Bab 12

73 6 1
                                    

Sheila bangun bukan karena fajar yang mulai menyingsing, tapi karena teriakan yang memekakkan telinganya. Dia terduduk dengan tiba-tiba dan menoleh ke kanan kiri dengan panik, mengira ada kebakaran atau sesuatu yang menyebabkan teriakan itu. Tapi tidak ada apa-apa, keadaan apartemen sama seperti saat sebelum dia memejamkan mata. Namun gerakan di sebelahnya membuatnya sadar bahwa yang berteriak adalah Lucas.

Pria itu bergerak dengan gelisah seperti sedang melawan sesuatu dalam mimpinya. Sheila mengguncang bahu Lucas untuk membangunkannya dan nyaris kena tampar karena tangan Lucas yang mengibas ke arahnya.

"Lucas! Bangun! Kau harus bangun! Itu hanya mimpi!"

Lucas membuka mata lebar-lebar dan langsung duduk dengan waspada, seakan bersiap menerima serangan. Dia menoleh ke arah Sheila dan tidak melihat tanda-tanda bahwa pria itu mengenalinya. Sepertinya Lucas belum sadar sepenuhnya. T-Shirt putih Lucas basah oleh keringat dan dadanya naik turun dengan cepat. Sheila dapat melihat nadi di lehernya yang berdenyut kuat karena darah yang mengalir deras. Dia mengulurkan tangannya dan Lucas langsung bergerak mundur.

"Ini aku," dia menyentuh keringat yang menetes menuruni pelipis Lucas, "Kau tidak apa-apa. Hanya mimpi buruk."

"Dia datang," ketakutan membayang di mata Lucas dan pria itu seperti sedang berada di tempat lain. "Aku sudah bilang berhenti tapi dia tidak mau dengar. Dia tetap mengayunkan benda itu. Berkali-kali. Aku berusaha melawannya. Dia terlalu besar. Dia sangat besar..."

"Lucas!" Sheila menghentikan Lucas yang terus meracau seperti orang bingung, "Tidak ada siapa-siapa di sini. Hanya ada aku dan kau. Lihat, hanya ada kita berdua."

Lucas mengedarkan pandangannya. Sheila benar. Tidak ada siapa-siapa kecuali mereka berdua. Sheila mendekatkan dirinya pelan-pelan lalu menempelkan pipinya di dada Lucas. Dia dapat mendengar jantung Lucas yang berdebar dengan liar hingga dia melingkarkan kedua lengannya ke sekeliling pria itu. Detak jantung Lucas mulai melambat dan Sheila merasakan nafasnya yang mulai teratur. Dia baru saja akan melepaskan pelukannya saat dia merasakan lengan Lucas yang merengkuhnya. Pria itu memeluknya sangat erat hingga Sheila sulit bernafas. Namun dia tidak melakukan apa pun untuk menyadarkan Lucas karena sepertinya pria itu butuh berpegangan pada sesuatu setelah mimpi yang dialaminya.

"Jangan tinggalkan aku. Berjanjilah kau tidak akan pergi dariku," suara Lucas syarat dengan emosi hingga rasanya Sheila ingin menangis. Dia mengetatkan pelukannya sampai nyaris menyamai lengan Lucas yang tengah mendekapnya.

"Aku akan selalu bersamamu, Lucas. Aku berjanji."

Mereka berpelukan sangat lama tanpa ada yang bersuara. Membiarkan keheningan yang menjadi saksi pada janji itu.

***

Lucas sudah sehat. Tidak sepenuhnya. Tapi setidaknya dia mulai dapat beraktivitas yang berarti bekerja kembali. Sheila benar-benar sudah melarangnya, namun rasanya seperti bicara dengan sebongkah batu. Akhirnya setelah perdebatan yang cukup sengit, Lucas bersedia libur bekerja di kafe, untuk sementara waktu. Setidaknya sampai dia benar-benar sehat, karena Sheila masih melihat Lucas yang tampak sangat kelelahan saat pulang di sore hari karena kondisi tubuh yang belum pulih sepenuhnya.

Setelah beberapa hari, Lucas yang telah betul-betul pulih memulai aktivitasnya yang padat. Meski tampaknya dia telah belajar dari pengalaman sakit kemarin, Lucas mengambil libur kerja satu hari dalam seminggu dan tidak lagi bekerja nyaris 7 x 24 jam. Setidaknya Sheila memiliki Lucas selama satu hari penuh setiap minggunya. Dia nyaris menyeringai dengan gagasan itu. Karena terus terang, Sheila tidak suka kalau hanya bertemu pria itu di malam hari. Itu pun hanya saat tidur.  Dan Lucas kembali tidur di sofa.

Sheila tidak bisa berbuat apa-apa soal itu. Akan memalukan kalau dia meminta Lucas kembali ke tempat tidur dan tidur bersamanya. Tapi dengan tidak adanya pria itu di sampingnya, entah kenapa tempat tidur jadi terasa sangat besar. Dan dia kesepian. Sheila mendesah panjang hingga Lucas yang sedang duduk di sofa sebelahnya sambil menonton televisi langsung menoleh.

Into The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang