Pukul sembilan pagi, Nath memaksakan diri untuk terbangun dari tidurnya. Ia masih ingat, saat subuh tadi Nath memutuskan untuk tidur kembali ketika kepalanya berdenyut nyeri.
Ia juga tidak sempat menyampaikan pesan pada kedua temannya Mahes dan Yuan jika ia tak akan masuk sekolah di hari ini. Raganya terasa lemas, keringat yang bercucuran dari dahinya, bertolak belakang dengan tubuhnya yang kedinginan. Bahkan untuk sekedar berdiri dan membeli obat saja ia tak sanggup.
Nath mencoba meraih benda pipih yang yang ia simpan di meja samping ranjangnya, mencabut paksa dari kabel pengisi daya, dan mengotak-atik kontak untuk mencari nama 'Ibu'. Tadinya Nath, ingin sekedar memberitahukan kondisinya yang sakit pada perempuan paruh baya yang kini sedang menetap di kota Bogor.
Namun niatnya kembali urung, ketika Yuan menghubunginya lebih dulu.
"Nath kenapa lo gak masuk sekolah?" Tanya Yuan melalui sambungan telepon.
"Gue sakit, badan gue panas dingin. Hari kemaren gue ujan-ujanan." Jelas Nath dengan suara serak.
"Okelah, nanti gue ke kelas lo buat nyampein izin." Tutur Yuan, teman dekat Nath yang merupakan salah satu anggota osis.
Di antara dia dan Mahes, Yuan lah murid yang paling profesional dengan pendiriannya sebagai murid teladan. Meski pergaulannya luas, Yuan tetap konsisten menduduki peringkat satu secara umum di setiap semester. Tak seperti Eknath dan Mahes yang tak peduli pada prestasi. Asal naik kelas pun mereka sudah bersyukur.
Sedangkan Yuan, ia bagaikan manusia yang unik, geriknya seperti diapit dua kepribadian yang berbeda, tegas di sekolah, namun aktif juga di tongkrongan. Intinya Yuan bisa menempatkan diri di mana pun ia berada. Pun tidak dengan merusak prestasinya di sekolah.
"Thanks bro. Lo lagi sama Mahes?" tanya Eknath, pasalnya secara samar rungunya mendengar suara Mahes berteriak-teriak di seberang sana.
"Iya, ini gue lagi ngehukum dia berjemur di lapangan. Ampun deh dia bikin ulah lagi Nath!" Tutur Yuan Frustasi, keluhannya mendapat suguhan tawa dari Nath yang sedang terkapar sakit.
Ini sudah lumrah dialaminya, setiap minggunya ada saja kelakuan Mahes yang bikin geleng-geleng kepala. Dan Yuan tokoh penting yang harus turun langsung menghadapi siswa-siswa yang bermasalah itu, demi ketertiban menjalankan aturan sekolah. Intinya dia harus menghukum sahabatnya sendiri.
"Dia bikin masalah apalagi sih Yu?" Nath yang awalnya sudah pening, bertambah dua kali lagi jadi pening. Tapi ia ingin tahu kelakukan Mahes kali ini.
"Dia warnain rambutnya pake warna merah cerah. Mana datang terlambat pas orang lagi upacara. Ya double deh sanksinya." Jelasnya.
"Eh itu lo lagi telponan sama Eknath ya? Sini sini gue mau ngomong." Sekilas, suara Mahes terdengar dengan samar.
"Apaan sih, lo lagi di hukum. Sana balik ke tempat lo, hormat lagi ke bendera." Tutur Yuan Tegas.
"Tega bener lo Yu jadi temen, awas aja nanti ." Ancam Mahes.
"Eh Nath, udah dulu ya! Tar pulang sekolah gue sama Mahes jenguk lo ke kosan. Lo mau nyampein pesan apa sama Mahes? Tar gue sampein." Tanya Yuan, sekaligus mencoba mengakhiri topik pembicaraan. Fokusnya tersita oleh Mahes yang sedang dalam masa hukuman.
"Gak ada. Tapi kalo boleh, nanti tolong bawain motor gue si King di bengkel deket kosan gue. Badan gue lemes banget." Ujarnya, Sekaligus mendapat persetujuan singkat dari Yuan di seberang sana.
Lapangan sekolah ini rupanya sudah menjadi tempat favorit Mahes untuk menjalankan hukuman dari kebadungan nya. Bukannya jera, setelah mendapat hukuman lari ataupun berdiri di lapangan, Mahes malah ingin segera berhadapan langsung dengan cinta sepihaknya, yakni Bu Rini Guru BK yang sudah ia taksir sejak masuk SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rotasi Kelabu (HARUTO) by Pupuriri30
Rastgele~ Genggam jemariku maka aku tak akan pernah pergi~ Eknath Magala Ini adalah cerita yang meminjam visual Haruto Treasure sebagai tokoh utamanya. Cerita ini hanya fiktif, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata seorang Watanabe Haruto. 100...