Bagian 05

335 38 6
                                    

Seharusnya malam minggu adalah malam yang menyenangkan bagi Nathan, namun entah mengapa rasanya ia sungguh kesal malam ini karena kedua orangtuanya mengajak dirinya dan kakak-kakaknya yang lain untuk berkunjung ke rumah kakek dan neneknya dari pihak sang papa. Katanya mumpung Yasa ada di Bandung, jadi kakek dan nenek Nathan mengundang mereka untuk makan malam di rumah utama.

Sebenarnya Nathan selalu merasa malas untuk mengunjungi kakek dan neneknya itu, bukan apa, namun ia pasti akan di banding-bandingkan dengan kakaknya yang lain, ingin menolak juga tak enak pada papa dan mamanya, alhasil Nathan terpaksa ikut dalam acara makan malam itu.

Hegar dan Miranti adalah nama kakek dan nenek ke tujuh bersaudara itu. Kini Surya dan Yura beserta ke tujuh putra mereka langsung memasuki rumah mewah milik Hegar Pratama. Hegar dan Miranti juga menyambut dengan senyuman kedatangan anak, menantu dan cucu-cucu mereka. Ke tujuh bersaudara juga menyalami tangan kakek dan nenek mereka dengan sopan lalu mereka semua pergi ke gazebo yang terdapat di halaman belakang rumah utama. Mereka semua akan makan disana sembari menikmati udara malam hari dan kerlap-kerlip lampu taman yang menghiasi pepohonan di taman itu, disana juga terdapat meja panjang yang memang sengaja di sediakan untuk acara makan malam kali ini, di atas meja itu juga telah tersedia bermacam-macam hidangan yang nampak menggugah selera. Mereka semua pun mulai mengambil posisi duduk masing-masing, setelahnya Hegar memimpin doa sebelum makan lalu keluarga Pratama mulai menyantap hidangan makan malam mereka lalu setelah makan mereka memulai beberapa obrolan yang di mulai oleh Hegar dan Miranti.

"Shan... Wa.. gimana perkembangan perusahaan cabang yang di Bogor?" tanya Hegar mengingat Shandi dan Dewa memang yang memiliki tanggung jawab mengurus perusahaan di dampingi Surya tentunya.

"Progresnya bagus kok, Kek. Investor juga makin banyak yang tertarik buat investasi di perusahaan cabang yang di Bogor karena progress perusahaan yang di Bogor memang semakin berkembang. Keuntungan bulan lalu juga meningkat sepuluh persen dari bulan sebelumnya." Jelas Shandi membuat Hegar tersenyum bangga mendengarnya, Shandi dan Dewa boleh di katakan adalah cucu kesayangan Hegar, kalau untuk Miranti ia sangat menyayangi si kembar Kaffa dan Kaffi.

"Bagus, Kakek seneng dengernya, gak salah emang papa kalian kasih kalian tanggung jawab di perusahaan, kalian bisa mengurus perusahaan dengan baik." ucap Hegar membuat Shandi dan Dewa hanya bisa tersenyum mendengarnya.

"Yasa... Kakek denger katanya bulan lalu kamu dapet penghargaan buat pencipta lagu terbaik."

"I-iya, Kek." balas Yasa agak canggung. Dulu mimpinya pada musik memang sempat di tentang keras oleh sang kakek, namun semakin lama, semakin bisa Yasa membuktikan kalau ia bisa sukses dengan jalan yang ia pilih, seiring berjalannya waktu Hegar juga mulai bisa menerima mimpi cucu keduanya itu yang rela melepaskan jabatan bagus di perusahaan demi meraih mimpinya di bidang musik.

"Kakek emang sempat menentang impian kamu, Sa. Tapi Kakek seneng karena kamu bisa buktiin kesuksesan kamu dengan mimpi kamu itu sama Kakek." ucap Hegar yang membuat Yasa tersenyum tipis mendengarnya.

"Makasih, Kek."

"Iya, Sa. Oh ya.. kalau kamu Dirga, gimana sama bisnis baru kamu?"

"Alhamdulilah makin lancar kok, Kek. Bisnis fashion online nya Dirga juga makin laris, sekarang Dirga juga lebih banyak ngurusin bisnis Dirga daripada nerima job jadi model." ucap Dirga, Hegar hanya mengangguk saja lalu tatapannya beralih pada ketiga cucu termudanya, si kembar dan juga Nathan.

"Kaffa... Kaffi.. kuliah kalian gimana? kalau Kaffa sih kayanya aman ya. Tapi kamu Kaffi? jangan main-main terus, kuliah yang bener Fi. Kamu udah masuk jurusan yang kamu mau tapi kuliahnya main-main terus."

"Pa.. udah, jangan omelin Kaffi." ujar Miranti pada sang suami.

"Papa gak ngomelin Kaffi, Ma. Cuma nasehatin.".

EUPHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang