6. Sama-Sama Punya Masa Lalu

16 9 2
                                    

Sebenarnya, Eknath tak ada niatan untuk membawa Siska masuk ke dalam kos yang berukuran sepetaknya ini. Gadis itu seakan berinisiatif sendiri untuk menjumpai Eknath dengan alasan untuk menjenguk sang kekasih. Tidak maksudnya, mantan kekasih.

"Sayang gimana keadaan kamu sekarang?" Siska tampak cemas. Telapak tangan nya sibuk meraba kening Eknath yang masih demam.

Eknath jengah, ada rasa bingung mengapa Siska tahu tentang kondisinya. Sedikit pun, ia tak mengharapkan rasa empati dari Siska, meski di dunia ini hanya tersisa dia seorang. Nath sangat tahu, pada akhirnya kedatangan Siska akan membuatnya jauh lebih buruk. Tentang kondisi fisik yang sakit, maupun tentang hati yang telah gadis itu ludahi.

"Sayang... Aku khawatir banget sama kamu. Apalagi ketika denger kamu sakit. Pantes aja di kantin kamu gak ada." Ocehnya, memeluk tubuh Eknath dengan posesif. Saat itu Eknath memang sedang memilah milah baju di dalam lemari, membuat Siska seakan mendapat celah untuk memeluk Eknath dari belakang. Sedikit risih saja, Siska memeluk tubuh tanpa baju itu dengan sengaja.

"Sayang? Lo bilang sayang? Lo lupa kalo kita udah putus?" Tegur Eknath. Merasa malas meladeni Siska yang pada dasarnya tak tahu malu pada status mereka yang bukan siapa-siapa lagi.

Sikapnya itu bagai manusia berwajah tebal. Apa perlu ia ingatkan lagi, bagaimana liciknya Siska di belakang Nath? Apalagi saat Siska ketahuan berselingkuh dengan Tomi di roof top sekolah? Tomi sendiri tak mengelak, bahkan secara terang-terangan mengatakan bahwa Siska jenuh pada Eknath, sampai menerima tawaran Tomi untuk menjalin hubungan kekasih secara diam-diam. Eknath benar-benar marah, padahal ia sudah berusaha setia pada Siska. Tapi apa balasan perempuan itu?

Cinta itu butuh timbal balik, bukan mengandalkan satu belah pihak saja. Apalagi kalau harus berjuang sendiri, dengan menahan rasa sakit karena dikhianati. Bukan kah itu sama dengan bodoh?

Memang menjengkelkan. Siska seolah-olah tak mengaku bersalah sedikitpun tentang hal itu. Ia hanya menangis tersedu-sedu, merasa menjadi manusia paling tersakiti di dunia ini. Padahal dia sendiri yang melempar api.

"Nath, please..., gue kan udah minta maaf. Tolong kasih gue kesempatan kedua. Gue masih cinta sama lo...! Gue gak terima lo putusin gue secara sepihak. Gue janji, Nath. Setelah ini gue bakal setia. Please..." Rengek Siska. Kedua tangan Siska menggenggam tangan Eknath dengan erat. Sebenarnya Siska benar-benar mencintai Eknath. Hanya saja, waktu itu ia tergoda oleh kekayaan Tomi yang tajir di kalangan para gadis di sekolah. Kalau bukan karena sogokan tas branded, mana mau Siska pada Tomi. Secara, Eknath jauh lebih tampan dari padanya. Ya, anggap saja Siska mata duitan.

"Gak bisa! Lo tau? Selingkuh itu bukan hanya bentuk penyimpangan. Tapi juga penyakit yang bisa kambuh kapan aja." Tegas Eknath. Eknath mendorong tubuh Siska untuk menjauh, ia tak mau tergoda oleh wajah Siska lagi. Lebih tepatnya tak mau jatuh ke lubang yang sama seperti semula. Kalau boleh jujur, siapa yang tidak takjub pada pesona wajah Siska yang cantik nan seksi itu. Tapi Eknath tak bodoh. Hubungan cinta tak hanya melulu tentang fisik yang sempurna. Tapi juga perasaan yang tulus.

"Gue harus apa biar lo maafin gue? Apa perlu gue kasih tubuh gue?" Siska berkaca-kaca, kekeuh tak mau putus dengan Eknath. Di sela ringisnya, Siska membuka satu persatu kancing seragam miliknya di depan Eknath, memperlihatkan kaos dalam berwarna hitam yang sedikit terbuka. Semuanya, sebagai bukti bahwa apa yang diucap Siska tidak lah main-main saja.

"Sis, lo apa-apa sih? Ngapain lo buka baju?" Tanyanya, sedikit terkejut dengan kelancangan Siska yang hendak menggodanya. Kala itu Nath menahan tangan Siska dengan segera, agar gadis itu tidak lagi membuka kancing bajunya yang ke empat. Walau bagaimana pun ini salah. Tidak seharusnya Siska menggoda Eknath dengan cara ini.

"Oke. Tapi kita jangan putus!" Pinta Siska.

"Lo ngomong apa sih, Sis? Kita udah putus! Gak ada tawar-menawar lagi. Lagian gue udah gak tertarik lagi sama lo." Ketus Eknath, ia tak bisa lagi berlembut kata pada Siska. Karena faktanya, Siska semakin tak tahu diri.

Rotasi Kelabu (HARUTO) by Pupuriri30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang