INDRANILAMANIStory Written Kiyohara_Suri
Disclaimer ©
Naruto by Kishimoto Masashi Sensei______________________________________
Kematian Hyuuga Neji membuat pukulan yang sangat menyakitkan bagi Hinata. Beberapa orang berkasak-kusuk bahwa kematian Neji adalah karena Hinata. Posisi Neji yang jenius itu adalah Bunke adalah alasan kematiannya. Bunke yang harus memasang badan demi si penerus Hyuuga.
Hinata yang mampu menguatkan diri dan pahlawan desa di kala perang sedang berlangsung, ternyata tumbang juga ketika pemakaman para martir dilaksanakan. Di sana, dia menangis, mengeluarkan air mata yang paling deras di antara para Hyuuga, atau mungkin di antara semua yang ada di pemakaman.
Kala itu, di pemakaman veteran perang, Naruto berdiri di samping Hinata. Dia sama hancurnya dengan gadis Hyuuga itu. Bahkan sampai setahun, Hinata masih saja berkabung dan tidak pernah sehari dalam sepekan pun dilewatkannya untuk mengunjungi makam Neji. Bunga matahari selalu dibawanya ke makam itu. Tidak ada suara ketika dia mengunjungi saudara sepupunya itu. Hinata hanya mengarahkan pandang ke nisan yang tertulis nama si mendiang.
"Neji Nii-san, aku datang!" Sapaan itu adalah yang kerap terdengar oleh telinga Naruto yang mengikuti Hinata dari belakang.
Seberapa sering Hinata ke makam Neji, sesering itu pula Naruto mengikuti gadis manis itu dari belakang. Dia hanya absen jika sedang berada dalam misi. Jika dia pulang dari misi dan merupakan jadwal Hinata mengunjungi Neji, maka putra satu-satunya si Kilat Kuning pasti langsung ke tempatnya yang biasa. Tempat yang selalu digunakan untuk melihat Hinata dan bukannya pulang ke apartemen bagaimanapun putra Kushina itu lelahnya.
Seperti saat ini, Uzumaki Naruto tidak langsung pulang, meski keadaannya berantakan karena misi menghalau para bandit di tempat yang jauh. Dia rela menemani Hinata yang masih saja murung tatkala melihat kuburan Neji.
Sebenarnya, Naruto tidak tahan melihat Hinata yang setahun belakangan melakukan hal yang menurutnya bodoh. Neji tidak akan hidup lagi jika gadis itu meratapinya. Hanya saja, sebagian hati kecilnya merasa takut jika kata-katanya akan menyakiti Hinata yang berhati lembut.
"Sialan!" Makinya pelan.
"Hah?!" Hinata yang di depannya, membalikkan badan.
Pandangan mereka bertemu. Jika biasanya wajah Hinata yang merona karena malu pada Naruto, pemandangan yang terjadi saat ini adalah sebaliknya. Muka Naruto yang memerah karena ketahuan tengah menguntit.
"O-oh, Hinata!" Sapa Naruto. "Ak-aku hanya kebetulan lewat, sungguh!"
Hinata memiringkan kepala. Naruto memaknai tindakan satu-satunya gadis pemberani yang menghadapi Pain sebagai keraguan atas ucapannya. Naruto membalas itu dengan tawanya yang keras, berusaha menutupi kegugupan.
"Ayo ke kedai ramen! Aku akan traktir!"
Hinata mengangguk.
Dalam hati, Naruto bersyukur dan bersorak keras. Tapi detik selanjutnya Naruto tidak tahu mengapa hatinya merasa tiba-tiba bahagia padahal hanya ajakannya disetujui oleh Hinata.
Naruto mengulurkan tangan, Hinata menatap si pahlawan desa dengan raut penuh tanya. Akan tetapi, Naruto tidak peka pada raut wajah si gadis, maka tanpa aba-aba, langsung menggamit tangan Hinata dan berjalan menuju kedai ramen.
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Light (Canon Series)
FanfictionSebuah antologi fanfiksi NaruHina yang berlatar dunia ninja. Canon Complient/Divergence. Ditulis oleh 12 penulis. Bermacam-macam sub genre: Romance, Drama, Action, Angst, Hurt/Comfort, Slice of Life, Suspense, dll. Disclaimer: Naruto belongs Masashi...