4. Pertemuan Singkat 🍁

12 6 1
                                    

Lantai tiga kamar nomor 7 adalah kamar kos kediaman Nath, anak SMA yang memutuskan hidup mandiri dan terpisah dari orang tuanya. Mungkin ini adalah tahun keduanya menetap di gedung ini, gedung kumuh dan sedikit menakutkan.

Baginya tidak masalah dengan keadaan fisik gedung yang tak bagus ini, toh yang ia butuhkan adalah sekotak ruang tempat ia tertawa dan menangis seorang diri, tanpa diketahui sang ibu.

"Tunggu..." Teriak seorang perempuan setengah berlari ke depan lift.

Nath segera menekan tombol buka pada pintu, sehingga lift itu kembali terbuka untuk orang yang berlari tergesa-gesa ke dalamnya.

Kala terbuka, gadis dengan payung biru di tangannya itu dengan cepat masuk menuju lift. Suatu kebetulan,  ternyata nomor tombol tujuan kamar Than sudah menyala, pertanda orang disampingnya berada di lantai yang sama.

"Tinggal di sini juga?" Tanya Nath, sesaat setelah pintu lift itu tertutup.

"Iya." Jawabnya singkat.

Sebenarnya Than sedikit risih ketika laki-laki di sebelahnya itu tampak  bertelanjang dada dengan raut santai. Maklum, Eknath sudah biasa seperti ini di kosan yang sudah ia anggap sebagai rumahnya sendiri. Karena biasanya, keadaan kosan ini selalu sepi, sebab para penghuni masih bekerja di jam jam segini.

Dari baju basah yang digenggamnya, Than menduga kalau laki-laki tersebut telah bermandi hujan di luar sana. Mengingat hujan tak kunjung berhenti sejak tadi sore.

Than menghembus napas berat. Dilihat dari cermin yang memantul pada pintu lift di hadapannya, sepertinya laki-laki itu tidak merasa malu sedikitpun. Ia terlihat dingin dan santai saja. Justru sebaliknya, kini Than yang merasa malu.  Pandanganya tak bisa lepas dari pantulan yang memperlihatkan kedua tubuh mereka yang saling bersampingan. Than tak bisa berdusta bahwa postur tubuh laki-laki itu sangat bagus, berkotak-kotak seperti sebuah roti kasur yang sering ia makan setiap paginya.

Di benaknya ia tahu bahwa laki-laki di sampingnya adalah anak sokalah tingkat atas, terlihat dari seragam putih-abu yang ia kenakan. 'Bagaimana bisa seorang anak SMA berperawakan kokoh seperti ini?' batin Than. Tapi ia tak bisa berekspresi berlebihan, bukan? Than berusaha untuk tidak peduli saja. Meski sedikit mengganggu.

"Pasti lo penghuni baru ya?" Tanya Nath kali keduanya, hanya sekedar ingin memastikan. Pasalnya ia belum pernah melihat gadis ini sebelumnya. Gadis berwajah lucu dangan berperawakan yang tidak terlalu tinggi. Sangkanya mungkin ia lebih muda dari Nath.

"Iya, baru kemarin sore! Lo sendiri, udah lama ya tinggal di sini?" Tanya Thana kembali, ia sudah berani membalikan pertanyaan pada sosok di sampingnya. Tapi tak berani menatap wajah Nath dengan lekat. Hanya curi-curi pandang saja.

"Udah dua tahunan lah. Semejak gue masuk SMA." Jawabnya, Nath mengalihkan arah pandang pada gadis di sampingnya. Kali ini ia tahu perbandingan batas tinggi gadis itu yang hanya sebahunya. Dilihatnya Than hanya mengangguk.

"Lo anak SMA mana?" Tanya Than penasaran.

"Gue bukan anak SMA, gue udah kuliah, mau masuk semester tiga senin depan!" Tutur Than sedikit mendetail.

"Sorry, gue kira lo anak SMA, soalnya lo..."

"Pendek?" Sela Than. Ia sedikit memotong ucapan Nath, setelahnya tertawa ringan. Jujur saja ia tidak tersinggung sama sekali jikalau benar orang tersebut hendak mengatainya pendek. Pada dasarnya karena memang sudah menjadi fakta.

"Lebih ke imut sih..." Lanjutnya, ia tersenyum tampan, terlihat jelas dari pantulan cermin pintu lift di hadapan Than. Than sempat tersipu, bibirnya secara tak disadari ikut melengkungkan senyuman. Benar, jika laki-laki yang sedikit aneh itu memiliki wajah yang tampan. Senyumannya berhasil membuat siapapun ingin ikut membalas senyum.

Sesaat setelahnya, pintu lift tiba-tiba terbuka. Menunjukan kalau mereka sudah tiba di lantai tiga. Dengan terpaksa, senyuman itu harus sirna. Secara langsung, pantulan dua tubuh yang saling berdampingan itu pun ikut hilang.

Nath, laki-laki itu mengijinkan Than untuk keluar terlebih dahulu, setelahnya ia akan menyusul.

"Oh ya, nama Gue Eknath. Gue di kamar nomor tujuh." Nath mengulurkan tangannya, mencoba menyalami Than yang semula diam canggung di lorong kamar-kamar. Di sana, Than menerima uluran tangan Nath sebagai perkenalan singkat di antara mereka.

"Gue Thana, biasa dipanggil Than. Gue di kamar nomor delapan." Ucapnya, digenggamannya tangan Nath sangat dingin, berbeda dengan tangan Than yang terasa hangat. Bagai berada di kubu yang saling berlawanan.

"Senang bisa kenal sama lo." Ucapnya, tepat di hadapannya, senyuman laki-laki itu terpampang nyata untuk kedua kalinya. Setelahnya, Than ikut membalas senyuman Nath dengan tulus.

Seandainya Arion, sang mantan kekasihnya itu masih menjadi kekasihnya, dan seandainya Arion melihat Than memberikan senyuman tulusnya pada laki-laki asing seperti sekarang ini, pasti Arion akan tiba-tiba menjadi posesif. Tapi di dalam kenyataannya, itu tak mungkin lagi. Persetan dengan sosok laki-laki yang membuangnya begitu saja, mengapa disaat seperti ini sosok Arion muncul dengan seenaknya.

"Senang kenal lo juga!" Balasnya, setelah beberapa detik hanyut dalam lamunan.

"Oh ya, tunggu! Apa gue harus panggil lo kakak? Lo kan lebih tua dari gue." Tanya Nath.

"Terserah, panggil nama juga gak apa-apa. Gue bisa menerima apa aja. Kalo lo nyaman panggil gue nama, ya it's ok!" tuturnya, tepat di depan kamar Than yang sudah ia buka.

"Ya udah gue masuk dulu ya!" Pamit Than, dan Nath mengangguk kecil.

Belum lama Than menutup pintu kamarnya. Pintu itu kembali diketuk, oleh Nath yang masih setia menunggu di area luar.

"Than, sorry kalo tadi lo gak nyaman sama keadaan tubuh gue yang terbuka. Baju gue basah, dan gue gak nyaman!" Tuturnya dari balik pintu.

Than mengangguk memahami. Meski setelahnya keduanya saling hening kembali. Tadi, Than kira, Nath sudah masuk pada kamarnya. Nyatanya laki-laki itu masih setia menunggu di luar, hanya untuk membenarkan kesalahanpahaman pada kejadian di dalam lift.

TBC... 

Vote ya 🤩

EKNATH (Anak SMA)

EKNATH (Anak SMA)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rotasi Kelabu (HARUTO) by Pupuriri30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang