Chapter 1

49 4 0
                                    

Well hey!

So much I need to say

Been lonely since the day

The day you went away~

So sad but true

For me there's only you

Been crying since the day

The day you went away~

Alunan musik yang terputar lewat ponsel seolah membangkitkan semangat seorang gadis muda yang tengah membersihkan kamarnya. Sesekali ia bergoyang, mengikuti irama dari lagu.

Allesya Zaphirra, namanya. Panggil saja ia dengan sebutan Eca.

Beberapa menit kemudian, ia sudah selesai merapikan semua yang berantakan di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi. Sudah waktunya ia untuk berangkat sekolah. Gadis itu merampas ponselnya yang di charge dan langsung memasukkan ke dalam saku cardigan rajut.

Namun, baru saja ia keluar dari kamarnya, seorang gadis lain yang tinggal serumah dengannya muncul dengan raut wajah kesal. Dilemparnya wajah Eca dengan buku tulis. "Lo gak denger gue minta salin catatan?! Lo budeg, ya?!"

"Punya tangan sendiri, harusnya bisa ngerjain sendiri. Eca bukan babu Cantika! Ngerti?" Setelah mengatakan itu, Eca langsung menyumat kedua telinganya dengan earphone. Mengabaikan teriakan Cantika yang memanggil nama Ibunya.

Martha, Ibu dari Cantika yang mendengat teriakan anaknya langsung menghampiri dengan tergopoh-gopoh. Dia berdiri di hadapan Eca, menghentikan langkah gadis mungil itu, dan tak segan menampar pipi Eca dengan keras. Matanya melotot menatap Eca yang terlihat santai.

Tak cukup sampai di situ, ia menarik rambut panjang Eca dengan sangat kuat. Rasanya seperti seluruh rambutnya akan rontok saat itu juga.

"Udah Mama bilang, jangan buat ulah. Kamu mau nggak makan seharian ini?!"

Perih sekali kulit kepalanya saat ini. Tanpa sadar, Eca meringis kesakitan. Namun, tak sekalipun dia mengatakan ampun pada Martha.

Puas menindas anak tirinya, Martha langsung melepas tangannya di rambut Eca, kemudian beralih pandang pada anak gadisnya, anak kandung. "Ayo, Cantika. Berangkat sama Mama." Nada suaranya berubah lembut ketika berbicara dengan Cantika.

Sabar, Eca. Kalau kamu udah lulus SMA nanti baru bisa pergi dari rumah ini.

Menaikkan volume di hpnya, Eca tak membiarkan suara apapun masuk selain lagu yang menggema di telinganya lewat earphone. Untung saja Martha menampar pipinya tidak terlalu keras. Jika iya, ia akan memakai masker lagi untuk yang ke sekian kalinya.

Setelah merapikan rambutnya yang tadi sempat berantakan, Eca akhirnya berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Martha dan Cantika? Oh, dua orang itu sudah berangkat duluan.

Martha dan Cantika. Dua orang itu menerobos masuk ke dalam kehidupan harmonis dirinya dan Ramly, almarhum Papanya . Mama Eca, Tatiana, sudah meninggal sejak usia gadis itu masuk 5 tahun karena kanker payudara yang diderita.

Tepat 4 tahun setelah kepergian Tatiana, akhirnya Ramly mulai membuka hatinya. Martha pertama kali dikenalkan pada Eca yang saat itu sudah berusia 9 tahun. Ternyata Martha punya satu anak perempuan dari suami sebelumnya. Jarak usianya pun tak jauh dari Eca, yakni hanya 3 tahun saja.

Awalnya Eca kira Martha akan sejahat ibu tiri lain yang biasa di dongeng anak-anak. Ternyata salah. Martha memperlakukan dia dengan baik, menyayanginya. Eca jadi merasakan lagi kasih sayang ibu yang dulu tak sempat ia rasakan.

My True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang