Bagian 04

383 39 10
                                    

Sunrise Resto menjadi tempat Shandi dan wanita anak teman mamanya itu bertemu, Kirana namanya. Shandi akui wajah Kirana lumayan cantik, hanya saja, menurut Shandi Kirana itu terlalu cerewet dan agresif padahal mereka baru pertama kali bertemu.

"Jadi.. kamu lulusan London ya, Shan? hebat banget." ucap Kirana, Shandi hanya mengangguk pelan sembari menyeruput es jeruknya.

"Kamu ganteng juga ya, Shan. Kaya oppa Korea, aku langsung suka loh sama kamu!"

Shandi hampir tersedak minumannya sendiri saat mendengar ucapan Kirana. Wanita itu terlalu blak-blakan, Shandi agak risih di buatnya.

"Ya gimana gak kayak orang Korea, Mama kan orang Korea."

"Oh ya juga... hehe."

Shandi terus menggerutu dalam hati, Kirana ini terlalu banyak bicara dan basa-basi menurutnya, bahkan terlalu sok akrab. Bukan tipe Shandi sekali yang lebih suka wanita kalem nan anggun manis manjalita.

"Acil.. mana sih lo?" gerutu Shandi dalam hati sembari menatap ke arah pintu masuk. Ia tak tahan dengan suasana awkward seperti ini. Rasanya ingin cepat pulang saja atau lebih baik bergelung di kantor dengan tumpukan berkas dari pada seperti ini.

"PAPA!!"

Shandi dan Kirana menoleh bersamaan saat melihat seorang pemuda berseragam SMP yang tak lain adalah Nathan yang tengah menjalankan misinya. Nathan sengaja membawa dan memakai seragamnya saat masih SMP untuk menyamar sebagai anaknya Shandi.

"Eh.. Nathan, udah pulang, Nak? sini duduk! makan bareng Papa." ujar Shandi sembari merangkul akrab bahu Nathan. Untung saja wajah Nathan itu bocil sekali, jadi di pakaikan seragam SMP anak itu masih cocok-cocok saja kelihatannya.

"Tunggu! tunggu! ini siapa, Shan? kok dia manggil kamu Papa?" tanya Kirana keheranan.

"Ini anak aku, Nathan namanya.. Nak, salim sama Tante Kirana." ujar Shandi mulai menjalankan dramanya dengan Nathan.

Nathan mulai menjalankan misinya lalu mencium tangan Kirana.

"Halo Tante jelek, namaku Nathan, Tante bisa manggil aku Nathan ganteng, hehe."

"Hah?" Kirana membulatkan kedua matanya masih berusaha mencerna situasi yang terjadi.

"Aduh, Nak. Yang sopan dong bicaranya!"

"Biarin.. wlee!!" ujar Nathan sembari menjulurkan lidahnya pada Kirana.
Kirana semakin di buat kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini.

"Tunggu! ini maksudnya gimana? kamu udah punya anak, kok bisa?"

"Iya bisa.. aku nikah muda, pas udah lulus SMA aku langsung nikah, tapi mamanya Nathan malah ninggalin aku, umurnya Nathan nih tiga belas, aku nikah pas umur delapan belas, sekarang umurku kan tiga puluhan lebih." ucap Shandi yang mulai menjalankan kebohongannya.

"Tapi.. kata Tante Yura umur kamu masih dua delapan, kamu juga masih perjaka, belum nikah apalagi punya anak."

"Mama emang gitu.. dia suka ngarang cerita biar aku cepet nikah. Tapi aku gak mau bohongin kamu, makanya aku jujur aja dari awal kalau aku emang duda anak satu."

"Tante jangan deket-deket sama papanya Nathan!! jauh-jauh!! pergi sana!!" teriak Nathan.

"Nat.. gak boleh gitu, gak sopan ah!! maaf Ran.. kayaknya Nathan gak suka sama kamu. Dia ini emang protektif sama aku. Maklumlah, dia cuma punya aku sebagai orangtuanya, makanya dia gak mau aku nikah sama yang lain. Takut kasih sayangnya kebagi sama yang lain."

"I-iya.. aku ngerti kok!"

"Ihh!! Tante pergi sana!!"

byurr!!

EUPHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang