Vera dapat merasa lega setelah dirinya berhasil melarikan diri dari jangkauan Bisma.
Bukan karena apa, dirinya sudah terlanjur kecewa dan tidak ingin terus berhubungan dengan pria yang sudah menyakiti hatinya.
Munafik jika dikatakan dia sudah tidak memiliki rasa lagi terhadap Bisma. Munafik juga bila dikatakan dia sangat membenci pria itu.
Hanya saja Vera tidak mau lagi berhubungan dengan laki-laki dari masa lalunya.
Vera hanya akan fokus terhadap tujuan hidupnya yang sebenarnya. Dia tidak lagi peduli dengan cinta dunia seperti ini yang pasti akan menyakitinya dan membuatnya berada dalam jurang hitam tak berdasar.
Vera melajukan kendaraan roda empatnya membelah jalanan kota menuju sebuah restoran dan bersiap untuk mengisi perutnya.
Hari sudah siang dan memang sudah seharusnya Vera mengisi perutnya yang sudah kelaparan.
Meletakkan tas seharga 80 juta di atas meja, wanita itu kemudian memanggil pelayan dan memesan beberapa menu.
Setelah itu Vera mengeluarkan ponselnya dan melihat titik lokasi tempat di mana Dimas saat ini berada.
Vera memang selalu saja memantau adiknya itu. Jadi meskipun Dimas bolos sekolah, maka Vera akan mengetahuinya.
Setelah mengetahui titik lokasi adiknya berada di sekolah, Vera kemudian mengakses sosial media miliknya dengan akun fake yang pastinya tidak akan diketahui oleh banyak orang.
Vera melihat akun Instagram milik salah satu teman dekatnya yang saat ini sedang memposting foto dengan background pantai di salah satu negara tepatnya di Australia.
"Happy banget liburan lo kali ini." Vera menuliskan di kolom komentar milik temannya itu.
Tidak hanya foto temannya itu tapi juga ada foto mereka bertiga satu di antaranya pria dewasa dan satunya adalah anak kecil laki-laki berusia 5 tahun.
"Jelas aja kami menikmati liburan kami kali ini." Balasan cepat langsung dilakukan oleh teman Vera itu.
"Kapan pulangnya?" Vera kembali bertanya.
"Ada kemungkinan bulan depan kami sudah kembali. Jangan rindu kami."
Vera menggelengkan kepalanya dan tidak membalas lagi. Wanita itu kemudian menutup layar ponselnya dan mulai fokus pada hidangan yang kini mulai sudah disajikan oleh para pelayan.
Tak lama kemudian terdengar notifikasi berbunyi. Ada sebuah pesan yang dikirim oleh Dimas padanya.
"Mbak, motor aku mogok di jalan. Mbak nggak niat buat jemput aku?"
Kening Vera mengerut. Jelas barusan tadi dia melihat titik lokasi adiknya masih berada di sekolah. Kenapa tiba-tiba Dimas bertanya tidak ada keinginannya untuk menjemputnya yang motornya sedang mogok.
Vera langsung mendial nomor adiknya itu kemudian meletakkan ponsel di telinganya.
"Ke mana kamu? Kenapa udah pulang jam segini?" Vera langsung bertanya tanpa basa-basi. Basa-basi busuk jelas bukan selera Vera sama sekali.
"Aku baru aja keluar dari gerbang. Guru hari ini memulangkan kami lebih cepat. Makanya itu kami pulang dan motor aku tiba-tiba mogok di jalan, Mbak. Bensinnya padahal penuh, mungkin udah waktunya dia masuk rumah sakit," kata Dimas.
Nadanya terdengar penuh keluhan karena motornya tiba-tiba mati di tengah jalan seperti ini membuatnya menjadi fokus perhatian orang-orang.
Sementara Vera sendiri menggelengkan kepalanya.
"Mbak sekarang lagi ada di restoran. Mungkin tunggu sampai 20 menit lagi mbak bakalan sampai di lokasi kamu." Vera menyahut dengan santai. "Kalau begitu mbak tutup dulu teleponnya. Nanti Mbak selesai makan langsung ke sana."
Tanpa menunggu respon dari Dimas, Vera langsung mematikan sambungan telepon.
Wanita itu melanjutkan kembali makan siangnya yang tertunda sementara Dimas yang berada di seberang telepon langsung menjerit penuh kesal karena dirinya harus menunggu kakaknya yang sedang enak-enakan makan di restoran mewah sementara dirinya berada di pinggir jalan seperti orang linglung.
Vera tidak peduli akan keluhan Dimas karena yang dipedulikannya saat ini adalah makan dan makan.
Prioritas pertama dalam hidup ini adalah mengisi perut agar memiliki tenaga untuk menghadapi hari-hari dengan penuh tantangan. Ah, bicara apa aku ini, gumam Vera di dalam hatinya.
Sementara Bisma yang baru saja dihubungi oleh Anton langsung melangkahkan kakinya menuju rumah sakit dan membuka ruangan di mana ibunya dan juga beberapa sanak saudara datang.
Sepertinya Bisma adalah tamu terakhir yang datang menjenguk ibunya.
Semua pasang mata langsung tertuju pada Bisma. Namun, ekspresi wajah pria itu tampak tenang sambil melangkahkan kakinya menuju tempat di mana ibu dan juga keluarganya berada.
"Bisma, kamu kok baru datang? Padahal ibu kamu dari tadi pagi dirawat di rumah sakit ini. Untung aja tadi tante ada kepikiran buat suruh Anton buat telepon kamu. Katanya Gea udah dari tadi menghubungi kamu tapi nggak diangkat," kata Bibi Bisma padanya.
Dia adalah ibunya Anton yang kebetulan datang kemari untuk menjenguk Kakak perempuannya itu.
Bisma melemparkan senyumannya pada tantenya itu dan mengangguk sopan. "Dari tadi pagi telepon aku memang dimatikan soalnya aku ada meeting penting dengan beberapa klien."
Padahal tadi memang setelah dia mengaktifkan ponselnya, dia tidak mengangkat telepon Gea sama sekali.
"Oh, ini ibu kamu masuk rumah sakit. Menurut diagnosa dari dokter katanya ibu kamu asam uratnya kambuh. Gea yang panik langsung bawa ke rumah sakit, mungkin besok sore udah bisa pulang ke rumah," tambah tantenya lagi.
Bisma hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian tatapan matanya bertemu dengan mata ibunya yang kini berkaca-kaca.
"Bisma." Panggilan ibunya dengan suara lembut, hanya ditanggapi Bisma dengan anggukan kepala.
"Ya, Bu."
Sementara nyonya Sukma, hanya bisa menghela napas melihat sikap apatis putranya akibat kesalahannya di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIKEJAR MANTAN SUAMI
General FictionTujuh tahun yang lalu Veronica Aswati atau kerap disapa sebagai Vera menikah ketika usianya 20 tahun dengan Bisma Atmaja. Usia pernikahan mereka hanya bertahan 3 bulan karena tidak ada pondasi kekuatan dalam rumah tangga mereka, juga terlalu banyak...