6.

14 2 0
                                    

"Nih, minum dulu. Pasti dingin kan? Mumpung masih hangat" Arkan menyodorkan Segelas bandrek susu ke hadapan Airra.

Airra mengangguk.
"Ma..makasih ya" Airra masih gugup badannya masih gemetar tapi pada saat ia meminum bandrek susu itu ia mulai sedikit tenang.

"Lo laper gak?" Tanya Arkan lagi, kini ia sudah duduk di bangku tepat di depan Airra.

Airra tersenyum tak enak serta menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban.

Arkan menghela nafasnya.
"Pak, Nasi goreng satu ya" Ucap Arkan pada pemilik Warkop ini.

"Siip..telor nya mau di mata sapi atau Dadar?" Tanya bapak itu.

Arkan melirik Airra. Airra mengerti lalu menjawab.
"Mata sapi aja Wak, setengah Mateng ya" Kata Airra.

"Wokeehh"

"Jadi..Lo ngapain di sana sendirian malam-malam gini?" Tanya Arkan saat melihat kondisi Airra yang berangsur membaik.

Dia tak segugup tadi.

Tiba-tiba air mata mulai mendesak ingin keluar dari mata Airra lagi.

Airra berusaha menahan air matanya dengan mengadahkan kepalanya keatas.

Arkan menggernyit.
Kaya nya ini cewe punya masalah. Batin Arkan

"Cerita aja kali. Gue cowok tapi gue gak ember" Ucapnya.

"Ada problem sama Mamak" jawab Airra akhirnya.

"Problem apa?" Tanya Arkan baru saja Airra hendak menjawab nasi goreng sudah siap dan tersaji di hadapan Airra.

"Nih kak, silahkan di nikmati" kata si penjual Nasgor.

"Makasih Wak" Airra mengucapkan terimakasih.

Arkan akan bersabar menunggu Airra selesai makan.

"Udah, makan aja dulu" katanya yang di angguki Airra.

5 menit kemudian Airra selesai makan ia seperti tengah kerasukan roh karena makan dengan sangat cepat yang sempat membuat Arkan cengo.

"Udah kaya gak makan seminggu Lo" dengusnya Arkan.

Airra nyengir kuda.
"Namanya Lapar. Taulah cuaca mendung di tambah Aku ketakutan, aku kalo gak enak perasaan ku bawaannya lapar aja apalagi sedih kek gini pengen makan berulang kali, sampe kau pun rasanya mau ku makan"

Arkan mendelik dengan kalimat akhir Airra.

Emang dia makanan apa, sampe mau di makan Airra?

Tapi di balik itu Arkan tersenyum senang. Ia rasa Airra sudah kembali baik terbukti dia sudah bisa mendumel panjang.

Udah balik seperti habitat aslinya
Batin Arkan tertawa.

"Iya lah tuh. Jadi kenapa Lo bermasalah? Lo keluar rumah atau di usir?" Tanya Arkan.

Sebelum menjawab pertanyaan Arkan Airra menghela nafas berat. Rasanya beban di hati Airra semakin berat

Apa iya aku cerita aja? Nanti ini anak ngetawain aku lagi?
Batin Airra terlihat berfikir namun selanjutnya Airra menggelengkan kepalanya.

Akhirnya Airra menjelaskan kronologi sebenarnya kepada Arkan.

"Gue kalo jadi Lo juga udah dari dulu minggat. Tahan bener" cibir Arkan.

"Ya aku kasian sama Mamakku kalo apa-apa sendirian. Adek ku tuh gak pernah bantuin Mamakku"

"Ya tapi Liat, karena Lo selalu nurutin Nyokap Lo akhirnya Nyokap Lo sepele sama Lo kan? "

Airra diam, ia membenarkan perkataan Arkan.

"Jadi selanjutnya Lo mau kemana? Ini udah malem banget. Udah jam 2 pagi"

Airra menggeleng lesu.
"Aku gak tau mau kemana. Uang aku udah Gak ada, gajian seminggu lagi. Emm gimana kalo aku minjam dulu uang Kau, seminggu nanti gajian ku bayar" Mata Airra berbinar.

Alis Arkan naik satu.
"Kalau Gue pinjemin duit emang Lo mau Kemana?" Tanya Arkan.

"Paling ngekost, kost yang murah di daerah *** sana" jawab Arkan.

Selama 5 tahun Kakaknya tinggal disini baik Arkan pun tau seluk beluk kota Medan ini karena dia sering berkunjung kesini dan berpetulang menjelajahi kota Medan.

Dan yang di sebutkan Airra tadi adalah tempat yang banyak terjadi kejahatan kriminal serta kost itu kost bebas laki-laki dan perempuan campur disitu.

"Jangan Goblok! Ntar Lo di apa-apain sama Laki-laki lagi gimana? Gue juga tau itu tempat gak bagus!" Cibir Arkan.

"Ihh kok Kau jadi kasar?!" Sinis Airra.

Lahhh
Baru juga Arkan ngomong begitu udah di bilang kasar. Apa kabar dengan omongan Airra selama ini? Bagi Arkan yang terlahir dari kota jakarta omongan Airra itulah yang terdengar kasar. Tapi ia tak memilih untuk menjawab seperti itu.

"Biar kebuka sikit itu IQ Lo" katanya.

Airra menunduk lesuh.
"Jadi gimana? Disana kost yang murah"

"Udah, Lo tinggal aja sama Kak Ratna. Gue denger pembicaraan kalian tadi siang" jawab Arkan.

"Posisinya udah Malem Arkan.. gak enak ngerepotin mereka" jawab Airra greget dengan Arkan.

Iya juga.
Batin Arkan.

"Yaudah tidur di Losmen aja. Gue temenin" jawab Arkan terdengar santai.

Airra mendelik melihat Arkan.
"Heh! Sembarangan!" Desisnya.

"Otak Lu jangan kotor! Iya kita tidur di Losmen tapi pesen dua kamar. Kalo orang ngomong itu di denger!" Arkan menjewer telinga Airra lumayan kuat.

"WOII njirr..sakitt" sungut Airra ia mengusap-usap telinganya yang baru tadi di jewer Arkan.

"Rasain!"

Yah pada akhirnya mereka berdua malam itu menginap di Losmen yang tak jauh dari warkop tersebut.

••

"Ya ampun.. Airra.. duh kakak gak bisa berkata-kata lagi. Ibu kamu memang pilih kasih, keterlaluan" Ratna sendiri emosi mendengar curhatan Airra.

Pagi tadi sekitar jam 8 pagi Airra dan Arkan sudah tiba di rumah Ratna. Ratna bingung kenapa Airra datang secepat itu dann sama Arkan pula.

Tapi setelah Airra jelaskan dan Arkan benarkan barulah Ratna tahu.

"Airra. Kami sudah anggap kau sebagai adik kami, udah kau tinggal aja disini temani kakak kau ini. Kasian juga dia terkadang sering sendiri karena abang tinggal kerja di luar kota" Kata Andre.

Memang iya.
Andre dan Ratna sudah menganggap Airra seperti adik mereka. Airra juga anak yang baik dan tidak panjang tangan apalagi merawat anaknya dengan sangat baik.

"Makasih ya Kak, Bang.. beruntung kali aku bisa kerja disini"

"Ah kau ini, kami yang beruntung jumpa kau. Karena kau lah anak sama binikku selamat kalo gak karena kau udah pasti jadi duda Abang" kata Andre kemudian ia tertawa.

"Ihh Abang ini" Ratna menepuk pundak suaminya yang semakin membuat Andre tertawa

"Hahaha..becanda Abang, sayang"

"Iyalah tuh"

Arkan sendiri sudah tau cerita itu. Kakak nya yang menceritakan kepadanya.

"Udah lah bang, kak udah di takdir kan memang mungkin kita bisa jumpa kaya gini. Tapi pada intinya makasih kali karena udah di ijinkan numpang disini ya" Airra berucap tulus.

"Airra, apaan sih bahasa nya numpang. Gak ada numpang-numpang. Anggap aja rumah sendiri" kata Ratna.

"Iya kak"

Ting.

Airra melihat layar hp nya yang tadi terdengar suara pesan yang berasal dari aplikasi gagang telpon berwarna hijau.

Mamak.
Memang Lont* kau ya kan gak pulang-pulang kau. Mau lari kau ya pelit kali kau gak mau bantu aku memang anak anj*Ng kau mulai sekarang jangan kau anggap aku Mamak mu!

Si Gadis Batak Tangguh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang