Datangilah majelis ilmu, siapa tau mereka adalah obat yang mampu melunakkan kerasnya hatimu. Berkumpullah dengan orang-orang ber-ilmu, siapa tau dengannya kamu tau apa yang kurang darimu.
-♡
"Dek, Ustadzah cuma mau ingetin kalau kalian mau rumah kalian seperti Surga coba sering-sering sholat berjamaah!"
"Ada tiga nih yang harus kalian lakuin, insyaallah rumah-rumah kita akan terasa seperti di Surga. Satu: Jangan tinggalkan ketaatan dalam keluargamu. Anak pada orangtuanya, Istri pada suaminya, adik ke kakaknya. Dan perbanyak bacain ayat-ayat Al quran agar nanti Insyaallah akan menjadi penanda bagi para Malaikat untuk mendoakan rumahmu."
"Dua, tinggalin Dosa dan maksiat. Dan yang ketiga, hadirkan cinta pada Baginda Muhammad SAW."
Seorang gadis dengan memakai pakaian serba hitam hingga warna hijab yang membalut rapi kepalanya itu tengah menulis rangkuman materi yang dijelaskan oleh Ustadzah di depan.
"Nadin, aku mengantuk sekali." Keluh gadis yang duduk disampingnya.
"Makanya jangan bergadang semalam, sudah tau kita ada janji kajian pagi ini." Jawab Gadis bernama lengkap Nadina Syaputri pada sahabatnya, Rifka.
"Alhamdulillah, acara kajian kita pagi ini sudah selesai. Karna jam sudah menunjukkan pukul dua belas kurang dan akan segera sholat Zuhur, saya sebagai panitia memohon agar para berjamaah dapat mengosongkan area dalam masjid agar para laki-laki bisa sholat berjamaah di dalam. Itu saja dari saya kurang lebihnya mohon maaf. Wassalammualaikum warahmatullahi wabarokatuh." Seorang ibu muda yang mejadi salah satu Panitia itu menutup acara kajian pagi ini. Sedangkan Ustadzah sudah pergi lebih dahulu karna beliau meminta agar wajahnya tidak dilihat para laki-laki.
"Kamu mau langsung pulang, Nad?" tanya Rifka disela kegiatannya merapikan hijabnya dengan menatap dirinya dari kaca kamar mandi.
Saat ini keduanya baru saja menjalakan sholat zuhur berjamaah, dan memutusan untuk melipir kekamar mandi untuk merapikan kerudung mereka sebelum keluar dari area masjid.
"Iya, Rif, kasian ibu sendiri dirumah."
"Yasudah kalau begitu, bareng aku aja sekalian, Nad." tawar Rifka, karna kebetulan arah rumah mereka memang searah.
Saat berangkat tadi keduanya memilih untuk janjian bertemu di masjid langsung, karna Rifka masih harus mengantar adiknya pergi kesekolah dulu tadi.
Nadina Syaputri, perempuan berumur 23 tahun berwajah bulat kecil, tinggi 155 cm, dan kulitnya yang putih bersih itu sangat terlihat cantik berbalut gamis hitam bordiran simpel yang ia kenakan. Jangan lupakan riasan makeup yang sederhana menambah aura kecantikan di wajahnya. Ia dan Rifka adalah teman sekolah sewaktu Sekolah Menengah Kejuruan dulu.
"Tadi wajah Utadzah adem banget ya, Nad." ucap Rifka sembari menjalankan motornya.
"Iya, Rif, aku aja sampe nangis pas liat beliau baru dateng, terus buka cadar sambil senyum. Emang beda yah auranya orang sholehah tuh." jawab Nadin.
"Kalau kita apa, Nad? Sholehot yak, haha." Keduanya tertawa diatas motor. Sembari sesekali membicarakan topik yang lain.
Dengan kecepatan motor yang dibawa Rifka membuat mereka tidak perlu waktu lama untuk sampai kerumah Nadin.
"Makasih, ya, Rif. Sampaikan salamku buat ibumu."
Rifka mengangguk, setelah pamitan ia langsung kembali menjalakan motornya untuk pulang kerumahnya.
"Assalamualaikum, Bu?" ucap salam Nadin memasuki rumah.
Di lihatnya keseluruh ruangan tapi Nadin tidak menemukan sosok ibunya.
Sampai tak lama sang ibu datang dengan bungkusan yang isinya adalah bahan masakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAHTERA (ON GOING)
SpiritualMenikah tanpa saling mengenal? Emang bisa? Menikah tanpa pacaran? Emang bisa? Nadin dan Hanan mencoba itu semua, saat akhirnya keadaan menghantar kan mereka pada kalimat, "Jodoh kita itu gak tau siapa dan dateng dari mana." Pacaran setelah menikah...