke mana, Mbak?"

Vera menghentikan langkahnya ketika mendengar pertanyaan Bu Dina.

Wanita itu menjawab, "mau pergi ke clubbing."

"Pagi-pagi begini memang ada tempat cubing yang buka, Mbak?" Kening Bu Dina mengerut, membuat Vera menghembuskan napasnya.

"Clubbing, bukan cubing. Lagian saya juga mau jogging. Memangnya Ibu nggak lihat kalau saya sudah pakai baju olahraga?"

Bu Dina mengganggukan kepalanya sambil terkekeh malu.

"Saya kira beneran. Mbak kalau mau jogging bawa payung. Soalnya saya lihat-lihat cuaca di luar agak mendung. Takutnya nanti Mbak kehujanan."

Vera segera melangkah keluar dan melihat cuaca memang agak mendung. Namun, diyakininya jika tidak akan turun hujan.

"Nggak bakalan hujan soalnya saya keluar jogging pagi ini. Pasti hujannya ditunda dulu." Wanita itu melambaikan tangannya pada Bu Dina kemudian segera berlari keluar dari gerbang rumah, menuju jalanan dan mulai berlari pelan.

Sesekali Vera mampir dan menyapa para tetangganya.

Hari libur seperti ini memang komplek perumahannya selalu ramai karena para penghuninya tidak beraktivitas di luar.

Vera memang sudah berada di komplek ini selama beberapa tahun terakhir dan cukup mengenal warga di sini.  Wanita cantik itu juga sering mengikuti pengajian sehingga dirinya  cukup mengenal beberapa ibu-ibu di sini.

"Mbak Vera tahu nggak, kalau rumah yang di samping mbak Vera itu katanya udah disewakan. Jadi Mbak nggak usah takut lagi."

"Seriusan, Bu Rossa?  Syukurlah kalau udah ada yang mau menyewanya. Saya juga agak sungkan karena samping kanan rumahnya kosong gitu. Disewakan sama siapa, Bu?" Vera bertanya seraya menempelkan tangannya di atas gerbang sebatas dadanya itu.

Sementara Bu Rossa yang bercerita dengan Vera ikut berdiri di balik gerbang.

"Katanya sih sama cowok. Tukang sewanya itu laki-laki dan dia kerja kantoran. Kata Pak Rusdi juga bilang kalau orangnya kemungkinan minggu depan udah bisa masuk rumah."

"Laki-laki? Boleh ini, siapa tahu tertarik dengan janda birahi seperti saya." Vera naik turun alisnya membuat Bu Rossa tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan salah satu tetangganya itu.

Vera hanya bercerita sebentar ketika dia merasakan rintik-rintik hujan kini mulai berjatuhan.

"Kalau begitu saya pulang dulu, Bu. Repot banget hari Minggu kayak gini udah mau hujan. Padahal enak tahu kalau jogging pagi-pagi Minggu seperti ini."

"Begitulah cuaca, mbak Vera. Memang kadang enggak menentu. Sama seperti jodoh." 

Vera melambaikan tangannya kemudian berbalik pergi menuju rumahnya yang berada tak begitu jauh dari kediaman Bu Rossa.

Perempuan cantik itu melangkah masuk dan melewati teras rumah yang tepat pada saat itu hujan deras mulai turun dari langit.

Vera menatap langit yang mulai gelap, lalu rintik-rintik hujan yang berjatuhan ke bumi, wanita itu menggelengkan kepalanya.

"Wahh, ternyata hujannya nggak bisa ditunda, ya, mbak Vera. Sudah direncanakan dari langit memang." Bu Dina keluar sambil menatap langit dan tidak lupa menatap ke arah Vera yang kini sudah melangkah masuk.

Tidak lupa wanita itu menutup pintu utama kemudian mengikuti langkah majikannya itu.

"Nggak usah ngejek, Bu. Memang hujan aja yang kurang senang dengan saya. Buktinya masih enak saya jogging tiba-tiba udah hujan aja. Padahal tadi saya baru dapat gosip satu doang."

"Gosip apa memangnya, Mbak?" Bu Ani menyerahkan satu gelas air minum saat Vera masuk ke dalam dining room dan menarik kursi yang menghadap pada meja makan.

Sudah ada sepiring nasi goreng yang disajikan di hadapannya.

"Katanya rumah sebelah kita sudah disewakan. Jadi rumah sebelah itu nggak kosong lagi," sahut Vera.

"Seriusan, Mbak? Syukurlah kalau rumah sebelah bakalan disewakan. Soalnya saya ini agak gimana gitu sama rumah sebelah karena udah kosong lama."

"Kosong udah mau 2 tahun terakhir ini. Pemiliknya juga ngasih harga sewa nggak masuk akal. Jadinya mungkin sepi peminat."  Vera berkata seraya menyantap hidangan di hadapannya.

"Tapi sekarang ini udah ada yang nyewa, entah itu harga sewa yang diturunkan atau tetap, kita juga nggak tahu," sahut Bu Dina.

"Kalau gitu nanti suruh Bu Ani buat wawancara penyewanya. Katanya sih minggu depan udah mulai pindah."

Mereka bertiga mengobrol dengan santai dan tentunya banyak hal yang mereka bahas.

Sementara hujan turun dengan deras di luar, menyebabkan banyak orang yang sedang berjalan meneduh, yang sedang berkendara tentunya harus berhati-hati.

Sementara yang masih tidur lelap, semakin nyaman apalagi dengan cuaca yang dingin.

"Ke mana Dimas? Ini udah hampir jam 8 dan dia belum juga turun." Vera menatap jam yang ada di ruang makan, lalu mendorong piring bekas nasi gorengnya.

"Mas Dimas mungkin bangun siang apalagi ini hari Minggu. Kan, hari liburnya."

"Liburnya Dimas itu Bu Dina, udah dari beberapa hari yang lalu karena dia diskors. Kayaknya kita memang harus bangunin pangeran kita satu ini."

Segera Vera bangkit dari tempat duduknya dan melangkah menuju kamar Dimas membuat kedua asisten rumah tangga saling menatap karena sebentar lagi mereka pasti akan mendengar suara keributan dari atas.

DIKEJAR MANTAN SUAMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang