"Apa yang membuatmu datang kemari?!" Axeiro berkata to the point sesaat setelah kakinya baru saja memasuki area ruang tamu.
Tak seperti sebelumnya, kali ini tubuh atletisnya sudah tertutupi bathrobe.
Hudson yang tengah tenang menikmati teh hangatnya pun harus kembali dibuat mendesah kasar akan perlakuan putranya yang selalu menganggap dirinya sebagai orang asing. Dengan cepat, pria paruh baya tersebut meletakkan cangkir teh miliknya di atas meja.
"Apa wanita sialan itu mengadu padamu?!" Nada bicara Axeiro kian memberat. Sejajar dengan tatapan matanya yang begitu dingin.
Kembali, Hudson hanya bisa mendesah berat. Berusaha sabar untuk menghadapi kerasnya sikap Axeiro saat ini. "She's your future mother! Bagaimana bisa kau membuatnya kacau hanya dalam hitungan detik. Elleana bahkan sampai tidak mau keluar dari kamarnya. Dia mengurung diri, bahkan terus berteriak histeris!"
"Apa aku harus peduli dengan hal itu?!"
"Tidak harus jika kau memang tidak ingin memperdulikannya! Tapi disetiap tindakkan selalu harus ada sikap tanggung jawab. Aku menuntutmu son, untuk mempertanggung-jawabkan sedikitnya perbuatan yang telah kau lakukan pada Elleana." Jawab Hudson dengan ketegasan yang sempurna.
"Tidak tertarik!"
Hudson mulai tersulut emosi. "Bagaimana jika hal itu kelak menimpa kepada wanita yang saat ini ada bersamamu?!"
Lantas, Axeiro langsung menatap tajam pada sang Ayah. "Justru karena ulahnya sendiri Elleana jadi gila seperti itu. Jangan salahkan siapapun! Dia sudah berani menyakiti wanitaku, membuatnya terluka hingga membekas. Menghinanya! Apa aku harus diam dengan hal itu, hm!?"
"Kau berhak bertindak jika memang posisi Elleana bersalah. Tapi apa harus sampai seperti itu!?" Kali ini, Hudson menatap sang Putra secara tegas. Berusaha memberinya peringatan. "Dia sedang hamil muda——anakku, sekaligus saudaramu. Bagaimana jika kandungan Elleana bermasalah?! Apa kau ingin bertanggung jawab?!"
Axeiro mulai memberi sang Ayah senyuman kecut. "Kau percaya jika itu anakmu?"
Kedua sudut mata Hudson menajam. "Jangan mencoba untuk mempengaruhiku, Eressier! Sebaiknya sekarang kau ikut denganku, lalu minta maaf padanya supaya Elleana kembali tenang!"
Axeiro mendesis. "Sampai kapanpun aku tidak pernah mau meminta maaf pada seorang pelacur sepertinya?!"
"Watch your mouth, Eressier! She's your Mother!" Hudson sedikit membentak sang Putra yang sudah keterlaluan.
"Mother?!" Axeiro tertawa rendah. "Aku hanya memiliki satu Ibu, itupun sudah berhasil kau lenyapkan. Jangan pernah berpikir jika kau dapat menggantikannya, apalagi dengan seorang bocah payah yang sama sekali tak memiliki adab."
"ERESSIER-------"
"What?! Kau ingin mengancamku lagi dengan pencopotan gelar Jaegger dibelakang namaku, huh?! Silakan, aku bahkan tak butuh Jaegger untuk hidup." Tantang Axeiro.
Amarah mulai berdesir dalam darah Hudson Jaegger. Kilatan matanya begitu mematikan. Putranya sudah keterlaluan, bahkan semakin keterlaluan. Dia sama sekali tidak pernah menghormatinya sebagai Ayah.
"Kalau begitu, aku akan menjauhkan wanita itu darimu supaya kau paham bagaimana rasanya ditinggalkan oleh semua orang!" Ancaman Hudson terdengar begitu serius. Berbarengan dengan sudut bibirnya yang mulai miring-------Mencemooh. "Lagipula Elleana memang benar, wanita itu tidak pantas untukmu. Terlalu murahan! Dia lebih pantas untuk mati dibanding harus bersanding denganmu dibawah nama Jaegger!"
Mata amber Axeiro mulai menggelap-------meruncing, menatap sengit Ayahnya. "Jika kau sampai berani menyentuhnya, maka aku bersumpah akan membuat penyesalan buruk disisa umurmu! Lebih baik segera angkat kakimu dari Mansion ini sekarang juga. Tak sepantasnya kau berada di tempat seseorang yang sudah lama kau usir dari hidupmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
She's the DESIRE
Romance[Mature Story] Rate Age : 21+ Berawal dari tewasnya sang adik, terkuaklah satu per satu kepingan misteri dari hidupnya. Hidup Jane Alexandra Wyatt. Ia sama sekali tak menyangka jika takdir akan membawanya menuju Dunia tak terbatas. Dunia milik Axe...