"Eca siapa, Dra?'
Pertanyaan yang sederhana, namun bisa membuat Evan menatap datar perempuan yang bertanya padanya. Tak lain dan tak bukan adalah Kaira. Mereka bertiga, Kaira, Zefan, dan Evan tengah berkumpul di depan teras rumah gadis itu. Sejenak melepas rasa rindu karena sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
"Manusia."
Kaira memejamkan matanya, menghela napas lelah. Iya! Dia tahu kok Eca itu manusia. Yang Kaira maksudkan adalah siapa Eca di dalam hidup kanebo kering ini! "Eca orang yang udah ngejar lo dari zaman SMP, kan?" Tidak menyerah, Kaira mencoba memancing Evan lagi.
Tatapan Evan beralih pada Zefan yang duduk di sebelah Kaira. Dia tahu siapa gerangan yang memberi tahu tentang Eca pada Kaira. Sementara Zefan, pura-pura tak melihat dan langsung menyandarkan kepalanya di bahu Kaira serta memasang wajah manja, membuat Evan jadi jijik sendiri.
"Penasaran gue. Kok bisa sih dia kecantol sama kanebo kering kek lo begini." cibir Kaira, menatap Evan dengan pandangan remeh dari atas ke bawah, dan ke atas lagi. Gadis itu bertos ria dengan pacarnya. Berhasil me-roasting sahabat sendiri. Kemudian, tangan gafis itu terangkat, mengelus puncak kepala Zefan di bahunya dengan lembut
Hanya selang waktu beberapa menit saja setelah itu, ponsel Evan berdenting beberapa kali. Seseorang mengiriminya pesan beruntun. Tak perlu dilihat, Evan jelas tahu siapa yang mengirimi pesan beruntun itu. Pasti gadis itu, Eca, karena selalu, tepat jam 9 malam, dia pasti akan mengirimkan pesan meski tak sekalipun Evan pernah membalasnya.
"Balas, dong! Itu Eca, kan?"
"Lo makin lama makin tambah rese', ya!" Meski sudah mendengar ucapan itu keluar dari mulut Evan, Kaira tidak peduli. Yang penting sahabatnya ini bisa segera laku agar dia tidak lagi kepikiran apakah Evan itu laki-laki normal atau tidak.
Sementara itu di jam yang sama dengan tempat yang berbeda, Eca tengah menatap ponselnya dengan harap-harap cemas. Memang, tepat pukul 9 malam, Eca pasti selalu mengirim pesan beruntun pada Evan meski tahu lelaki itu tidak akan pernah membalasnya. Jangankan membalas, melihat WhatsApp lelaki itu dengan status online saja tidak pernah meski semua pesan-pesannya bercentang dua yang mana berarti selama ini lelaki itu tidak pernah memblokir nomornya.
Tapi, entah kenapa. rasanya keajaiban terjadi pada malam ini. Status akun lelaki itu online. Oleh sebab itu Eca menunggu jawaban dari Evan meski ia tahu kemungkinan dibalas kecil sekali. Namun, apa salahnya berharap?
Sedang asyik-asyiknya rebahan di atas kasur, tiba-tiba pintu kamar Eca digedor dengan sangat kencang. Membuat gadis itu terlonjak kaget sampai tidak menyadari bahwa tangannya ternyata menekan tombol telepon. Ya! Eca tidak sengaja menekan tombol itu, tapi dia tidak menyadarinya.
Dengan langkah panik, Eca berlari menuju lemari pakaiannya. Dia memilih bersembunyi disana. Tangannya masih setia menggenggam erat ponsel yang masih terhubung sambungan telepon dengan Evan.
"Angkat."
Kaira menyuruh dengan santai saat tiba-tiba saja ponsel milik Evan berdering dengan layar yang menampilkan tulisan 'Nomor Tidak Dikenal'.
Meski malas, Evan tetap mengangkat panggilan itu meski agak janggal. Dalam 5 tahun ini, sekalipun tidak pernah gadis itu meneleponnya, Ia hanya menganggunya sebatas mengirim pesan beruntun saja.
"Halo."
Ada jeda sejenak dari seberang sana. Tidak hening, namun Evan bisa mendengar jelas suara napas berat yang sepertinya berasal dari Eca.
"Eca." Panggil Evan sekali lagi. Kali ini, dia memanggil nama gadis itu. Kaira dan Zefan menatap serius pada Evan yang masih menunggu respon Eca dari seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My True Love
Fiksi RemajaBanyak orang bilang, jika kamu mencintai seseorang, kamu harus mengejarnya. Jangan biarkan satu kemungkinan terburuk terjadi, dan kejar satu kemungkinan terindah. Antara dia yang akan luluh hatinya dan menerimamu, atau dia akan risih dan semakin men...