~Kembali memutar waktu adalah keinginan manusia yang paling mustahil.~ Eknath Magala
Eknath Magala, pemuda berseragam SMA itu sedang bermanja pada alam. Mencoba melepas penat pada belaian angin sore yang mengibas sejuk di kulit wajahnya dengan perlahan. Berhembus melewati kaca helm yang dibiarkan terbuka begitu saja.
Di dalam bumi tempat manusia mengadu nasib ini, dan juga pada hati yang belum sepenuhnya sembuh, Nath hanya ditemani si King. Julukan untuk motor tua kesayangannya. Tak ada yang aneh baginya, dengan memutar-mutar taman ibu kota yang tak tentu arah, rasanya sudah lebih dari cukup untuk mengobati hatinya yang gundah gulana.
Selama berkendara itu sebuah kabel penghantar suara yang menyumpal indra pendengarannya ikut menemani aktivitas lajunya dengan si King. Dan mendengarkan lantunan lagu memang selalu menjadi kebiasaan Nath setiap pulang sekolah. Atau anggap saja sebagai teman perjalanannya yang sedikit membosankan.
Alunan lagu dari band D'Masiv yang berjudul "Sudahi Perih Ini" itu mengalun dengan merdu, sesekali itu pula, ranum Nath ikut bersenandung bersama melantunkan syair yang sudah ada di dalam ingatannya.
Kali ini jalanan ibu kota tak sepadat biasanya, hanya ada beberapa bus kota yang bertengger di pinggiran jalan sedang mencari penumpang anak sekolah atau pun karyawan kantor sebagai target penumpangnya.
Di sisi lain, sorot mata Nath juga terpaku pada sekelompok musisi jalanan yang setia mangkal di pinggiran jalan utama setiap sorenya. Tak lain untuk menghibur pengendara yang terhenti oleh lampu merah dengan kurun waktu beberapa menit saja. Meski singkat, lantunan lagu dari suara indah mereka, berhasil menenangkan hati orang-orang yang penat akan hidup.
Suara indah yang mengalir di pinggiran lampu merah itu bisa sedikitnya membuat pemuda itu tersenyum tulus setelah Nath memberikan nya uang lima ribu rupiah yang dilipat-lipat menjadi kecil. Peristiwa seperti ini perlu disyukuri bukan?
Orang yang masih bisa menunjukan senyuman kala hatinya rapuh adalah orang yang hebat. Semesta dan isinya tidak perlu tahu bibit dari kesedihan, yang perlu diumbar untuk diketahui semesta dan isinya adalah benih kebahagiaan, agar yang lain juga ikut bahagia.
Tepat di pemberhentian lampu merah itu, Nath menatap langit yang berawan. Sudah beberapa hari ini hujan terus menerus mengguyur ibu kota dan sekitarnya. Saat itu pun bulir-bulir air hujan yang turun dari langit mendarat di wajahnya yang tampan dan berkarisma, mungkin pertanda hujan akan turun sangat lebat.
Seorang Eknath Magala tidaklah takut akan hujan. Nyatanya konflik hidup yang ia rasakan saat ini lebih menakutkan dari badai. Di sepanjang jalan, pikirannya kembali pada reka ulang tragedi siang tadi, kala seorang laki-laki paruh baya datang ke sekolah untuk menemuinya.
>> Kembali pada cerita siang tadi
"Eknath...!"
"EKNATH MAGALA BANGUN!!!" Ucap seorang guru BK yang mengganggunya dalam lelap. Meja paling pojok dekat jendela itulah bangku tempat Nath dan Mahes duduk.
"Bukannya guru ada rapat ya Bu?" Nath terbangun, ia sedikit linglung. Ia berucap sesuai fakta bahwa jam keempat memanglah kosong, karena guru memang ada rapat. Mahes Sahabat sekaligus teman sebangkunya hanya menatap sang guru dan Nath secara bergantian.
"Udah selesai dari tadi. Emangnya kamu udah tidur berapa jam sih, Nath? Sampai gak tau murid pada bubar!" Ucap Bu Rini memicingkan mata.
"Dan kamu Mahes! Kenapa kamu gak bangunin temen kamu?" Tunjuk Bu Rini pada Mahes, yang ditunjuk hanya cengengesan.
"Sengaja Bu, biar temenin saya di sini." Tutur Mahes yang fokus pada ponselnya. Ia tengah bermain game perang yang terkenal kala ini. Meski begitu matanya sesekali menatap Bu Rini dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rotasi Kelabu (HARUTO) by Pupuriri30
Random~ Genggam jemariku maka aku tak akan pernah pergi~ Eknath Magala Ini adalah cerita yang meminjam visual Haruto Treasure sebagai tokoh utamanya. Cerita ini hanya fiktif, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata seorang Watanabe Haruto. 100...