Hari ini adalah hari dimana keluarga Kaira akan pergi ke Indonesia. Jadwal keberangkatan pesawat pukul delapan pagi. Oleh karena itu, Kaira beserta kedua orang tuanya berangkat ke bandara lebih awal. Marie bahkan sampai ikut bangun pagi demi bisa mengantarkan sahabatnya itu.
"Kaira, quand tu y arriveras, ne m'oublie pas." --Kaira, saat sudah sampai disana, jangan lupakan aku--
Kaira dan Marie saling memeluk. Indra dan Arini tahu sedekat apa hubungan mereka. Setelah menghabiskan waktu selama 10 menit untuk saling memeluk, akhirnya Marie melepaskan Kaira dengan mata yang berkaca-kaca.
Setelah menghabiskan waktu yang lama dalam pesawat, Kaira akhirnya telah sampai di Indonesia. Tidak terlalu pusing memikirkan dimana ia akan tinggal karena mereka juga punya rumah di Jakarta. Sengaja Indra tidak menjualnya karena nanti sewaktu-waktu mereka akan liburan ke Indonesia, mereka bisa menempati rumah itu.
Kaira menghempaskan tubuhnya ke atas kasur saat ia telah sampai di rumah. Gadis berambut sebahu itu menatap langit-langit kamarnya yang sudah ia tinggalkan selama 10 tahun ini. Memang tidak ada yang berubah, hanya saja kamarnya tampak terasa asing. Wajar saja.
Ah! Kaira teringat. Ia belum mengabari kedua teman masa kecilnya perihal kedatangan ke Indonesia. Dengan cepat, Kaira merogoh saku celana jeans yang ia pakai. Mencari nomor kontak seorang lelaki yang ia simpan sebagai my man.
Panggilan itu terjeda sejenak sebelum suara laki-laki mengangkatnya.
"Bisa kesini bentar? Gue ada di rumah."
Selepas mengatakan hal itu, Kaira langsung memutus sambungan telepon. Tidak mungkin pacarnya tidak tahu alamat rumahnya. Dengan semangat, Kaira keluar dari kamar, menuruni anak tangga, dan berlari keluar dari kamar. Indra dan Arini sekarang pasti sedang beristirahat, makanya Kaira memilih menunggu pacarnya di luar rumah.
10 menit kemudian, sebuah mobil terparkir di depan rumahnya. Diikuti dengan seorang lelaki yang turun, lantas langsung berlari mendekati Kaira. Raut wajahnya kentara sekali terkejut. Lelaki itu memeluk Kaira dengan erat. Seolah sedang menyalurkan seluruuh rasa rindu karena lama tak berjumpa.
"Zefan, gue ga bisa napas!" suara Kaira tercekat. Iya sih dia senang karena bisa bertemu lagi dengan pacarnya, tapi kalau meluk kira-kira dong!
"Kok lo nggak bilang kalau mau ke Indonesia? Tau gitu biar gue yang jemput." Ya lelaki itu adalah Zefan, pacar Kaira. Mereka memutuskan untuk berpacaran jarak jauh selama 2 tahun setelah sebelumnya saling mengungkapkan rasa satu sama lain. Memang tergolong baru, namun karena sudah dari kecil saling kenal, mereka jadi nyaman satu sama lain.
"Tunggu. Lo sakit?" Kaira baru sadar, wajah Zefan sedikit pucat dengan mata yang sayu. Tangan gadis itu terangkat, cepat-cepat ia menyentuh kening pacarnya. Dan ketika dia tahu masih sedikit panas, Kaira menarik lembut tangan Zefan untuk duduk di kursi teras.
"Maaf banget, Fan. Gue ngga tahu lo sakit begini. Kalau tahu gue nggak nyuruh lo." Kan... Kaira jadi merasa bersalah jadinya. Zefan menggeleng pelan. "Kapan lo sampai?" Lelaki itu mengalihkan pembicaraan.
"Barusan. Ayo masuk dulu. Nanti lo makin tambah sakit diluar lama-lama." Zefan meraih tangan Kaira, menahannya. Membuat gadis itu kembali duduk. "Kan lo baru sampai. Ngga usah lah. Istirahat aja." Mereka mengobrol singkat selama beberapa menit sebelum Zefan akhirnya berpamitan. Tak lupa juga ia mengingatkan pacarnya untuk terus berhati-hati, mengingat lelaki itu yang masih sakit.
Setelah menunggu hingga mobil Zefan menjauh, barulah Kaira masuk ke dalam rumahnya.
⋆˚✿˖°
Di dalam kamarnya yang sunyi itu, Eca menangis sesenggukan. Dengan tangan yang menekan perut, ia berbaring di atas kasur. Rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My True Love
Fiksi RemajaBanyak orang bilang, jika kamu mencintai seseorang, kamu harus mengejarnya. Jangan biarkan satu kemungkinan terburuk terjadi, dan kejar satu kemungkinan terindah. Antara dia yang akan luluh hatinya dan menerimamu, atau dia akan risih dan semakin men...